Mohon tunggu...
Siti Fatkhur
Siti Fatkhur Mohon Tunggu... Psikolog - Seorang wanita independen

Psikolog Klinis

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Kenali Stres pada Anak di Masa Pandemi serta Intervensinya

30 Agustus 2020   15:43 Diperbarui: 5 Februari 2021   22:04 207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Oleh : Siti Fatkhurrohmah, S. Psi, Psikolog

Saat ini semua masyarakat di dunia, khususnya masyarakat di Indonesia sudah mengenal dan terbiasa dengan istilah virus corona atau yang biasa dikenal dengan virus Covid 19. Mengapa masyarakat yang dahulu merasa khawatir, takut, cemas dan perasaan  negatif yang lain saat ini berubah? Apakah saat ini perasaan ketakutan, khawatir dan  cemas benar-benar sudah hilang?

Covid 19 saat ini masih tetap menghantui masyarakat Indonesia dan bahkan meluas serta mengalami peningkatan yang signifikan. Banyaknya kenaikan jumlah pasien positif Covid 19 menjadi bukti peningkatan tersebut. Peningkatan jumlah kematian dan kasus orang dengan penderita covid 19 disaat pemerintah menerapkan perubahan gaya hidup di masa new normal menjadi berita yang kurang menarik lagi bagi masyarakat. Hal ini disebabkan karena masyarakat mulai berpikir bahwa pandemi ini tidak bisa dihindari, bahkan harus dijadikan pembelajaran bagi seluruh warga masyarakat. Hal lainnya yang dirasakan masyarakat adalah bahwa pandemi ini menyebabkan perubahan-perubahan yang menuntut masyarakat untuk cepat menyesuaikan diri. Perubahan pola hidup dalam suasana pandemi ini juga menyebabkan perubahan psikologis bagi seluruh masyarakat baik dewasa, remaja, maupun anak-anak.  Berita yang dilansir media massa saat ini menjadikan masyarakat menjadi tahu tentang seluk beluk Covid 19. Berita tentang covid 19 banyak diulas oleh ahli dari sisi kesehatan dan dari sisi yang lain. Informasi yang mudah diakses oleh masyarakat Indonesia ini turut membantu membentuk pola pikir dan cara berperilaku secara sehat.

Sosialisasi dan edukasi telah dilakukan kepada masyarakat. Berita dan informasi yang beredar di masyarakat tentunya berdampak positif bagi mereka yang memahami edukasi tersebut dengan baik, namun tidak bagi kelompok yang kurang mampu menyerap informasi. Anak-anak  usia sekolah serta manula merupakan kelompok masyarakat yang rentan tertular Covid 19 serta memiliki hambatan dalam menyerap informasi di media sosial maupun media massa tentang penyebaran Covid 19. Anak-anak yang tertular virus covid 19 secara umum harus memahami beberapa aturan tentang menjalani isolasi di rumah (isolasi mandiri). Anak-anak yang menjalani isolasi mandiri di rumah ini secara umum berpotensi mengalami gangguan psikologis karena pembatasan aktifitas. Pembatasan aktifitas ini mempengaruhi pola bermain anak, interaksi sosial dengan orang lain, dan terbatasnya ruang aktifitas anak yang akan berdampak pula pada perkembangan pola pikir, emosi, serta perkembangan psikologis lainnya.

Akibat terbatasnya aktifitas fisik dalam menjalani isolasi mandiri, anak mudah mengalami perubahan psikologis yang dapat mengakibatkan stress pada anak. Stress pada anak usia sekolah ini seringkali diabaikan oleh orang tua karena orang tua menganggap perubahan emosi dan perilaku ini adalah hal yang biasa dan dapat berubah normal kembali. Anak-anak memiliki tanda-tanda yang jelas ketika mengalami kondisi stress atau situasi yang sulit. Penting bagi orang-orang terdekat anak untuk mengenali tanda-tanda stress sehingga bisa memberikan dukungan serta perlindungan secara tepat. Pendapat ini dikemukakan oleh Pynoos, R.S, Nader K (1988) dalam Journal of Traumatic Stress, dimana disebutkan bahwa perubahan perilaku yang dialami anak-anak sebaiknya segera diatasi untuk membantu kondisi psikologis anak-anak yang mengalami stress.

Berikut ini ciri-ciri stres pada anak dan cara intervensinya:

1. Anak tidak aktif, tidak bisa melakukan kegiatan sehari hari. Orang tua maupun orang terdekat dapat menyediakan dukungan sarana istirahat, kenyamanan , makanan, kesempatan untuk bermain atau menggambar.

2. Anak takut terhadap kegelapan, takut ditinggal sendirian. Orang tua maupun orang terdekat dapat memberikan pengertian hingga anak merasa aman.

3. Ketika anak tidak dapat berbicara, orang tua maupun orang terdekat membantu mereka untuk berbagi perasaan dengan berbicara, mendengarkan, serta menggambar.

4.Jika anak mengalami kesulitan tidur (mimpi buruk, takut untuk tidur, takut untuk sendirian pada malam hari). orang tua maupun orang terdekat  mendorong mereka untuk membicarakan mimpi buruk tersebut dengan guru atau orang tua

5.Apabila anak  menempel terus, tidak mau jauh dari orangtua atau guru, mengompol maka berikan rasa aman dengan cara memeluk anak sesering mungkin

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun