Mohon tunggu...
Siti Komariyah
Siti Komariyah Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pendamping sosial "part time social worker"

Perempuan biasa yang sedang belajar mengapresiasikan perasaan dengan bermain kata dan menyusunya menjadi beberapa kalimat berbentuk "tulisan"

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Bullying Sebagai Tren Pergaulan

7 Oktober 2019   23:12 Diperbarui: 7 Oktober 2019   23:27 9
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

 Manusia merupakan makhluk Tuhan yang paling sempurna diantara makluk-makluk lainya. Kesempurnaan manusia yang telah Tuhan berikan kepada manusia jika dibandingkan dengan makhluk Allah lainya yaitu manusia di beri anugah berupa akal.  Bahakan dalam pelajarn ilmu mantiq, Imam al ghozali mengatakAl-insanu hayawanun nathiq yaitu manusia merupakan hewan yang berakal. 

Sehingga dapat dipahami bahwa yang membuat manusia berbeda dengan makhluk lainnya yaitu karena mansuai diberi keistimewaan berupa akal.  secara garis besar, akal yang dibeikan Allah kepada manusia yaitu untuk berfikir secara rasional sehingga dapat membedakan baik, buruk, benar, salah dan berfikir atas segala sesuatu yang berada di alam semsta

selain akal, Allah juga memberikan keistimewaan manusia berupa perasaan. Perasaan manusia erat  dengan emosi yang ada pada manusia tersbut yaitu berupa perasaan bahagia, sedih, marah ataupun kecewa. Menurut Chaplin (1972) perasaan adalah keadaan atau state individu sebagai akibat dari persepsi akibat stimulus baik externel maupun internal. 

MeChaplin berpendapat bahwa definisi mengenai emosi cukup bervariasi yang dikemukakan oleh para ahli psikologi dari berbagai orientasi. Namun demikian dapat dikemukakan atas "general agreement" bahwa emosi merupakan reaksi yang kompleks yang mengandung aktivitas dengan derajat yang tinggi dan adanya perubahan dalam kejasmanian serta berkaitan dengan perasaan yang kuat, karena itu emosi lebih intens daripada perasaan, dan sering terjadi perubahan perilaku, hubungan dengan lingkungan kadang-kadang terganggu. 

Baru-baru ini saya mengamati pergaulan masyarkat di sekitar lingkungan tempat tinggal saya yaitu ketika bulliying menjadi tren dalam pergaulan masyarakat mula anak-anak, remaja hingga dewasa. 

Bagi mereka membully dengan menyebut kekurangan orang tersebut merupakn hal yang wajar bahkan terkadang menjadi bahan bercandaan belaka. Akan tetapi pernahkan kita memikirkan perasaan orang tersebut? Mungkin bagi sebagian orang hal tersebut merupakan suatu  hal yang lumprah dalam pergaulan. Akan tetapi bagaimaa pada sebagian lainnya?

Pengalaman saya terhadap anak yang dibully di sekolah. saya menemui seorang anak yang berubah menjadi pendiam, suka mengurung diri dikamar dan menjadi acuh juga penakut. sepengetahuan saya, anak ini dulunya merupakan seorang anak yang cerdas, ceria serta mudah beradapasi dengan lingkungan barunnya. . 

Ternyata setelah tanya langsung kepada anak tersebut anak ini sering di bully oleh teman-temanya, akibat sering berangkat dan pulang di jemput oleh Ibunya.  adapun dalam pergaulan orang dewasa buly merupakan suatu tindakan yang wajar. akan tetapi orang dewasa lebih pandai menyikapi hal tersebut meski pada kata-kata bullying tersebut menyisakan luka dalam batin mereka.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun