Mohon tunggu...
Siti Aminatun Khasanah
Siti Aminatun Khasanah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta 21107030004

Menulis dengan cinta adalah jalan keluar dari perasaan hampa dan tidak berguna.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Mendekati Hari Raya Idul Adha, Bagaimanakah Serba-Serbi yang Ada di Tengah Masyarakat?

15 Juni 2022   19:41 Diperbarui: 15 Juni 2022   20:03 436
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hai, Kompasianers! Seperti biasa, semoga sehat selalu ya!

Tidak terasa ya sobat, ternyata Hari Raya Idul Adha akan datang sebentar lagi. Merupakan suatu perayaan yang tentunya sangat ditunggu-tunggu oleh seluruh Ummat Muslim di dunia. Bagaimana tidak, momentum ini menjadi moment langka yang hanya datang satu tahun hijriyah satu kali saja, sama seperti Hari Raya Idul Fitri. Yuk kita ulas sedikit mengenai Hari Raya Idul Adha!

Hari Raya Idul Adha diperingati setiap tanggal 10 Dzulhijjah, Idul Adha atau "Hari Raya Haji", merupakan hari dimana umat Islam melakukan perjalanan ke tempat ziarah utama untuk menunaikan salah satu rukun haji, yakni wukuf di Arafah. Mereka semua mengenakan pakaian ihram, yang berwarna putih dan tidak dijahit yang melambangkan kesetaraan iman dan pandangan hidup, serta memiliki tatanan nilai, khususnya nilai kesetaraan dalam semua aspek kehidupan. Mereka tidak dapat dibedakan satu sama lain dan mereka semua memiliki perasaan yang sama. Sambil membaca kalimat talbiyah bersama, sebagai salah satu jalan untuk mendekatkan diri kepada Allah swt.

Selain dikenal sebagai Hari Raya Haji, Idul Adha juga dikenal sebagai "Idul Qurban", karena pada hari inilah Allah swt. mengizinkan kita untuk mendekatkan diri kepada-Nya. Umat Muslim yang belum mampu melakukan perjalanan haji ditawarkan pilihan untuk berkurban, yang melibatkan penyembelihan hewan kurban sebagai simbol ketakwaan dan cinta kita kepada Allah swt.

Jika melihat dari konteks sejarah perayaan Idul Adha, kita akan mengingat pada kisah Nabi Ibrahim yang diperintahkan oleh Allah SWT untuk menempatkan istrinya Siti Hajar dengan putranya yang masih menyusui, yakni Nabi Ismail. Mereka ditempatkan di lembah yang suram dan kering dengan tidak ada satu pohon pun yang tumbuh di atasnya. Tidak ada seorang pun yang tinggal di lembah itu karena begitu damai dan suram. Nabi Ibrahim tidak tahu apa tujuan sebenarnya dari wahyu Allah swt. ketika beliau diperintahkan  mengirim istri dan putranya yang masih kecil ke negeri yang jauh, sekitar 1.600 kilometer di utara tanah airnya, Palestina. Nabi Ibrahim dan istrinya Siti Hajar menerima perintah itu dengan ikhlas dan amanah.

Kemudian pada suatu kisah menurut Ibnu Abbas, ketika Siti Hajar kehabisan air minum saat menyusui Nabi Ismail, ia lalu pergi untuk mencari air dengan berlai-lari kecil (Sa'i) diantara bukit Sofa dan Marwah sebanyak tujuh kali. Allah swt. lantas mengutus Malaikat Jibril untuk menciptakan Mata Air Zam-zam, dari sanalah Nabi Ismail dan Siti Hajar menemukan sumber kehidupan. Lembah yang dulunya tandus, kini memiliki banyak air. Orang-orang datang dari mana-mana untuk membeli air di tempat suci Siti Hajar dan Nabi Ismail, khususnya para pedagang. Keberuntungan datang dari semua sisi dan daerah sekitarnya semakin tumbuh subur. Akhirnya, berkat doa Nabi Ibrahim dan kepiawaian seorang ibu dalam mengatur kota dan masyarakat, lembah itu kini dikenal sebagai Kota Mekah, kota yang aman dan sangat makmur.

Selanjutnya, Hari Raya Idul Adha-pun dikenal sebagai "Idul Nahr," yang berarti "hari raya menyembelih". Hal ini bertujuan untuk memperingati cobaan paling mengerikan yang dialami Nabi Ibrahim. Sampai pada akhirnya Allah swt.  menganugerahkan kehormatan "Khalilullah" kepada Nabi Ibrahim sebagai hadiah atas kesabaran dan ketekunannya dalam menghadapi ujian dan kesulitan yang berat.

Kemudian dalam tafsirnya yang mengisahkan tentang Al-Qur'anul 'Adzim, Ibnu Katsir mengisahkan mengenai pernyataan Nabi Ibrahim bahwa Nabi Ibrahim akan mengorbankan anaknya jika Allah swt. menghendaki-Nya; benarlah, kemudian hal itu dijadikan sebagai bahan ujian, yakni Allah swt. menguji keimanan dan ketakwaan Nabi Ibrahim melalui jalan kebenaran mimpi, beliau harus mengorbankan putranya yang berusia 7 tahun pada saat itu. Putra yang gagah, sehat, dan licah harus beliau korbankan dan dibunuh dengan tangannya sendiri. Ini benar-benar menyedihkan sekali. Peristiwa inipun dijelaskan pula dalam Al-Qur'an, Q.S. As-Saffat ayat 102.

قَالَ يَا بُنَيَّ إِنِّي أَرَى فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانظُرْ مَاذَا تَرَى قَالَ يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي إِن شَاء اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ

Artinya:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun