Mohon tunggu...
Siti Karomah
Siti Karomah Mohon Tunggu... MAHASISWA

Mahasiswa yang menjadikan puisi sebagai cara berbicara tanpa harus menjelaskan segalanya. Setiap kata adalah rasa, setiap bait adalah cerita yang tak selalu terlihat. Jangan lupa mampir dan ikuti akun sosial media saya🤗

Selanjutnya

Tutup

Puisi

" Generasi yang Lelah: Di Antara Ekspektasi dan Realita"

14 Mei 2025   07:18 Diperbarui: 14 Mei 2025   13:20 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: desain ai 

Dalam keheningan malam, seorang remaja duduk menyendiri, memeluk lututnya, menahan sesak di dada. Bukan karena luka fisik, tapi oleh beban yang tak terlihat: harapan orang tua, tekanan pendidikan, masa depan yang samar, usia orang tua yang terus menua, tuntutan untuk segera menemukan pasangan, dan cita-cita yang seolah kian menjauh. Potret ini bukan milik satu orang, tapi cermin dari jutaan generasi muda saat ini.

Generasi kita tumbuh dengan kemudahan akses informasi, tapi juga dibebani ekspektasi yang lebih berat dari sebelumnya. Orang tua ingin kita sukses secara akademik, cepat mapan, dan menikah di usia ideal. Masyarakat menuntut pencapaian secepat mungkin, seolah hidup adalah perlombaan. Sementara kita sendiri, masih berjuang memahami siapa diri kita sebenarnya.

Gambar yang menggambarkan seorang perempuan dengan wajah lelah dan tulisan-tulisan seperti "cita-cita", "harapan orang tua", "pendidikan", dan "masa depan" di sekelilingnya bukan hanya ilustrasi artistik. Itu adalah realita yang dirasakan banyak dari kita hari ini.

Sayangnya, pembicaraan soal kesehatan mental di negeri ini masih sering dianggap tabu atau "drama." Padahal, beban mental bisa menjadi lebih berat daripada sekadar tugas kuliah atau tekanan pekerjaan. Tidak sedikit yang akhirnya merasa sendiri, bahkan berpikir untuk menyerah.

Kita perlu menciptakan ruang yang lebih aman dan manusiawi bagi generasi muda. Tempat di mana mereka boleh gagal, boleh bingung, dan boleh istirahat tanpa dicap lemah. Kita butuh lebih banyak mendengar, bukan menghakimi.

Karena sejatinya, bukan kurang usaha yang membuat mereka lelah, tapi terlalu banyak arah dan suara yang membebani lan

gkah mereka.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun