Mohon tunggu...
Siti Nuronniah
Siti Nuronniah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Ahmad Dahlan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pariwisata Inspiratif Pascapandemi

19 April 2021   19:17 Diperbarui: 20 April 2021   22:22 263
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dunia pariwisata di seluruh dunia sedang diterpa krisis akibat Covid-19. Namun kita tetap perlu memikirkan pariwisata pascapandemi. Bagaimanapun pariwisata adalah sektor ekonomi yang diyakini tetap berjaya di era industri ke-4, di mana sebagian besar lapangan kehidupan sudah terotomatisasi dengan robot dan kecerdasan artifisial. Beberapa tahun silam bahkan pemerintah mendorong agar tiap kabupaten mempromosikan sejumlah objek wisata baru. Maka bermunculah desa wista dimana-mana.

Bahkan Nusantara sangatlah beranekaragam munculnya atraksi wisata,baik alam maupun budaya sekitar. Adanya sedikit sentuhan dalam meningkatkan asset,akses,dan fasilitas,maka objek pariwisata di tanah air akan lebih unggul dari objek serupa di luar negeri. Apalagi banyak sektor pasar Indonesia memungkinkan untuk menarik wisatawan domestik dalam kadar seperti pasar bersama Eropa,di mana penduduk negeri anggonta Uni Eropa saling berlibur ke negeri lainnya.

Di daerah Jawa Tengah dan Yogyakarta saja,beragam atraksi wisata sudah berpotensi besar pada daerahnya. Namun memang diakui bahwa akses informasi ataupun transportasi ke objek wisata itu masih membutuhkan peningkatan lagi dalam penjelajahan wisata daerah. Sebagai objek pariwisata dengan panorama alam yang indah menjadikan salah satu agenda wisatawan berkunjung saat akhir pekan.

"Gumunan"

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) perjalanan wisata dalam dan luar negeri meningkat dari tahun ke tahun. Survei pada tahun 2019 menyatakan bahwa masyarakat indonesia lebih suka perjalanan domestik daripada pergi ke luar negeri. 86% orang Indonesia yang disurvei menyatakan bahwa mereka lebih suka berlibur di dalam negeri ketika 14% memilih untuk liburan ke luar negeri. 

Maka kehadian media sosial membuat mereke mudah gumunan. Sebuah foto di akun istagram tentang sebuah Dusun Butuh sebagai " Nepal Van Java" ,bisa membuat ribuat orang tiba-tiba menyerbu dusun itu di akhir pekan. Ini justru akan berpengaruh bagi desa di sepanjang jalan ke sana. Transportasi akan maju dengan kehadiran ribuan pengunjung tersebut.

Umur dari wisata dengan modal gumunan itu biasanya tidak bertahan lama. Bahkan sektor ekonomi mengeluh bahwa lebih banyak hari-hari sepi. Pengunjung membludak hanya di hari libur saja. Keadaan yang terjadi seperti itu juga dikatakan tidak ramah lingkungan. Tiba-tiba terpaksa sejumlah tanaman ditebang untuk dijadikan parkiran atau lahan kulineran. Demikian dengan sampah tiba-tiba berserakan diberbagai tempat.

Ada beberapa tempat yang mendapat pengunjung lebih banyak,yang datang tak cuma pengunjung yang akan menjelajah tempat,akan tetapi ikut juga wisatawan-kriminal,dari tukang copet sampai pencuri kendaraan bermotor. Bahkan ada objek wisata yang memiliki penginapan,penjaja seks,minuman keras dan narkoba pun ikut andil dalam meraup penghasilan.

Informasi

Tiba saatnya dibuat laman informasi pariwisata yang dapat mengoptimalkan fenomena ini. Pemilik objek wisata lain bila perlu membatasi pengunjung dengan sistem kuota. Sintem ini selain akan mengurangi dampak buruk terjadinya penularan Covid-19,juga akan mendorong orang lain berkunjung secara terencana,sehingga kunjungan tidak melonjak. Banyak tempat wisata di Indonesia yang sudah menerapkan sistem kuota ini.

Strategi yang dapat dilakukan dalam upaya mengatasi kelonjakan tersebut yaitu dengan pengembangan aksesibilitas yang memudahkan wisatawan menikmati tempat pariwisata dan fasilitas pariwisata yang menunjang kegiatan pariwisata seperti pemanfaatan balkondes. Penyediaan protokol standar covid di tempat wisata pun terus diupayakan seperti fasilitas tempat cuci tangan dan posko kesehatan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun