Mohon tunggu...
Siti LailatulMaghfiroh
Siti LailatulMaghfiroh Mohon Tunggu... Guru - Early Chilhood Enthusiast

Sedang belajar mencintai menulis dan membaca

Selanjutnya

Tutup

Diary Artikel Utama

Sweet Karma Nyantri, Saat Pesantren Ampuh "Jinakkan" Cewek Tomboy

14 Februari 2021   18:33 Diperbarui: 16 Februari 2021   21:00 1093
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi belajar mandiri. (sumber: unsplash.com/@satsutput)

"Nduk, ibuk lan ayah pengen sampean lanjut nyantri ambek sekolah, piye??"

(Nak, ibu dan ayah ingin kamu lanjut nyantri sama sekolah, gimana?)

Siyokk seketika, ketika tau ibu mengatakan hal itu padaku. Aku yang waktu itu lulus MTs ingin sekali melanjutkan di SMK Negeri, mendadak langsung hancur keinginanku. 

Dari TK hingga MTs, aku sekolah di Lembaga Pendidikan Swasta. Dan mayoritas lembaga tersebut masih dalam kondisi baru merintis, gedungnya-pun masih terbatas. 

Entah kenapa, mungkin karena diriku merasa bosan di lembaga swasta yang tempatnya masih berkembang dan belum maju. 

Aku punya keingininan, sekali-kalilah sekolah negeri. Bayangan pertamaku, sekolah negeri pasti memiliki lapangan yang luas, taman yang indah dan gedung sekolah bertingkat. Sungguh lucu jika inget pengen sekolah negeri karena lapangannya yang luas. Mimpi yang sederhana sekali.

Sebelumnya, aku sudah menentukan pilihanku ingin sekolah negeri dimana, yaitu di SMK Negeri favorit Malang. Serasa jiwa-jiwa ketomboy-anku mulai meronta ingin keluar, setelah 3 tahun terkurung di MTs. 

Ya bisa dibilang ketomboy-anku mulai jinak, karena MTs-ku yang menerapkan sistem terpisah antara gedung kelas perempuan dengan kelas laki-laki. Beda gang pula. 

Dan taukah kamu, tomboyku bukan yang suka menggunakan pakaian laki-laki. Melainkan cara jalanku yang petantangan (kalo jalan kedua kakinya melebar) gak bisa anggun (dan harus dilempar sandal sama nenekku dulu baru jalannya lemah gemulai).

Sudah begitu, kalo duduk petingkrangan, lebih suka bergaul dengan cowo hingga sering saling jotos, bahkan sampai menghadap wali kelas perihal aku membuat teman jotosku mimisan hebat. Separah itu, tingkah polah kebarbaranku. 

"Ngge buk" (Iya bu)

Aku hanya bisa mengiyakan perihal keinginan kedua orangtuaku. Sungguh aku paling takut dan gak berani untuk masalah mengungkapkan pendapatku pada orangtua. 

Endingnya, nurut aja dah. Biar orangtua gak kecewa. Alasan kenapa ibuku ngebet banget aku sekolah sekaligus nyantri atau mondok. Bisa jadi karna kesembronoanku saat mengomentari brosur lembaga pendidikan itu. Ya bisa dibilang, kemakan omongan sendiri. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun