Mohon tunggu...
Siti Mugi Rahayu
Siti Mugi Rahayu Mohon Tunggu... Guru - Saya seorang guru yang tertarik pada pendidikan yang humanis.

Mengajar di SMA Al Muslim

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Seberapa Pentingkah Guru BK di Sekolah?

10 Agustus 2012   13:13 Diperbarui: 4 April 2017   18:28 10489
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Mengapa takut konseling ?

Dari jaman saya sekolah dulu (tahun 90-an.. lama amat ya?) hingga kini, mengapa ya anak-anak cenderung memilih tidak curhat pada guru BKnya ?

Guru bimbingan konseling adalah guru yang memiliki tugas, tanggungjawab, dan wewenang dalam melaksanakan pelayanan bimbingan dan konseling terhadap siswanya. Hal ini terkait juga dengan pengembangan diri siswa baik pelayanan terhadap kebutuhannya, potensi, bakat yang dimiliki, minat, serta kepribadian mereka.

Dulu, sebagai siswa tentu saja saya tidak tahu tugas guru bimbingan konseling itu seperti apa. Setahu saya, guru-guru ini hanya akan memanggil siswa yang sedang mempunyai masalah. Entah itu pelanggaran kedisiplinan dan tata tertib, nilai jelek, bahkan uang bayaran yang nunggak. Beneran, saya tidak tahu manfaat guru BK buat saya.

Jadi, siapapun yang masuk ke ruangan BK, tentu saja saya dan hampir semua siswa pada saat itu akan beranggapan bahwa dia sedang punya masalah. Cap yang biasa ditempel adalah : Anak Bandel !

Jaman sudah lama berlalu, sampai akhirnya saya menjadi guru. Dan tahu tidak, kebanyakan siswa sekarangpun masih sama dengan siswa tempo doeloe..enggan menemui guru BK. Apakah karena alasannya masih sama?

Yuk, kita tengok sejenak :

Pertama, hampir separuh siswa masih berfikiran bahwa guru BK hanya untuk siswa bermasalah. Tidak bisa disalahkan memang, kerena siswa yang masuk ke arsip BK kebanyakan adalah siswa yang memang membutuhkan pelayanan konseling yang sifatnya mendesak. Padahal, guru BK seharusnya mempunyai pelayanan yang kurang lebih sama terhadap siswa-siswa yang tidak bermasalah sekalipun karena mereka juga membutuhkan bimbingan. Berdasarkan pengalaman mengajar, siswa yang bermasalah berat diawali dengan masalah-masalah kecil yang tidak terselesaikan.

Kedua, siswa kebanyakan tidak tahu fungsi dan manfaat keberadaan guru BK di sekolah selain upayanya membantu menyelesaikan masalah.

Ketiga, jumlah guru BK sangat minim. Ini berdasarkan pemantauan saya pada beberapa sekolah terutama swasta, di mana jumlahnya yang tidak proporsional dengan jumlah siswa. Bahkan di sekolah-sekolah swasta kecil, ada yang malah tidak memiliki guru BK.

Dalam blognya, Ahmad Sudrajat menuliskan bahwa beban kerja guru bimbingan dan konseling/konselor adalah mengampu bimbingan dan konseling paling sedikit 150 (seratus lima puluh) peserta didik dan paling banyak 250 (dua ratus lima puluh) peserta didik per tahun pada satu atau lebih satuan pendidikan yang dilaksanakan dalam bentuk layanan tatap muka terjadwal di kelas untuk layanan klasikal dan/atau di luar kelas untuk layanan perorangan atau kelompok bagi yang dianggap perlu dan yang memerlukan. Sedangkan beban kerja guru yang diberi tugas tambahan sebagai kepala sekolah/madrasah membimbing 40 (empat puluh) peserta didik dan guru yang diberi tugas tambahan sebagai wakil kepala sekolah/madrasah membimbing 80 (delapan puluh) peserta didik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun