Pelaksanaan pernikahan Ipul dan Ruroh tinggal seminggu lagi. Semua sudah dipersiapkan dengan matang. Mulai dari  acara Ijab qabul tempatnya di mana, Walimatul Urusy siapa yang akan mengisi acara, yang diundang siapa saja, catering dipercayakan kepada siapa, dan pernak-pernik pernikahan lainnya.
Sambil melipat tissu Ruroh teringat saat-saat Ipul mengutarakan cintanya. Setahun yang lalu ketika ia dan grup salawatnya mengikuti even Festival Salawat, se Blitar Raya.
Ipul yang juga ikut lomba bersama grupnya, kala itu memandangi Ruroh yang sedang berada di atas panggung. Â melantunkan sebuah lagi salawat. Matanya tak berkedip tanda kagum, ada bidadari cantik bersuara emas sedang berada di hadapannya.
***
"Ning Ruroh". Sapa Ipul.
Ruroh menoleh dan menjawab sapaan Ipul, "Ada apa Kang?"
"Akang cinta Ning Ruroh, maukah Ning Ruroh jadi calon ibu dari anak-anak Akang nanti?"
Tanpa disangka-sangka, Ipul menyatakan cintanya kepada Ruroh. Untung saja teman-teman Ruroh tak ada yang mendengar, karena mereka asyik menyaksikan penampilan grup salawat Qotrun Nada yang selama ini jadi saingan grup salawat mereka.
Ruroh tersipu malu, pipinya nampak kemerahan terkena sorot lampu. Secara, selama ini ia memang menaruh hati kepada Ipul. Tanpa ragu lagi Ruroh menganggukkan kepala.
Panggilan ibunya mengagetkan Ruroh, ia senyum-senyum sendiri mengingat kisah cintanya. Cinta mereka tertambat di ajang festival salawat.
