Mohon tunggu...
Siti Shofia Latifah Azzahra
Siti Shofia Latifah Azzahra Mohon Tunggu... Mahasiswa - Communication Science

Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga (20107030013)

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Mengenal Hustle Culture, Yakin Sukses dengan Gaya Hidup Tersebut?

16 Maret 2021   17:37 Diperbarui: 16 Maret 2021   22:55 652
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi seseorang yang tengah bekerja hingga larut malam menandakan dirinya gila kerja/workaholic (ellecanada.com/Wing Sze Tang)

Elon Musk, sebagai salah satu orang terkaya di dunia, memiliki statement bahwa "Orang yang hanya bekerja 40 jam per minggu, tidak akan bisa mengubah dunia. Jika kita mencintai hal tersebut, maka tidak akan merasa seperti pekerjaan."

Sama halnya dengan Gary Vee, figur entrepreneur dan seorang speaker yang sering memberikan motivasi seperti "Saya terus bekerja keras ketika Anda semua tidur".

Pengagungan ini menyebabkan banyak orang yang merasa bahwa Hustle Culture adalah suatu hal yang baik, padahal di samping itu ia menjadi tidak punya waktu untuk mengeksplorasi hobinya, berkumpul bersama keluarga dan teman, apalagi liburan.

Fenomena Hustle Culture mengakibatkan banyak kasus kematian, seperti di Jepang.

Jepang merupakan negara yang dikenal dengan masyarakatnya yang gila kerja. Mereka bekerja dengan usaha yang maksimal dan berorientasi sangat jauh ke depan.

Dikutip dari theguardian.com, melaporkan bahwa di Jepang 1 dari 5 karyawan punya risiko meninggal dunia karena terlalu banyak bekerja.

Pada tahun 2013, ada 1 jurnalis bernama Miwa Sado yang meninggal dunia karena gagal jantung yang disebabkan oleh pekerjaan.

Lalu, pada tahun 2015 ada anak muda bernama Matsuri Takasashi yang berusia 24 tahun meninggal karena mengalami stres akibat terlalu lama bekerja. Sebelum meninggal, ia sempat mengunggah di media sosialnya dan mengeluh bahwa ia hanya tidur 10 jam selama satu minggu.

Dan pada tahun 2016 ada 2.000 kasus bunuh diri di Jepang karena stres terkait pekerjaan.

Memang segala sesuatu pasti ada dampak positif dan negatifnya.

Dampak positif dari gaya hidup Hustle Culture ini adalah kita bisa jadi lebih produktif, mengerjakan pekerjaan tepat waktu (sesuai deadline), dan lebih termotivasi untuk mengejar mimpi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun