Mohon tunggu...
Siti Fatimah
Siti Fatimah Mohon Tunggu... Guru - SDN Grogol Selatan 01

Seorang guru SD di sebuah sekolah negeri di DKI Jakarta. Saat ini sedang memulai belajar menulis. Saya mempunyai seorang anak yang sangat senang ketika dibacakan cerita. Akan sangat bangga apabila bisa membacakan cerita dalam buku karangan sendiri kepada ananda tercinta. Semoga mimpi itu bisa terwujud.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cici dan Kelebihan pada Ekornya

14 Agustus 2022   10:24 Diperbarui: 14 Agustus 2022   10:26 204
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Siang ini Cici si cicak berusaha memejamkan matanya untuk tidur siang. Namun perutnya yang lapar membuatnya kesulitan untuk tidur.

"Uhh..lapar sekali perutku, mencoba tidur pun aku tak bisa" keluhnya.
"Kemana sih nyamuk-nyamuk ini, kenapa tak satupun yang terbang mendekat kepadaku", gerutunya.


Cici masih terbilang kecil, ia belum diizinkan ibunya pergi jauh-jauh. Ibunya juga berpesan agar ia tidak berjalan di lantai, ia hanya boleh merayap di langit-langit rumah dengan kakinya yang lengket.

Dari kejauhan, Cici melihat sekawanan semut sedang berjalan berbaris di lantai.
"Wah, di bawah sana sepertinya banyak semut yang sedang berbaris, apa aku turun saja ya, lumayan kan semut-semut itu pasti bisa mengobati rasa laparku ini", gumamnya dalam hati.

Rasa lapar yang teramat sangat membuat Cici lupa pesan ibunya untuk tetap berada di langit-langit rumah. Perlahan ia mulai merayap menuruni tembok dan sampailah ia di lantai.

Dengan cepat, Cici mulai menangkap semut-semut itu dengan lidahnya yang panjang. Semut-semut yang tadinya berbaris rapi pun kocar-kacir tak karuan.

Cici sebenarnya sudah merasa kenyang, tetapi ia tetap menangkap semut-semut itu. Hingga tanpa dia sadari, seekor kucing sudah berdiri di depannya. Kucing itu sudah siap untuk menangkap Cici. Cici yang kaget pun menjerit.
"Aaa...makhluk apa ini? Raksasa besar sekali", teriak Cici.

"Nah, cicak kecil, saatnya kau menjadi santapanku", kata kucing itu sambil tersenyum.

Cici berusaha lari sekuat mungkin. Namun, kucing itu telah berhasil menangkap ekor Cici. Cici berusaha menggerakkan ekornya. Ia berhasil melarikan diri dari kucing.
Tapi betapa terkejutnya Cici, ekornya telah putus. Dia menangis sejadi-jadinya karena tidak memiliki ekor lagi.

Sambi terus menangis Cici berlari mencari ibunya.

"Kanapa Cici? Kenapa kamu menangis?, tanya ibu Cici yang baru saja terbangun dari tidur siangnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun