Aku sekeluarga memang sudah lama berlangganan untuk kadang mengudap dan njajan di depot itu, Â sejak pindah kedaerah sini, saat suami alm. masih ada.
"Seperti biasa ya bu ?" aku mengangguk, dia segera mengambil sate mentok ayam 7 tusuk dan mulai membakarnya.
"Tolong dibakarkan lagi 15 untuk rumah, campuran saja, lontongnya 5 ya " kataku menambahkan.
Anaknya segera menyiapkan teh panas, juga sepiring kerupuk serta kacang goreng renyah dimejaku, untuk cemilan.
"Kok kacang mentenya gak ada ya buk ?" tanyaku.
"Besok si Barokah baru bisa datang bu, bawa lorjuk dan grinting udang, juga krupuk, mlinjo dan rengginang. Mudah2-an bawa mente, mahal sih sekarang. Kalau jagung manisnya, belum panen bu, mungkin bulan depan  ..." aku mengangguk dan tersenyum.
Barokah itu anaknya yang ada di Madura, sebulan sekali datang ke Surabaya, dengan membawa aneka kuliner khas daerahnya, Â yang selalu bikin ketagihan ... aku saja yang harus waspada menjaga kolesterolku, jangan sampai keterusan waktu ngemilnya.
Tiba2 ada sambaran petir menggeledek memecah dilangit, semua kaget.
Cuaca cepat berubah, langit yang tadi cerah jadi kelabu gelap.
"Adoo- doo, susah bu musim ujan gini, kemarin itu kita sampek hampir jam sebelas malem baru abis satenya, ... " keluh buk Ropi'ah.
Dan hujan seperti dicurahkan dari langit, disertai petir dan geledek yang membahana.