Mohon tunggu...
Siti LailatulMaghfiroh
Siti LailatulMaghfiroh Mohon Tunggu... Guru - Early Chilhood Enthusiast

Sedang belajar mencintai menulis dan membaca

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Demi Anak Gadis Pertamanya

17 Maret 2021   17:08 Diperbarui: 17 Maret 2021   17:22 252
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Pinterest/ Daddy's Little Girl

"Aku hanya memanggilmu ayah
Di saatku kehilangan arah
Aku hanya mengingatmu ayah
Jika aku tlah jauh darimu"
-Ayah, Seventeen-

Ketemu lagi di curhatanku yang tak ada henti. Siapa di sini anak sulung? Jika ada, kamu sama sepertiku. Kata orang, anak sulung identik dengan "Hidupnya yang selalu dimanja". Sebab anak pertama, mendapatkan kasih sayang pertama dari orangtua, anak pertama yang dinanti-nanti. Intinya yang selalu merasakan segala hal pertama. 

Seperti itulah gambaran tentangku, bisa dibilang apa aja yang ku mau pasti keturutan (terkabul). Sampe gede sekalipun, tapi kalo udah gede kaya gini. Sadar diri juga, harusnya kudu gimana dan ngapain aja untuk orangtua. 

Flash back sedikit ke masa kecilku, aku pengen curhat tentang masa kecilku yang unik banget. Saking uniknya banyak tingkah tak terduga yang ku lakukan. 

Mulai dari kepala pernah kejepit di tengah-tengah tiang masjid waktu ibu ngajar TPQ, hidung pernah kemasukan biji-bijian, mainan bintang plastik yang kecil-kecil pernah nyangkut ditengah-tengah gigi, bibir pernah nyosor di aspal karena jalan diatas bambu, cincin pernah nyangkut ditengah-tengah tulang jari tengah gak bisa lepas dan baru bisa lepas setelah dipotong pake tang, pernah ilang dicariin orang serumah terutama kakek nenek ternyata aku duduk santai di teras tetangga, yang paling buat orangtuaku resah terutama ayahku. Kata ibu, kalo aku sakit pasti lama banget sembuhnya. Dan baru sembuh kalo ayah bilang,

"Nduk, ndang waras o yo. Lek waras tak tumbasno tv"
(Nduk, cepet sembuh ya. Kalo sembuh ayah belikan tv)

Setiap kali aku sakit pasti ayah selalu mengucapkan mantra penyembuh termanjurku. Ternyata semua perabot elektronik yang ada di rumah ada karena aku. Seakan penawar sakitku setelah ayah membeli perabot elektronik. Mulai dari TV, VCD, DVD player. Entah berapa jumlah pengeluaran ayahku hanya agar anak perempuan pertamanya sembuh. 

Tak sampai di situ, sejak aku SD hingga kuliah saat ini-pun, ada acara atau keperluan ke mana-pun pasti ayah mengantarku sampai lokasi tujuan dengan sepeda motor setianya Honda GL Max tahun 90-an. Jika ayahku tak bisa mengantar solusi terbaik naik ojek online. 

Seperti apapun keadaannya seorang ayah pasti akan berusaha memberikan yang terbaik untuk anaknya. Entah cara apa yang ayah gunakan. Itulah ayah kita. Banyak orang bilang seorang laki-laki atau seorang ayah tak mampu menunjukkan kasih sayangnya pada anak layaknya ibu. Bagiku sudah pasti, sebab bentuk kasih sayang setiap orang itu beda-beda caranya. Begitupun dengan ayah. 

Perasaan cinta yang ditunjukkan seorang ayah bukan ungkapan ataupun perkataan. Melainkan perhatian pada anak kapanpun dan dimanapun ayah berada. 

Pernah terpikir, kira-kira berapa jumlah pengeluaran ayah mulai sebelum kita lahir hingga saat ini? Sungguh tak bisa terhitung jumlahnya saking banyaknya. 

Jika seperti ini, masih pantaskah kita bersikap tak berbakti pada orangtua terutama ayah? Kamu pasti tau jawabannya. Ya memang, disebutkan bahwa ayah urutan kesekian untuk kita hormati setelah ibu. Namun bukan berarti kita harus mengacuhkan perjuangan seorang ayah. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun