Mohon tunggu...
Siti LailatulMaghfiroh
Siti LailatulMaghfiroh Mohon Tunggu... Guru - Early Chilhood Enthusiast

Sedang belajar mencintai menulis dan membaca

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

"Women Supporting Women", Bukan Saling Menjatuhkan

8 Maret 2021   19:55 Diperbarui: 11 Maret 2021   09:08 1859
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Pinterest/Diana Pedott Art

"Karena kita sesama perempuan harus saling menguatkan bukan malah menjatuhkan" -Najwa Shihab-

Makhluk ciptaan Tuhan yang berhati lembut dan penuh kasih sayang. Parasnya yang elok penuh kehangatan selalu menenangkan setiap orang. Tajam kecerdasannya yang selalu menaklukkan segala permasalahan. Terlihat lemah tapi memiliki jiwa tangguh dalam diri yang rapuh. Itulah perempuan. Bagaikan bidadari tak bersayap yang hadir ke bumi untuk menjadi pelengkap dinginnya sifat laki-laki. 

Setiap perempuan dikaruniai keistimewaan berbeda-beda yang membuatnya lebih unggul di beberapa bidang. Seperti kemampuan multitaskingnya yang membuat disegani banyak orang. Namun kenyataannya sering kita menemukan bahkan membentuk 'kebiasaan' saling menjatuhkan sesama perempuan. Bukan kaum laki-laki yang menjatuhkan, melainkan sesama kaum mereka sendiri. 

Mulai dari menggunjing seseorang yang tak dikenal, memberi ejekan terselubung lewat candaan, menghakimi tanpa mengetahui permasalahan, bahkan sampai bersikap sinis pada seseorang yang tak memiliki status sosial yang sama. Yang paling menyakitkan ketika melakukan hal tersebut pada teman sendiri atau saudara bahkan pada orang yang tak dikenal sekalipun. Seakan perempuan ini tak bisa hidup jika tak mengusik kehidupan orang lain. Terkadang topik pembahasannya pun sepele. Misal, cara berpakaiannya yang norak, hingga menjurus pada permasalahan pribadi. 

Sedangkan kita masih satu spesies, sama-sama perempuan. Mungkinkah dia yang suka mengusik perempuan lain lebih-lebih sempurna?? Enggak sama sekali, bisa jadi dia yang lebih buruk dari kita. Dan keyakinanku mengatakan bahwa dia iri pada hidupmu, hidupku, hidup kita. Inget quotes, iri tanda tak mampu kan? Ya, itulah dia yang suka mengusik kamu, duhai perempuan berhati lembut. 

Seperti yang dialami adek kelasku dulu dipesantren, sebut saja dia Mawar (nama samaran). Jarak umurku dengannya 1 tahun. Saat ini dia sudah memiliki suami, namun belum dikaruniai buah hati. Mungkin jika kamu melihat penampilannya saat ini akan langsung mengumpat, atau reflek berucap "Astaghfirullah". Dia dulu nyantri di pesantren tahfidz, berpakaian tertutup dan berkerudung. Namun saat ini hanya berpenampilan menggunakan bra, celana pendek sepaha dan cardigan selutut. Ditambah dia hobi merokok.

Sama halnya dengan teman dekatku yang dulu juga nyantri di pesantren tahfidz, sebut saja namanya Melati (nama samaran). Keluar pesantren memutuskan untuk menikah, mulai bercadar. Dan sekarang menjadi janda dan melepas cadarnya. Putus kuliah sebab tak sanggup membayar, hingga hutang kesana kemari. 

Apa yang kamu pikirkan tentang mereka? Respon perempuan yang suka mengusik pasti, 

"Haduhh, padahal dulu nyantri malah jadi gini"

"Amit-amit dahh, gak tau diri banget tampil buka-bukaan"

"Sia-sia dipondokin kalo hasilnya gini"

"Perempuan gak bener"

Mungkin itu secuil hinaan perempuan pengusik pada mereka. Tak bisa dibayangkan betapa lebih menyakitkannya jika dihina oleh sesama perempuan. Sedangkan perempuan pengusik sendiri hanya tahu permasalahan hidup mereka yang terlihat diluar saja, kenyataan sebenarnya perempuan pengusik gak tahu. Serasa mulutnya yang tak bisa jika gak menghina dan menjatuhkan.

Dan taukah kamu bagaimana kondisi hidup adek kelasku dan teman dekatku saat ini? 

Karena olokan, hinaan, fitnah perempuan pengusik. Saat ini adek kelasku menjadi seorang model profesional, public speaker sekaligus motivator anak. Sedangkan teman dekatku, bekerja di kantor Bea Cukai dengan gaji yang mampu membantu membiayai hidup orangtuanya yang telah berpisah. Bisa dibayangkan berhasilnya mereka menyumpal mulut perempuan pengusik yang mencoba menjatuhkan mereka. 

Alangkah baiknya, kita sebagai sesama perempuan. Saat melihat teman berada diposisi terendahnya, kita rangkul dia, kita temani dia, kita bantu dia semampu kita. Bukan malah menjatuhkan dia. Kita gak tau gimana rasanya menjadi dia diposisi seperti itu, gimana susahnya dia dan sakitnya dia. Karena kita gak merasakan apa yang mereka rasakan. Sebelum menjatuhkan orang lain, coba ngaca dulu. Bayangin jika kamu berada diposisinya. 

Dan jika kamu mendapatkan rangkulan dan bantuan itu. Jangan pernah sia-siakan perlakuan baik itu. Terkadang perlakuan baik tak selamanya mendapatkan balasan yang baik. Saat perlakuan baik diberikan pada orang yang tak bisa menghargai perlakuan baik. 

Permasalahan ini pasti sudah umum dan sering dibahas. Namun, masih ada saja perempuan yang tak peka dengan kondisi saudara perempuannya ketika akan mengusik dan menjatuhkan. Dimana hati lembut dan penuh kasih sayangmu, duhai perempuan pengusik?? 

Mumpung saat ini Hari Wanita Internasional, yuk jadikan hari untuk introspeksi diri. Seberapa sering kita menyakiti hati saudara perempuan kita yang lain tanpa sadar? Jika masih sering, bareng-bareng ubah yukk. Sebab hatimu terlalu mulia untuk mengusik dan menjatuhkan saudaramu sendiri. 

Happy Internasional Women's Day! 

Semoga Bermanfaat!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun