"Kita panggil saja Guntur, dia pasti bisa mengerti semua" eyang berkata, dan kita semua langsung setuju dengan gagasan eyang,
Pakde Guntur Lelana adalah kakak ibuku, putra eyang yang pertama.
Ibu mempunyai dua  saudara, semua laki-laki, yang seorang pakde Guntur dan yang seorang pakde Satrio Waskito.
Kedua kakak ibu itu seperti pinang dibelah kapak, tidak ada mirip samasekali antar mereka.
Pakde Satrio orangnya kecil 160-an cm, langsing, putih dan penakutnya luar biasa.
Sedangkan pakde Guntur orangnya perkasa, tinggi besar 180-an, kulit coklat gelap, tegap dan pemberani serta mempunyai six sence yang menurun dari eyang bahkan sas-susnya melebihi ibunya.
Katanya dikehidupannya nyata keseharian,  beliau banyak juga di mintai tolong oleh warga  sekitar yang ada dan berhubungan dengan mahluk halus.
"Eyang jadi memanggil pakde Guntur " aku tanya sambil menyodorkan hape pada beliau
Beliau  tersenyum mengangguk, kemudian melihat kesana sini,  ada seekor kupu2 yang terbang mendekat.
Eyang mengulurkan tangannya dan kupu2 itupun hinggap ditangan eyang, perlahan kupu itu ditiup lembut, terbang dan  hilang tak berbekas.
"Kok bisa hilang yang ?" aku celingukan melihat dan mencari kemana gerangan kupu2 itu tadi.