Mohon tunggu...
Siti Rahmah
Siti Rahmah Mohon Tunggu... Guru - Guru

Sebagai guru pada kompetensi keahlian Agribisnis Pengolahan Hasil Pertanian di salah satu sekolah negeri di kalimantan Tengah dari tahun 2009.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Diseminasi Webinar IKM bersama BPMP Provinsi Kalimantan Tengah dan Yayasan Guru Belajar

30 November 2022   21:25 Diperbarui: 30 November 2022   21:36 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Awal

Kurikulum Merdeka menjadi angin segar dalam upaya perbaikan dan pemulihan pasca pandemic Covid-19 yang diluncurkan pertama kali tahun 2021. Dalam upaya pemulihan pembelajaran tahun 2022-2024 Kemendikbudristek mengeluarkan kebijakan bahwa sekolah yang belum siap untuk menggunakan kurikulum merdeka belajar masih dapat menggunakan kurikulum 2013.

Sekolah kami memilih menggunakan kurikulum 2013 yang artinya memilih IKM Mandiri Belajar. Awalnya kami mengira Kurikulum Merdeka hanya akan menambah beban kerja guru, karena kami sama sekali belum mengerti apapun terkait Kurikulum Merdeka yang diluncurkan Pemerintah, hanya mendengar tapi belum bisa memahami.

Tantangan

Konsep CP, TP, dan ATP seperti hanya pergantian nama saja dari KI dan KD. Apa bedanya? Pembelajaran yang dilakukan masih monoton, guru sulit keluar dari zona aman, hanya memberikan materi dan penjelasan kepada peserta didik (teacher centered), ditambah minimnya fasilitas dan lingkungan belajar yang belum mendukung.

Aksi

Setelah mengikuti webinar  yang diselenggarakan Yayasan Guru Belajar, membuat saya mengerti dan memahami pentingkan pentingnya paradigma dan implementasi IKM di lapangan dan bukan sekedar administrasi CP, ATP, KOSP saja. Guru memiliki kemerdekaan  dalam menentukan tujuan pembelajaran, konsep yang penting adalah kompetensi peserta didik, bukan sekedar banyak dan selesainya materi yang disampaikan saja. Selain itu Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) dilakukan berdasarkan bakat dan minat peserta didik, guru hanya sebagai fasilitator.

Perubahan

Sebelumnya saya tidak mengerti dan memahami tentang IKM dan merasa tidak bisa melalukan karena kondisi keterbatasan sekolah dan guru, ada rasa khawatir materi tidak akan tuntas tersampaikan dan harus melengkapi bahan ajar. Setelah memahami CP, TP, dan ATP saya mulai memahami ke arah mana kurikulum merdeka ini, begitu juga dengan proses pelaksanaan Projek Penguiatan Profil Pelajar Pancasila  (P5).

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun