Mohon tunggu...
Siti Nazarotin
Siti Nazarotin Mohon Tunggu... Guru - Dinas di UPT SD Negeri Kuningan Blitar

Tebarkan manfaat lewat kata-kata. Akun Youtube: https://youtube.com/channel/UCKxiYi5o-gFyq-XmHx3DTbQ

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ika, Potret Kemiskinan dalam Dera Sakit Tanpa Pengobatan

7 Februari 2020   22:42 Diperbarui: 12 Februari 2020   15:25 212
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Ika tampak pucat. dokpri

 

Kupanggil dia Ika,  wanita muda beranak satu yang masih tetanggaku.  Dia hidup di kampungku dengan satu alasan. Mengikuti suami. Ika berasal dari Kalimantan, menikah dengan Huda, tetanggaku yang merantau di Kalimantan, mereka menikah di sana pula. Hingga satu peristiwa  membuat Huda harus mengajak ika pulang ke kampung halaman, Blitar. Tersebab ayah Huda meninggal dunia. Sehingga ibu Huda, yang notabene ibu mertua Ika jadi tinggal sendirian.

Kasihan ibu Huda,  telah senja usia,  butuh seseorang yang menemani dan merawatnya. Maka diputuskan mereka tinggal bersama ibu Huda.  Tak lama kondisi ini dialami. 

Penghasilan yang kurang membuat Huda berpikir untuk kembali ke Kalimantan.  Meski di sanapun dia tidak mendapat gaji besar namun setidaknya lebih baik dari pada di Blitar, kota yang pernah ditinggali bersama ayah ibunya.

Ditinggal suami, maka Ikalah yang menjadi pengurus rumah itu. Hanya tinggal bertiga dengan Adel anaknya yang masih berumur 4 tahun dan Romelah ibu mertuanya, yang telah senja.

Pada hari-hari biasa hampir tak ada permasalahan yang berarti, meskipun keadaan ekonomi sangat jauh dari kata cukup. Sementara ini yang Ika butuhkan adalah bisa memenuhi kebutuhan makan untuk Adel, Ibu mertuanya dan ia sendiri.

Dengan hanya mengandalkan kiriman uang dari suaminya yang tak seberapa. Sempat saya tanya berapa nominal kiriman dari suaminya, sangat trenyuh saya mendengarnya. Keadaannya serba pas-pasan, cenderung kekurangan malahan. 

Kebutuhan hidup tidak hanya makan saja, banyak yang harus  dipenuhi. Seperti biaya pendidikan dan masa depan anaknya, biaya kesehatan, biaya listrik dan air dan biaya-biaya lainnya. Meski demikian Ika masih bisa bertahan dengan keadaan tersebut.

Namun siapa sangka musibah itu datang. Ika menderita penyakit Demam Berdarah dan typus setelah dicekkan oleh salah satu tetanggaku ke Rumah Sakit terdekat. 

Sebenarnya himbauan dari pihak Rumah Sakit, Ika harus rawat inap, mengingat penyakit yang diidapnya termasuk penyakit yang perlu perawatan dan perhatian penuh serta butuh istirahat total.

Tapi apalah daya, Ika menolak untuk rawat inap karena beberapa pertimbangan. Anaknya yang masih sekolah Paud sangat membutuhkan perhatian dan kehadirannya. Ibu mertua yang sudah tua dan mempunyai keterbelakangan mental juga tak bisa dibiarkan begitu saja. Belum lagi urusan biaya Rumah Sakit yang tidak murah karena Ika tidak memilik kartu BPJS.

Lengkaplah sudah derita yang ia alami. Keadaan ekonomi yang kekurangan, jauh dari suami, jauh dari orang tuanya sendiri, sedang menderita sakit pula.

Sekedar untuk diketahui Ika berasal dari sebuah Dusun Despot Desa Riam Durian Kecamatan Kota Waringin Lama Kabupaten Kota Waringin  Barat Provinsi Kalimantan Tengah. Ketemu dan menikah dengan pemuda asal Blitar bernama Huda yakni tetangga satu RT dengan saya. Mereka ketemu di tempat kerja di pabrik kelapa sawit dan Ika diajak pulang ke Blitar sekitar 4 tahun yang lalu.

Semenjak tinggal di Blitar, orang tua Ika belum pernah sekalipun menjenguk. Boro-boro menjenguk, tanya kabar via telpun atau smspun sama sekali tidak dilakukan. Kok begitu teganya ya. Kenapa bisa begitu? Usut punya usut, ternyata pernikahan Ika tidak mendapat restu dari orang tuanya terutama ayahnya. Entah apa yang menyebabkan orang tuanya tidak setuju, saya tidak mau terlalu jauh mengorek keterangan dari Ika. Saya hanya fokus pada kehidupannya sekarang yang memprihatinkan.

Saya sebagai tetangganya sangat menaruh iba pada keadaan Ika. Namun apalah daya dengan keterbatasan kemampuan saya. Sedikit bantuan yang saya berikan pasti jauh dari kurang dibandingkan yang Ika butuhkan saat ini.

Saya berharap semoga banyak orang yang peduli dan bersedia membantu meringankan beban penderitaan Ika. Setidaknya untuk biaya makan dan biaya pengobatan sampai Ika sembuh.

Saya yakin masih banyak masyarakat yang mau membantu Ika. Dan saya yakin masih banyak Ika-Ika di luar sana yang butuh uluran tangan kita. So tunggu apalagi kawan. Tangan di atas lebih baik dari pada tangan di bawah. Lebih baik membantu dari pada dibantukan?

Semoga tulisan saya ini bermanfaat.

Siti Nazarotin
Blitar, 7 Februari 2020

Tulisan ini telah mendapat persetujuan dari Ika

Tulisan ini didedikasikan untuk Mbak Wid Stoops yang sedang berulang tahun, semoga panjang umur dan selalu dalam lindungan Tuhan Yang Maha Kuasa ya mbak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun