Mohon tunggu...
Siti Mugi Rahayu
Siti Mugi Rahayu Mohon Tunggu... Guru - Saya seorang guru yang tertarik pada pendidikan yang humanis.

Mengajar di SMA Al Muslim

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Belajar dari Pengalaman Gelap sang Tuna Netra peraih 8 Beasiswa LN di Acara Intip Buku

29 April 2012   01:36 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:59 804
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13356633111687933608

[caption id="attachment_177837" align="alignright" width="300" caption="Taufik Effendi saat sedang menceritakan kisahnya yang inspiratif"][/caption] Adalah seorang tunanetra bernama Taufik Effendi yang dibawa oleh Omjay ke Workshop Intip Buku yang diadakan di Gedung Sjafrudin Prawiranegara Bank Indonesia siang ini. Bapak muda ini memang benar-benar tidak bisa melihat sejak duduk di bangku SMA. Namun apa yang diceritakannya pada sekitar 230 orang peserta seminar ? Dia menceritakan tentang pengalamannya mendapatkan delapan buah beasiswa ke luar negeri dalam hidupnya. Setidaknya, tiga buah untuk tahun ini. Wow. Sungguh prestasi yang luar biasa, di mana saya sendiri merasa sudah sangat putus asa dengan perburuan beasiswa terutama ke luar negeri. Apalagi di usia yang tak lagi muda dan kesempatan yang semakin sempit. Namun, anak muda ini benar-benar mampu menjadi inspirator dan mengundang decak kagum banyak orang di ruang seminar. Tak ada orang yang tahu bahwa kebutaan yang dialami Taufik bukanlah cacat bawaan sejak lahir. Ada kisah yang mengharu biru yang sempat terceritakan Taufik dalam uraiannya sebelum kisah sukses berburu beasiswa tercapai.  Taufik menceritakan dengan agak emosional tentang masa kecilnya yang bukan saja kelam, namun juga membuat dunia Taufik kecil menjadi gelap. Diawali tentang kisah orang tuanya yang hanya sebagai guru dan memerlukan kerja sampingan untuk menghidupi keluarganya, orang tua Taufik menjadi sangat sibuk. Dengan dua kakak yang sama sekali tidak dekat dengan Taufik, Taufik kecil seakan-akan terlupakan dalam keluarga. Dengan pedih Taufik mengakui bahwa dirinya kadang menjadi anak tetangga. Kalau lapar dan tak ada makanan sepulang sekolah, dia akan numpang makan di rumah tetangganya. Namun jika pintu rumah tetangganya tersebut  tertutup, maka Taufik kecil terpaksa tidak makan. Peserta seminar dalam acara yang disponsori oleh iB perbankan syariah inipun menjadi agak sentimentil mendengar kisah pilu ini. Kualitas keluarga yang dirasakan Taufik benar-benar tidak layak disebut keluarga yang damai dan tentram, karena semua orang  hidup sendiri-sendiri. Bahkan, Taufik yang suatu ketika tertabrak bajaj tidak pernah mengatakan hal ini  pada keluarganya, termasuk orang tuanya. Hingga suatu ketika penglihatannya menjadi samar-samar. Mata kanannya mulai tidak berfungsi. Beberapa tahun kemudian, Taufik harus membaca dan menonton televisi dengan sangat dekat. Hal ini menimbulkan kecurigaan orang tuanya, akhirnya Taufik dibawa ke dokter mata. Dokter hanya menyatakan bahwa mata kanan Taufik minus 1,namun keadaan terus bertambah parah hingga Taufik masuk SMA. Baru dua bulan merasakan duduk di bangku SMA, Taufik benar-benar harus menjadi seorang tuna netra. Satu persatu syaraf mata terasa putusnya. Pyar.. Pyar.. seperti melihat dalam air. Mengerikan ya ? Bertahun-tahun Taufik stress menghadapi kenyataan baru bahwa dirinya adalah seorang buta buta walaupun dia tetap bersikeras untukmeneruskan SMAnya. Akhirnya setelah lulus, Taufik dimasukkan ke asrama pijat sebagai tempat pelatihan professional pijat. Tidak berapa lama, karena tidak betah dan keinginan untuk sekolahnya sangat tinggi, Taufik kabur dari asrama. Taufik lalu ikut SPMB, dan akhirnya diterima di UNJ Jurusan Bahasa Inggris. Beasiswa pertamanya dia peroleh ketika semester 6 untuk belajar di Jepang. Lulus S1 3,5 tahun dengan predikat cumlaudepun diraihnya. Ambil Hikmah Yu.. Ada teguran halus sebenarnya buat saya sebagai pribadi dan orang tua pada kisah Taufik di atas. Yang pertama, seberapapun sibuknya kita sebagai orang tua harusnya kita mampu tetap menjaga kehangatan dan kontak dengan anak-anak kita. Betapapun sulitnya hidup yang kita jalani, ternyata kesulitan akan lebih banyak jika keluarga tidak harmonis. Kisah ini membelajarkan saya untuk selalu bertanya tentang kejadian sekecil apapun yang dialami anak-anak dalam kesehariannya, termasuk di sekolahnya. Sebenarnya, kalau saja kita dekat dengan anak-anak, biasanya cerita dari mulut-mulut mungil mereka akan terceritakan dengan sendirinya. Saya jadi harus makin dekat nih. Mas Taufik saking merasa tidak dipedulikan oleh orang tua dan kakak-kakaknya lalu merasa tidak perlu bercerita apapun. Hasilnya ? Kebutaan mungkin juga berasal dari keterlambatan penanganan luka dalam akibat tertabrak bajaj. Yang kedua, seisi semesta memang seharusnya mendukung apapun yang diimpikan anak-anak, terutama yang memiliki keterbatasan. Definisi keterbatasan sendiri sebenarnya sangat luas, termasuk di dalamnya keterbatasan fisik, biaya, dan informasi. Betapa Taufik yang butabisa menggapai impian dengan kepedulian sekelilingnya dan pemberian informasi yang tepat. Untungnya dia pintar dan mandiri… Yang ketiga, ternyata buta bukan penghalang untuk menjadi orang besar ya. Memang, jarang ditemui orang dengan keterbatasan seperti ini menjadi sangat luar biasa. Harus bisa menjadi motivasi buat kita yang melihat sempurna untuk bisa juga berkarya. Semangat Pagi ! Ini laporan pertama saya dari acara Intip Buku 28 April 2012 di Gedung Sjafrudin Prawiranegara, Bank Indonesia, bareng Omjay, Pa Johan Wahyudi, Imam FR, Pepih Nugraha, dan Isjet. Foto diambil sendiri oleh saya di lokasi kejadian...

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun