Mohon tunggu...
Siti Swandari
Siti Swandari Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis lepas

terbuka, ingin bersahabat dengan siapapun dan dimana saja,with heartfelt wishes. gemini, universitair, suka baca, nulis , pemerhati masalah sosial dan ingin bumi ini tetap nyaman dan indah.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Sultan Harun Al-Rasyid Tiada, Media Gantinya

30 Juni 2011   05:56 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:03 810
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

[caption id="attachment_117194" align="aligncenter" width="300" caption="Harun Al-Rasyid versi Indonesia"][/caption] Didalam dongeng 1001 malam ada kisah tentang Sultan Harun Al-Rasyid. Kalifah satu ini terkenal karena bijaksana, arif dan adil dalam pemerintahannya. Rakyat dinegara itu heran, karena Sultan bisa benar mengerti seluk beluk keadaan rakyatnya. Jika ada pejabat dinegara yang melaporkan keadaan suatu masalah , sang baginda tidak langsung percaya , tetapi kemudian mengerti kalau laporan itu bohong, dimanipulasi atau direkayasa oleh pejabat yang bersangkutan. Dan pejabat yang suka “ ASS “ ( Asal Sultan Senang ) akan dikenai sanksi dengan pidana yang semestinya. Semua rakyat mengira kalau sang Sultan itu mempunyai Jin - jin Bhagdad yang terkenal disetiap kisah 1001 malam. Konon mereka makin takut dan amat menghormati kalifahnya, tidak berani berbuat kecurangan atau kesalahan yang sudah menjadi aturan di wilayah itu, karena pasti bakal ketahuan Jin Baghdad . Tetapi sebenarnya Harun Al-Rasyid mempunyai trik tertentu dalam menjalankan pemerintahannya. Dia tidak percaya begitu saja dengan segala laporan manis pejabat-pejabat dinegara itu, yang konon suka berbohong untuk keuntungan dan kepentingannya sendiri. Jadi diam-diam, menurut dongeng, Sultan sering menyelinap pergi malam hari menyamar dan keluar istana, kemudia bercampur dan bergaul dengan rakyatnya., sebagai rakyat biasa. Sehingga dengan nongkrong santai bersama para penduduk, beliau faham benar dan mengerti kehendak dan kebutuhan rakyatnya serta sas-sus yang beredar. Kebobrokan para pembantu-pembantunyapun bisa diketahui oleh beliau, Tetapi itu cuma dongeng, meskipun setelah dikaji, dipikir dan ditelaah, ada benarnya juga dan bisa diterapkan untuk masa kini meskipun dengan cara yang lain. Seorang kepala Pemerintahan jangan hanya percaya pada segala laporan anak buahnya saja, lebih-lebih jika bawahannya suka “ menjilat “, jadi dia harus turun tangan sendiri untuk mengerti keadaan rakyat yang sebenarnya. Dan dijaman mbah Google yang canggih ini, seorang Presiden tidak usah repot seperti dongengnya Harun AL-Rasyid, pakai keluar malam-malam menyamar guna mendekati rakyat, dan mengetahui kebutuhan rakyatnya. Apalagi Indonesia Negara yang amat luas dan besar, pasti ribet jika memakai metode itu, belum beli pesawat Kepresidenan, pasti anggarannya jadi berlipat. Juga tidak perlu panggil Jin Baghdad, atau Jin yang lain, Tetapi cukup dengan M-E-D-I-A, bisa media slektronik atau media cetak. Sekarang media sudah demikian majunya, dalam hitungan menit apapun yang terjadi dibelahan bumi manapun bisa segera terpantau. Jangan curiga dahulu jika ada laporan yang kurang berkenan dari kinerja pejabat bawahannya. Juga jangan medianya yang dicurigai atau malah mau di-block atau dibreidel. Harus dicheck dahulu, baru mengambil keputusan. Jika suatu media terus menerus melaporkan dan mengulang-ulangnya suatu “ penyimpangan “ itu karena Pemerintah belum juga tanggap dengan laporan itu, Memang ada media yang sok kebablasan jika mengekspos sesuatu, ini karena untuk menarik pejabat yang terkait, yang menangani masalah itu untuk segera ditangani dengan tuntas. Contoh : Lumpur Lapindo. Jangan terulang lagi seperti Ruyati, yang sesudah dipancung, baru Pemerintah seperti kebakaran jenggot, padahal media sudah mengulasnya berbulan sebelumnya. Meskipun hanya dongeng, tokoh HarunAl- Rasyid bisa menjadi inspirasi , meskipun dengan versi, jaman yang lain tetapi dengan inti yang sama.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun