Mohon tunggu...
siti rohimah_sr
siti rohimah_sr Mohon Tunggu... Penulis - Istri dan Ibu Rumah Tangga

Suka menulis hal hal yang sedang atau pernah terjadi dalam hidup

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Apakah Cukup Memotivasi Anak dengan Mainan?

18 Januari 2019   20:19 Diperbarui: 18 Januari 2019   20:23 197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya yakin, sebagian besar semua orang tua menginginkan yang terbaik untuk anaknya. Saking terbaiknya para orang tua rela mengalihkan biaya-biaya untuk dirinya pribadi seperti ke salon atau beli baju baru untuk memberikan sesuatu yang membahagiakan anaknya. 

Atau bahkan ada beberapa orang tua -khususnya ibu- yang lebih memilih memegang uang untuk jajan anaknya daripada harus belanja yang akan dimasak hari itu. Realita yang sederhana dan sepele namun cukup berat untuk menentukan pilihan. Semoga semua keluarga diberi kemudahan rizki.

Bahkan kita mungkin sering mendengar kalimat seperti "biar ibu bapakmu saja yang susah, kamu jangan nak!". Terdengar dramatis memang. Tapi kembali lagi dengan pernyataan saya di awal, hampir semua orang tua menginginkan yang terbaik untuk anaknya. 

Belum lama ini, saya ditanya oleh salah seorang teman saya. "Anak kamu mainannya banyak ya". Saya hanya jawab, "Alhamdulillah". Trus ditanya lagi, "emang kaya gitu ga manjain anak?". Saya jawab, "kalo buat saya manjain itu selalu beliin mainan tanpa ada pencapaian yang dia capai. Sebenarnya sih mainan-mainan ini kaya hadiah aja dari apa yang udah dia lakuin."

Bagi saya memberi mainan kepada anak sah-sah saja. Apalagi itu uang mereka (orangtuanya) sendiri. Hanya saja perlu ada pembatasan dalam pemberian kepada anak. Kita buat contoh seperti ini, "ma aku mau mainan rumah-rumahan barbie dong ma". 

Pasti kita sebagai orang tua akan menjawab, "iya... Besok ya". Secara rumah-rumahan barbie itu harganya ga kaya beli cilok yang 2rb dapet. Terlebih anak kita tidak akan terima dan percaya begitu saja bahwa besok mainan tersebut akan ada di barisan kumpulan mainan-mainannya. Tidak ya moms. Si anak akan rewel sejadi-jadinya sampai mainan yang ia mau ada dalam genggamannya. 

Bahkan ada yang sampai guling-guling menangis di hadapan semua orang atau mungkin hal-hal luar biasa yang ia lakukan hingga membuat kita sebagai orang tua nya tak enak diri. 

Nah terlepas dari sebuah angka yang melekat pada barang tersebut, kita perlu menyisipkan sedikit pendidikan di dalamnya. Kalau saya akan membiarkan anak saya menangis sampai ia selesai. 

Biasanya saya berkata, "iya silahkan menangis sampai kakak mau denger mama ngomong". Saya serius. Memang awalnya berat untuk tahan emosi, malu saya rasakan atau banyak perasaan campur aduk dalam hati saya. Tapi ternyata hanya perlu 2-3 kali pembiasaan seperti itu, anak saya tidak serewel sebelumnya. Ada harga mati yang saya terapkan, anak saya harus tenang dan saya akan bicara. 

Jika si anak sudah mau mendengarkan kita, cobalah perlahan jelaskan bahwa ia akan mendapatkan mainan itu jika ia menyelesaikan menghafal huruf abjad atau surat tertentu. Ada yang bilang si anak jadi kurang ikhlas dong ngafalnya. 

Bagi saya, mengajarkan ikhlas tidak bisa diaplikasikan langsung secara keseluruhan apalagi terhadap anak kecil. Kita saja yang sudah berumur masih belum bisa ikhlas sepenuhnya. Jujur saja, kita beribadah sebagian besar karena kita mengharap surga atau diampuni dosa kita. Bukankah itu pamrih?

Lagipula anak kita sudah sedikit belajar ikhlas ketika ia harus menahan keinginannya setelah ia menyelesaikan tugasnya. Daripada ia selalu mendapat apa yang ia inginkan tanpa ada yang harus ia usahakan. Bagi saya itu namanya memanjakan.

Jika ada yang bilang "uang... Uang saya. Terserah saya dong mau buat apa." Yasudah biarkan saja. Meminjam istilah lakum dinukum waliya diin, saya plesetkan sedikit. Bagimu caramu, bagiku caraku. Heheheh...

Lagipula dengan harus menyelesaikan tugasnya terlebih dahulu, ia akan belajar bertanggung jawab akan hidupnya. Dan ia fokus pada apa yang menjadi keinginannya. Dulu saat saya selalu membelikan barang yang anak saya mau dengan mudah, ia tidak fokus dan kurang bertanggung jawab terhadap mainannya. Baru kemarin saya belikan gitar-gitaran piano. 

Sekarang ia minta kuda lumping. Mainan yang kemarin? Teronggok begitu saja di lantai. Sekarang karena anak saya sedang belajar membaca iqro, saya langsung yang mengajarkan di rumah. 

Setiap dia naik satu tingkat, saya akan mengabulkan permintaan nya. Satu tingkat di iqro untuk anak yang baru belajar itu cukup lama lho moms. Sekalian saya memintanya untuk menyisihkan uang jajannya (yang diberi oleh babahnya) dan memasukkan nya ke dalam botol Aqua 1,5 liter atau kami sebut "celengan". 

Supaya terlihat saja uangnya sudah seberapa banyak. Menurut saya itu lebih efektif untuk menyemangati anak saya mengaji sekaligus menabung, karena uangnya terlihat sudah penuh atau belum. Awalnya saya memberikan celengan bergambar kesukaannya, ternyata itu tidak berlangsung lama. Ia jenuh karena tidak bisa melihat sudah seberapa banyak uangnya, alhasil ia kurang semangat. Dan pastinya botol bekas Aqua 1,5 liter lebih murah daripada celengan kosong bergambar. Hihihii...

Sekarang saat saya meminta ia melakukan sesuatu terlebih dahulu untuk mainan yang ia inginkan, ia fokus pada tujuannya. Meskipun teman-temannya sudah beli 5 mainan baru yang berbeda, ia fokus mainan apa yang sebenarnya ia inginkan. Dengan begitu, mainan tidak terlalu menumpuk sia-sia dan uang belanja aman dalam jangka waktu yang cukup panjang. Hehehehe... Setidaknya itu tujuan utama saya.

Dan sebaiknya memang mainan terbaik untuk anak adalah tubuh orang tuanya sendiri. Seperti main cilukba, naik kuda-kudaan, rumah-rumahan dan lain sebagainya. Mainan hanyalah media penunjang agar kegiatan bermain lebih beragam. Jadi menurut saya memotivasi anak dengan mainan boleh-boleh saja.

Last but not the least, awal merubah pembiasaan memang berat. Tapi kuncinya hanya konsisten dan yakin. Bolehlah sedikit cheating (tau lah ya hati buibu kalo anaknya mewek) tapi janji dalam hati untuk berusaha lebih baik lagi.

Semoga bermanfaat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun