Mohon tunggu...
Siti Swandari
Siti Swandari Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis lepas

terbuka, ingin bersahabat dengan siapapun dan dimana saja,with heartfelt wishes. gemini, universitair, suka baca, nulis , pemerhati masalah sosial dan ingin bumi ini tetap nyaman dan indah.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Debar Menggapai Dunia Lain

12 September 2019   20:16 Diperbarui: 12 September 2019   20:24 276
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: genpi.co

Seharian itu kita menata semua baju yang kita bawa.

Pembantu juga segera menyediakan minuman, bikin kudapan dan mereka mulai masak didapur.

Sampai makan malam juga berjalan biasa, nyaman saja, aneka lauk sudah dipersiapkan, sudah dimasak dari Surabaya sejak kemarin.

Tetapi dimalam itu, kedua pembantu gedor pintu,  minta tidur bersama dikamar kita, juga Pardi ikut masuk, mereka tidak berani tidur dikamarnya, semua ketakutan.  Katanya mereka melihat ada orang yang sedang bakar2 sampah di belakang, yang tampak hanya bayangannya yang samar saja.

Katanya orangnya  tinggi dan besar,  dia  keluar dari rumah bekas base camp yang rusak itu.

Paginya kita lihat kebelakang, tidak ada bekas bakaran samasekali, padahal mereka melihat api itu kobar menyala dan ada bayangan seseorang yang mondar-mandir.

Menurut eyang yang mbahureksa/penunggu di tempat ini, orangnya rajin suka bersih2, jadi dia suka bakar2 sampah.

Sejak dirumah baru itu, entah kenapa eyang suka duduk di kursi goyang di teras belakang. Kadang ada yang seperti di perhatikan, sering  mengikuti gerakan sesuatu yang tidak kelihatan.

Eyangku ini memang pribadinya prima, tatapannya teduh penuh persahabatan, tenang, sabar dan konon intuisinya amat tajam.

Banyak yang bilang beliau bisa melihat mahluk halus yang tidak bisa kita tangkap dengan indera biasa kita, tetapi beliau bisa melihatnya.

Kadang beliau lupa kalau orang lain tidak *seawas* beliau, sehingga sering timbul kepanikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun