Mohon tunggu...
Pia0283
Pia0283 Mohon Tunggu... Guru - Belajar sepanjang masa

Long life learner

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Belajar Melalui Pengalaman Versi David A. Kolb

7 Desember 2021   13:18 Diperbarui: 7 Desember 2021   13:27 587
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kita sering mendengar sebuah kutipan "Pengalaman adalah guru yang terbaik", kutipan tersebut berasal dari seorang filsuf bernama Cicero. Setiap orang pasti mengalami pengalaman dalam hidupnya, dan tidak semua pengalaman tersebut dapat kita ingat dengan baik kecuali pengalaman yang sangat berkesan dan meninggalkan memori yang mendalam. Sebuah tantangan bagi guru untuk dapat memfasilitasi siswa untuk memiliki pengalaman belajar yang berkesan agar mereka dapat memanfaat pengalaman tersebut sebagai 'modal' untuk mendapatkan pengalaman (baca: pengetahuan) baru.

Seorang psikolog dan teorikus pendidikan Amerika bernama David Allen Kolb dalam buku edisi keduanya yang berjudul "Experiential learning: Experience as the source of learning and development" diterbitkan pada tahun 2015 menerangkan teori tentang belajar melalui pengalaman. Ada 3 hal penting yang disampaikan terkait proses belajar melalui pengalaman yaitu gaya belajar, cara belajar dan lingkungan belajar.

Menurut Kolb ada empat gaya belajar dasar yaitu: akomodatif, asimilatif, divergen, dan konvergen. Deskripsi singkat mengenai gaya belajar tersebut adalah sebagai berikut:

  1. Gaya Akomodatif, dicirikan kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan keadaan yang berubah. Peserta didik gaya belajar ini sangat bergantung pada orang lain untuk informasi daripada kemampuan analitik mereka sendiri.  
  2. Gaya Asimilasi, ditandai dengan kemampuan menalar secara induktif. Assimilator memusatkan perhatiannya pada ide dan konsep abstrak daripada dengan orang dan interaksi sosial dan memperhatikan aspek teori yang abstrak, logis daripada praktis.
  3. Gaya Divergen, individu dengan gaya belajar ini memiliki kemampuan untuk mengidentifikasi contoh konkrit dari suatu konsep. Mereka lebih suka mengamati daripada bertindak, berorientasi pada emosi dan cenderung sangat kreatif..
  4. Gaya Konvergen, pembelajar konvergen memiliki kemampuan untuk memecahkan masalah secara efisien, membuat keputusan dan menerapkan ide-ide praktis untuk memecahkan masalah. Orang dengan gaya belajar ini sangat mahir dalam mengendalikan emosi mereka, dan lebih suka berurusan dengan tugas-tugas teknis dan masalah daripada dengan isu-isu yang melibatkan interaksi interpersonal dan sosial.

Dalam setiap gaya belajar ada dua kombinasi dari empat cara belajar yaitu pengalaman konkret, observasi reflektif, konseptualisasi abstrak, dan eksperimen aktif. Setiap jenis cara belajar tersebut secara singkat adalah:

  1. Pengalaman Konkret cara belajar melalui kesempatan untuk berinteraksi interpersonal manusia secara langsung, lebih suka merasakan dan mengalami daripada berpikir.
  2. Observasi Reflektif cara belajar dengan pemahaman abstrak daripada aplikasi praktis, dan mereka lebih suka merefleksikan dan mengamati daripada bertindak berdasarkan suatu situasi.
  3. Konseptualisasi Abstrak cara belajar melalui tugas-tugas yang melibatkan penyelidikan logis dari ide dan konsep, melibatkan diri dan menangani masalah akademik yang membutuhkan kemampuan untuk membangun teori umum untuk menghasilkan solusi.
  4. Eksperimen Aktif cara belajar dengan terlibat dalam interaksi teman sebaya yang memungkinkan mereka memainkan peran integral dalam keputusan yang dibuat dalam interaksi tersebut.

Ada empat lingkungan belajar yang mendukung berbagai gaya belajar dan cara belajar yang terkait yaitu afektif, simbolik, persepsi, dan perilaku. Setiap lingkungan belajar tersebut ditandai dengan kondisi berikut ini:

  1. Lingkungan Belajar Afektif menekankan pada pengalaman konkret sehingga siswa benar-benar mengalami seperti apa rasanya menjadi seorang profesional dalam bidang studi tertentu. Tugas belajar afektif meliputi kegiatan seperti latihan praktis, simulasi, atau pengalaman lapangan.
  2. Lingkungan Belajar Simbolik adalah lingkungan di mana peserta didik terlibat dalam mencoba memecahkan masalah yang biasanya ada jawaban yang benar atau solusi terbaik. Kegiatan yang bersifat karakteristik dapat berupa ceramah, pekerjaan rumah, dan pembacaan teori.
  3. Lingkungan Belajar Perseptual adalah lingkungan di mana tujuan utamanya adalah untuk mengidentifikasi dan memahami hubungan antar konsep. Proses pembelajaran dapat mencakup latihan reflektif seperti membuat jurnal, menulis esai reflektif, atau terlibat dalam dialog dengan siswa lainnya..
  4. Lingkungan Belajar Perilaku menekankan secara aktif menerapkan pengetahuan atau keterampilan untuk masalah praktis. Kerja kelompok kecil, proyek interaktif yang menerapkan teori ke pengaturan dunia nyata, dan umpan balik rekan adalah contoh utama kegiatan siswa di lingkungan ini.

Hubungan antara gaya, cara dan lingkungan belajar dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Sumber: Richmond, A. S., & Cummings, R. (2005). International Journal of Technology in Teaching and Learning
Sumber: Richmond, A. S., & Cummings, R. (2005). International Journal of Technology in Teaching and Learning

Dari gambar tersebut dapat dijelaskan Lingkungan Belajar Simbolik paling mendukung mode pembelajaran Konseptualisasi Abstrak, yang merupakan bagian dari gaya belajar konvergen dan gaya belajar asimilatif. Lingkungan Belajar Perseptual adalah lingkungan yang paling efektif untuk mode pembelajaran Reflektif Observasi yang merupakan bagian dari gaya belajar Divergen dan Asimilasi. Lingkungan Belajar Perilaku paling mendukung mode pembelajaran eksperimen aktif, yang merupakan bagian dari gaya belajar Konvergen dan Akomodatif. Terakhir, Lingkungan Belajar Afektif adalah lingkungan belajar yang paling efektif untuk model pembelajaran Pengalaman Konkrit, yang merupakan bagian dari gaya belajar Divergen dan Akomodatif.

Dalam mengaplikasikan teori belajar experiental learning tersebut guru harus dapat mengidentifikasi gaya dan cara belajar siswa dengan menggunakan instrument yang dikembangkan Kolb dalam bukunya "Experiential learning theory and the learning style inventory". Setelah mengetahui gaya dan cara belajar siswa, guru dapat merancang lingkungan kegiatan belajar yang mendukung (lihat gambar) sehingga kegiatan belajar berjalan efektif.

Seperti teori pada umumnya, pasti ada kelebihan dan kelemahannya. Berikut Kelebihan dan kelemahan teori belajar dengan pengalaman dari Kolb:

Kelebihan:

  • Guru mengetahui gaya dan cara belajar individu siswa.
  • Guru dapat mengakomodasi perbedaan gaya & cara belajar siswa dengan menciptakan lingkungan belajar yang mendukung.
  • Transfer pengetahuan dari teori ke praktik ini mengarah pada perolehan pengetahuan
  • Peserta didik memiliki kemampuan untuk menggunakan apa yang dipelajari dan mengintegrasikannya ke dalam skenario dunia nyata dan melihat efek dari apa yang dipelajari ketika diterapkan.

Kelemahan:

  • Mengabaikan aspek psikodinamik, sosial dan kelembagaan pembelajaran.
  • Meskipun banyak gaya belajar yang berbeda diamati, ada ruang untuk pemutusan jika guru tidak mempertimbangkan semua preferensi pelajar ketika menyajikan informasi baru.

Dari kelebihan dan kelemahan tersebut nampak kelebihan lebih banyak sehingga teori belajar dengan pengalaman dari Kolb sangat direkomendasikan untuk dapat diterapkan oleh para guru.

Referensi:

Richmond, A. S., & Cummings, R. (2005). Implementing Kolb's learning styles into online distance education. International Journal of Technology in Teaching and Learning, 1(1), 45-54

Kolb, D. A. (2015). Experiential learning: Experience as the source of learning and development. 2nd Edition. Upper Saddle River, New Jersey: Prentice Hal.

Kolb, D. A. (1981). Experiential learning theory and the learning style inventory: A reply to Freedman and Stumpf. Academy of Management Review, 6(2), 289-296.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun