Mohon tunggu...
Sttt
Sttt Mohon Tunggu... Lainnya - Manusia yang sembunyi di balik kata kata pilu

Cuma kata kata gelap yang tak sengaja keluar yang berharap punya ruang di hati kalian

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

SakaLa pt. I

26 Mei 2020   20:03 Diperbarui: 28 Mei 2020   17:13 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Perempuan itu dijemput paksa oleh seorang lelaki hari ini, hampir satu bulan aku lihat mereka berdua seorang perempuan dan anak lelakinya mondar mandir dari satu emper toko ke emperan toko lainnya. Lelaki itu menjemput paksa perempuan itu, berbicara meyakinkannya agar mau pulang sementara si anak cuma tersenyum kebingungan sambil memainkan pesawat kertas yang tidak bisa terbang.
" Apa pulang berlaku kepada semua orang Ka ? "
" Pulang kemana maksudmu ? "
Perempuan yang bertanya di sebelahku ini Kala, cucu hawa yang tengah mencari jawaban dari beragam pertanyaan yang selalu meracau di kepalanya.
Perempuan itu menolak tidak mau ikut pulang. Sekarang aku tahu lelaki itu suaminya dan.. Dia tidak menginginkan istrinya pulang melainkan karena tidak tega melihat anaknya tidur di jalanan, makan melalui belas kasihan orang orang.
" Pulang ke rumah. Memangnya mau pulang kemana lagi jika tidak ke rumah ? "
" Tidak semua orang punya rumah La, itu sebabnya aku tanya pulang kemana ? Ke siapa ? di waktu kapan ? "
" Kamu terlalu rumit Ka, kadang aku tidak paham maksud dari ucapanmu. "
" Aku tidak memaksa kamu untuk paham, dengar saja aku sudah cukup senang. "
" Kamu tahu cerita itu dari mana ? "
" Aku hidup di antara semua cerita - cerita itu La. "
" Saka, aku tanya kamu tahu dari mana bukan bertanya asal usulmu. "
" Aku melihatnya sendiri. "
Aku bertemu Kala tiga tahun lalu, di sebuah tempat kotor, becek, jelek, kumuh, yang tidak sepantasnya perempuan cantik dan elok sepertinya ada disana. Kala tidak sedang tersesat dia memang sengaja menyesatkan diri untuk menangis dan meracau dengan isi kepalanya sendiri.
" Lalu selanjutnya ? "
" Sepertinya suaminya gagal mengambil putranya. "
" Kenapa ? "
" Karena istrinya telah lama berpulang, yang ditemuinya sekarang bukan istrinya yang dulu. "
" Lalu siapa ? "
" Bukan siapa siapa. Itu cuma tubuh tanpa nyawa. "
Ah, sekali lagi aku mengecewakannya dengan ceritaku. Cerita yang bahkan tidak punya ending yang indah. Cerita yang bahkan sudah berakhir sejak aku mulai berani mengawalinya.
" Kecewa dengan ceritanya ? "
" Tidak, aku cuma bingung kenapa tidak pernah ada ending yang bahagia di semua ceritamu itu ? "
" Karena tidak semua ending cerita harus berujung bahagiakan ? "
" Aku tahu, tapi kenapa kamu ceritakan padaku ? "
" Supaya terbiasa. "
" Terbiasa untuk apa ? "
" Terbiasa untuk menerima semua ending cerita. "

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun