Mohon tunggu...
Siti Swandari
Siti Swandari Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis lepas

terbuka, ingin bersahabat dengan siapapun dan dimana saja,with heartfelt wishes. gemini, universitair, suka baca, nulis , pemerhati masalah sosial dan ingin bumi ini tetap nyaman dan indah.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

[Fiksi Horor dan Misteri] Yang Melintas Batas

23 September 2016   20:24 Diperbarui: 24 September 2016   01:55 1025
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: lukisdinding.com

Pavilun Rumah Sakit Pemerintah itu hanya punya enam kamar

Saat ini hanya tiga kamar yang terisi, disebelah kanan ada seorang bapak yang terkena stroke – dari seorang direktur yang insinyur menjadi tidak bisa menulis satu hurufpun, lali lupa segalanya, serta  tidak mengenal apa dan siapapun.

Dikamarnya disamping isteri, ada beberapa orang yang ikut menjaga.

Kemudian dikamar depan, ada seorang ibu sepuh yang hanya ditunggui oleh pembantunya yang juga sudah tidak muda lagi. Konon putra/putri ibu itu jauh dari Surabaya, satu ada di Jepang, satu ada di Ambon dan puteri bungsu ada di Banyuwangi.

Kemudian dikamar tengah, suami yang terkena hipertensi karena kesalahan  pola makan . Yang mendampingi  aku sendiri,  ibu mertua, seorang adik mertua – tante Murni dan juga anak sesudah pulang dari sekolah. Kita sudah tiga hari di Rumah Sakit itu, dan karena keadaan suami sudah membaik, akupun ngantor seperti biasa.

Siang itu sepulang dari kantor, aku memasuki area pavilyun dan berjalan menuju kamar suami. Dicegat oleh pembantu tua ibu sepuh dan mengatakan jika ibu ingin bertemu denganku. Aku masuki kamar ibu, kulihat beliau tersenyum memandangku. Tanganku dipegang, akupun mengelus tangan beliau perlahan, beliau sudah tidak bisa berbicara., sejak diangkat kerumah sakit ini lima  hari lalu.

Kemudian tanganku ditaruh didada beliau, digenggam, tersenyum, kuelus-elus  tangan beliau dengan lembut dan secara perlahan kulihat beliau terlelap, nafasnya teratur.

“Kalau ibu terbangun, saya ada dikamar depan ya mbok,..” kataku pada pembantu beliau.

Dikamar, kulihat suami sedang makan buah ditemani oleh anak, mertua dan tante Murni, rupanya keadaan suami tambah membaik.

“Ma, tadi dicari sama pembantu kamar depan,..” kata anakku, aku mengangguk.

Kuceriterakan, aku tadi sudah mampir kesana dan sepertinya beliau sekarang sedang tidur.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun