Mohon tunggu...
Siti Rohiimaa
Siti Rohiimaa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Ordinary Girl

Sekedar menuangkan apa yang ada di pikiran

Selanjutnya

Tutup

Money

Fenomena Asimetri Informasi dan DDC (Data Driven Company) Pada Perusahaan Online Market

9 Juli 2021   15:52 Diperbarui: 9 Juli 2021   16:02 222
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Data Driven Company (DDC)

Dewasa ini perkembangan teknologi dan evolusi jaringan sosial online menjadi pemicu munculnya fenomena perdagangan yang melibatkan platform sosial media seperti Facebook, Twitter, dan Instagram. Terciptanya pasar baru ini menyebabkan perdagangan mulai menggunakan jaringan periklanan dan penyedia layanan online lainnya. Untuk dapat menjalankan sistem periklanan secara efektif, para pelaku usaha membutuhkan basis data. Basis data merupakan sekumpulan data yang secara logis terkait dan dirancang untuk memenuhi kebutuhan informasi dari suatu organisasi (Connolly dan Begg, 2010). Dalam ranah bisnis yang memanfaatkan jaringan online atau sosial media, basis data digunakan untuk menyimpan kontak pribadi orang-orang yang merupakan prospek calon pelanggan atau konsumen, data tersebut dapat berupa email, kontak HP, maupun akun Facebook, Instagram, Twitter, dan sebagainya. Bahkan opini publik di sosial media juga bisa digunakan sebagai pedoman basis data selama terdapat bukti dan fakta. Kegunaan data-data tersebut bagi pengusaha atau internet marketer adalah sebagai berikut:

  • Sebagai sarana edukasi bagi perusahaan atau internet marketer dalam mengembangkan topik yang erat dengan komoditas jualan mereka.
  • Sebagai sarana untuk menjalin kedekatan dengan para prospek konsumen. Misalnya dengan memperkenalkan diri atau produk melalui email, memberikan konten-konten jualan berupa informasi atau artikel yang dapat membuat konsumen merasa terbantu. Sehingga hal ini juga dapat membangun kepercayaan. Karena orang cenderung membeli sesuatu kepada orang yang dikenal dan dekat hubungannya. Ini disebut juga dengan aspek relasional jaringan sosial online, yaitu menciptakan nilai kredibilitas melalui ikatan teman sebaya (Lin, 2009)
  • Sebagai sarana untuk membangun personal branding. Melalui basis data, perusahaan atau internet marketer dapat membagikan konten spesifik dan fokus di keahlian bidang, agar branding yang dimiliki lebih powerful. Dengan branding yang sudah dipercaya, meningkatnya konversi penjualan kemungkinan besar bisa terjadi.
  • Sebagai aset digital. Semakin besar basis data yang dimiliki, semakin besar pula kemungkinan bisa menjual sesuatu.
  • Sebagai sarana survey jasa dan produk. Basis data digunakan untuk menggali informasi tentang produk atau jasa apa yang dibutuhkan oleh prospek konsumen. Animo konsumen terhadap suatu produk atau jasa dapat dilihat melalui tanggapan mereka lewat like, comment, dan share yang muncul.

Berdasarkan penjabaran tersebut, dapat dipahami betapa pentingnya basis data bagi perusahaan atau internet marketer. Bahkan Amazon.com juga menerapkan fitur jejaring sosial online di situs web mereka untuk menghubungkan pengguna atau konsumen dan memperoleh basis data. Sedangkan platform sosial media yang paling menonjol dalam hal bisnis berbasis data adalah Google dan Facebook. Periklanan Google diakuisisi di DoubleClick, yang memiliki hubungan dengan sebagian besar situs web yang paling banyak dikunjungi di dunia (Van de Waerdt, 2020). Facebook menayangkan iklan di situsnya, sedangkan Instagram fokus pada periklanan mobile atau seluler. Fenomena periklanan di jejaring online atau sosial media ini semakin mempertegas hadirnya pasar baru.

Munculnya jenis pasar baru ini akhirnya mendorong perusahaan atau para pelaku usaha untuk concern dan berlomba-lomba pada pengumpulan, analisis, pemrosesan, dan monetisasi data pribadi. Pemanfaatan basis data dalam jaringan perdagangan online menyebabkan perusahaan mulai menerapkan DDC (Data Driven Company), yaitu suatu perusahaan yang mampu bekerja, mengambil keputusan, dan membuat kebijakan berdasarkan analisis data secara tepat dan memadai (Kemenkeu, 2021). Contoh perusahaan yang berhasil meraih kesuksesan besar dengan menerapkan DDC adalah Tesco, supermarket asal Inggris dan Walmart asal Amerika.

Data Driven Company (DDC), pada umumnya digunakan perusahaan sebagai tolak ukur apakah keputusan yang mereka ambil sudah dapat menjawab permasalahan atau tidak. Bahkan jika keputusannya salah, DDC dapat digunakan perusahaan untuk menganalisis ulang data baru sampai menemukan keputusan yang tepat.

Periklanan bertarget yang memanfaatkan Data Driven Company (DDC) dilakukan dengan menganalisis data pribadi untuk menentukan minat konsumen dan kemudian ditunjukkan iklan yang sesuai dengan minat mereka tersebut. Misalnya, jika seorang konsumen terlihat mengunjungi situs web yang terkait dengan film atau acara, maka DDC akan memperhatikan minat ini dan selanjutnya menggunakan data ini untuk menampilkan lebih banyak iklan blockbuster terbaru. Hal ini juga berlaku pada platform sosial media. Jika kita sering membuka atau mencari akun fashion, maka platform tersebut akan lebih sering menyajikan postingan-postingan yang berkaitan dengan produk fashion. Periklanan bertarget di sosial media ini dinilai lebih efisien karena menghasilkan keuntungan yang lebih besar dibandingkan dengan iklan biasa atau umum.

Namun bagaimanapun DDC memiliki kekurangan dan kelebihan bagi masing-masing pihak, yaitu perusahaan dan konsumen. Bagi perusahaan, Data-Driven Company (DDC) memiliki peranan penting dalam pengambilan keputusan perusahaan. Karena hal inilah juga menjadi kekurangan DDC, perusahaan diharuskan mengumpulkan data dalam jumlah yang sangat banyak agar dapat mengambil keputusan seakurat mungkin. Sehingga perusahaan yang tidak memiliki kemampuan atau sumber daya untuk mengumpulkan data tersebut akan mengalami asimetri informasi, yaitu keadaan yang menunjukkan kesenjangan informasi dimana pihak satu memiliki lebih banyak informasi daripada pihak lainnya (Evitasari, 2020). Pada pasar berbasis data, asimetri informasi berkaitan dengan volume dan cara pemrosesan data pribadi.

Sedangkan bagi konsumen, kelebihan penggunaan DDC dalam pasar online adalah memungkinkan mereka lebih mudah memperoleh penawaran produk. Namun kekurangan atau resiko adalah bahwa konsumen tidak akan mendapatkan informasi yang baik tentang bagaimana data mereka digunakan oleh perusahaan. Kurangnya transparansi karena asimetri informasi ini dapat mengakibatkan konsumen tidak menyadari bahwa hak-hak mereka dilanggar sejak awal. Atau bahkan jika mereka menyadarinya, mereka tidak tahu kepada siapa harus menyampaikan keprihatinannya.

Asimetri informasi pada penggunaan Data Driven Company dalam perdagangan mengarah pada perbedaan substansial yang ada antara informasi yang tersedia untuk Data Driven Company dengan yang tersedia untuk konsumen.

Bagaimana Munculnya Asimetri Informasi

Sebelum mengetahui bagaimana dan mengapa asimetri informasi bisa muncul, perlu diketahui jika perusahaan berbasis data sering dianggap "menjual data pribadi", walaupun tidak semua perusahaan bertindak seperti itu. Namun sumber pendapatan terbesar dari perusahaan Facebook dan Google adalah melalui monetisasi data pribadi (Van de Waerdt, 2020). Dari sinilah asimetri informasi muncul melalui pengumpulan data pribadi dan analisis data pribadi.

            DDC tidak hanya mengumpulkan data pribadi yang disadari oleh konsumen, tetapi juga data yang diamati oleh platform sosial media. Misalnya ketika pengguna mengomentari foto kelinci, bisa mengindikasikan bahwa pengguna tersebut menyukai kelinci dan selanjutnya DDC mengumpulkan semua pencarian pengguna, menggabungkan, dan menyimpan data tersebut. Bahkan penyedia layanan di smartphone dapat menyusun peta rutinitas harian pengguna melalui pelacakan geolokasi. Hal ini kemudian mengakibatkan konsumen tidak dapat mengawasi seberapa banyak data yang dikumpulkan dan digunakan oleh DDC. Bahkan jika pengguna atau konsumen melakukan langkah pencegahan agar pihak ketiga tidak dapat mengumpulkan data, seperti memasang ekstensi untuk memblokir cookie, tetap saja tidak ada jaminan bahwa data pribadi tidak dikumpulkan. Akhirnya, asimetri informasi muncul antara konsumen dan perusahaan: konsumen tidak memiliki wawasan tentang bagaimana DDC mengumpulkan data, sedangkan perusahaan mengumpulkan data dalam jumlah banyak yang tidak dapat diawasi oleh konsumen.

            Analisis data pribadi juga dilakukan oleh DDC untuk menemukan korelasi antara minat dan atribut, hingga pada tahap mengetahui bagaimana pengalaman dan kepribadian pengguna. Sosial media menggunakan algoritma untuk mempelajari dinamika kelompok, misalnya mempelajari bagaimana pengguna melakukan penelusuran online dan bagaimana perilaku pengguna dalam proses pengambilan keputusan. Analisis data dilakukan untuk memperluas dan memperkaya kumpulan data tanpa keterlibatan dan sepengetahuan pengguna. Informasi yang diperoleh pun bisa sangat pribadi dan sensitif. Semua hal ini mempertegas bahwa asimetri informasi semakin diperbesar dengan adanya analisis data atau data mining.

SUMBER REFERENSI

Connolly, Thomas and Begg, Carolyn. (2010). Database Systems A Practical Approach to Design, Implementation, and Management Fifth Edition. Boston: Pearson Education

Evitasari. (2020). Pengertian Asimetri. https://www.terraveu.com/pengertian-asimetri/. diakses pada 5 Juni 2021

Kementerian Keuangan Republik Indonesia. (2021). Wamenkeu: Kemenkeu Harus Jadi Data Driven Organization. https://www.kemenkeu.go.id/publikasi/berita/wamenkeu-kemenkeu-harus-jadi-data-driven-organization/ diakses pada 5 juni 2021

Lin, Mingfeng & Prabhala, Nagpurnanand & Viswanathan, Siva. (2009). Can Social Networks Help Mitigate Information Asymmetry in Online Markets?. 202.

Van de Waerdt, P. J. (2020). Information asymmetries: recognizing the limits of the GDPR on the data-driven market. Computer Law & Security Review, 38, 105436. doi:10.1016/j.clsr.2020.105436

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun