Mohon tunggu...
Siti Aisa
Siti Aisa Mohon Tunggu... Lainnya - Akun resmi Mahasiswi Universitas Islam Negeri Sumatera Utara

Mahasiswi semester VI Febi Uinsu

Selanjutnya

Tutup

Money

Menilik Rupiah Masa Pandemi Covid-19

11 Agustus 2020   18:25 Diperbarui: 11 Agustus 2020   18:21 240
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Merebaknya wabah Covid19 setiap harinya menunjukkan belum adanya tanda-tanda bahwa wabah ini akan berakhir dalam waktu dekat. Hal ini tentu sangat berpengaruh terhadap perekonomian Indonesia, salah satu dampak yang terasa bagi Indonesia sendiri ialah melemahnya nilai tukar rupiah. Mengingat rupiah yang terus tertekan hingga mencapai angka 14.861,05 per  Dolar AS Rabu 13 Mei 2020, dikutip dari kompasiana 13 Mei 2020.


Salah satu faktor yang menyebabkan nilai tukar rupiah melemah saat wabah Covid19 ialah karena kepanikan yang berlebihan terjadi di pasar global. Kenapa demikian? Kepanikan tersebut hakikatnya menjadi indikator utama melemahnya nilai tukar mata uang di beberapa negara terhadap dolar AS, termasuk rupiah. Inilah alasan yang menjadi kepanikan pasar global yang menyebabkan nilai tukar rupiah melemah.


Selain nilai tukar rupiah yang melemah masih banyak lagi faktor-faktor yang menyebabkan ekonomi Indonesia melemah pada masa wabah Covid19 yang menyebabkan masyarakat Indonesia harus menjalani lockdown selama 14 hari (dua minggu) namun karena wabah ini menunjukkan belum adanya tanda-tanda akan berakhir, perintah lockdown diperpanjang selama kurang lebih tiga bulan lamanya hingga saat ini di berlakukan new normal. Salah satu alasannya ialah untuk menstabilkan perekonomian Indonesia termasuk nilai tukar rupiah.


Faktor lain yang menyebakan nilai tukar rupiah melemah ialah sentimen global yang terkait wacana suntikan stimulus yang dilakukan oleh pemerintah Amerika Serikat. Pemerintah Amerika Serikat berencana akan menyuntikan dana sebesar 1,3 triliun USD -- 2 triliun USD. Meski wacana tersebut belum disepakati oleh senat Amerika Serikat, namun hal tersebut menjadi penyebab sentimen negatif rupiah dan rupiah menjadi anjlok, dilansir dari kompasiana 13 Mei 2020.


Dengan kondisi perekonomian yang sedang melemah tentunya pemerintah Indonesia tidak akan tinggal diam melihat nilai tukar rupiah yang anjlok. Pemerintah harus lebih bijak dalam mengatasi pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang terjadi akibat pandemi Covid19. Salah satu tindakan atau kebijakan yang diambil peremintah untuk mengatasi kelemahan nilai tukar rupiah ialah dengan cara memanfaatkan kelebihan negara Indonesia yakni konsumsi rumah tangga.


Stuktur ekonomi Indonesia mencapai 56,6%-nya ditopang oleh konsumsi rumah tangga. Melihat bahwa Indonesia adalah salah negara yang memiliki jumlah penduduk yang sangat besar. Konsumsi masyarakat bisa dijadikan driven factor bagi sektor industri dan perdagangan Indonesia. Namun di tengah pandemi Covid19 ini pemerintah harus bisa memilih sektor kunci yang dapat selaras dengan kondisi yang dihadapi. Salah satu faktor yang patut dipertimbangkan di tengah pandemi Covid19 adalah sektor kesehatan. Pemerintah melalui APBN-nya bisa meningkatkan pengeluaran pemerintah di sektor kesehatan seperti industri farmasi, alat-alat kesehatan, dan fasilitas-fasilitas kesehatan termasuk pengembangan dan pembangunan rumah sakit. Masa pandemi Covid19 ini akan memaksa masyarakat untuk meningkatkan konsumsinya di sektor kesehatan sehingga pemerintah bisa memanfaatkan perubahan pola perilaku konsumsi masyarakat ini untuk mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. Dikutip dari Investor Daily, Agus Herta. Selasa, 5 Mei 2020.
Namun, agar strategi dan kebijakan-kebijakan seperti di atas berjalan sebagaimana mestinya, tentu perlu adanya dukungan dari pihak Bank Indonesia (BI) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang mampu menciptakan sistem keuangan yang mendukung pengembangan sektor kesehatan serta mampu mendorong lembaga-lembaga untuk memberikan pembiayaan yang murah bagi sektor industri kesehatan. Ini bertujuan agar sektor industri tersebut mendapatkan pembiayaan yang lebih sehingga berpengaruh terhadap sumber pembiayaan yang berkualitas.


Namun sampai detik ini apakah rupiah masih menunjukkan kelemahannya atau bahkan sebaliknya? Berdasarkan data dari Bloomberg Rabu (8/7/2020) pada pukul 09:53, di pasar spot rupiah berada pada posisi Rp 14.418 per Dolar Amerika Serikat. Dapat di lihat dari pernyataan di atas ialah nilai tukar rupiah kembali menguat meski dalam masa pandemi Covid19 ini. Posisi ini menguat 0,16% dibandingkan penutupan sebelunya pada level Rp 14.440 per Dolar Amerika Serikat.


Ini berarti kebijakan dan strategi pemerintah dalam mengalami pelemahan nilai tukar rupiah berhasil dilakukan dengan baik, meski sebelum berada di titik ini tentu ada banyak sekali rintangan yang di hadapi oleh pemerintah Indonesia. Namun dapat di atasi dengan baik terlihat dari bagaimana nilai tukar rupiah saat ini yang menguat.


Salah satu faktor penguatan rupiah ialah tidak terlepas dari sentimen positif kenaikan cadangan devisa. Di sisi lain, indeks dolar yang mengukur pergerakan dolar AS terhadap beberapa mata uang utama dunia juga melemah. Cadangan devisa Indonesia meningkat dalam tiga bulan terakhir. Pada Juni 2020, cadangan devisa mencapai US$ 131,7 miliar, naik menjadi US$ 1,2 miliar dibandingkan dengan posisi Mei 2020. Di kutip dari Bisnis.com, Jakarta, 08 Juli 2020.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun