Mohon tunggu...
Nona Kumala
Nona Kumala Mohon Tunggu... Guru - Guru - Penulis

Berharap pada manusia adalah patah hati secara sengaja.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Mengapa Kau Datang?

10 Agustus 2022   12:10 Diperbarui: 10 Agustus 2022   12:22 163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Nyanyian kecil dilantunkan, sesekali sudut bibirnya terangkat. Gadis mungil nan cantik itu memang seperti itu. Hobby bernyanyi dengan senyum manis yang tak pernah luntur. Gadis ceria.

"Disa, beliin gula di Indomaret dulu sana!" titah Rinku, kakaknya.

"Asiap!" seru Disa langsung bergegas.

Jarak rumah mereka ke Indomaret tidak jauh, hanya dua puluh meter. Jadi, tak perlu repot naik kendaraan. Apalagi Disa yang sama sekali tak bisa mengendarai motor atau mobil.

Tak butuh lama untuk mencari gula, Disa akhirnya keluar dari tempat itu. Berjalan pelan tanpa melirik kiri-kanan, hingga di pertengahan jalan gadis itu berhenti. Dengan kepala menunduk, ia membongkar belanjaan, merasa ada yang kurang. Padahal tadi sudah yakin harga gula dan kembalian sesuai.

"Sepertinya kembaliannya kurang, deh." Karena pandangan yang belum kunjung teralih, Disa tidak menyadari dari arah depan sebuah motor melaju tak beraturan. Sepertinya rem blong. Setelah mendengar teriakan, akhirnya Disa mengangkat wajah. Netranya membulat sempurna karena terkejut. Saat motor itu semakin dekat, spontan Disa menutup mata. Pasrah dengan keadaan apapun nanti.

Sebuah tangan dengan kasar menarik gadis itu. Disa yang tak merasakan sakit memberanikan diri untuk melihat siapa penyelamatnya. Pria berkacamata lebar dan tebal itu juga menatapnya.

"Ma-makasih, udah nolongin aku," ucap Disa terbata karena masih syok dengan kejadian tadi.

Pria itu hanya mengangguk kemudian berlalu meninggalkan Disa. Sontak kejadian itu mengerutkan dahi gadis itu. Kenapa pria itu tampak aneh? Disa menggeleng, menolak berpikiran negatif. Lebih baik segera pulang sebelum sang kakak mengamuk.

Sejak kejadian tadi siang, pikiran Disa terkecoh. Masih penasaran dengan si pria itu. Dia menyesal tidak menanyakan nama atau sekolahnya.ada di mana. Besok-besok jika bertemu, Disa bertekad mengajak kenalan. Kali aja bisa jadi sahabat, dari tampangnya Disa yakin dia orang baik.

Matanya mulai redup, hampir menuju dunia mimpi. Namun, dering ponsel mengganggu kegiatan menyenangkan itu. Dengan malas, tangan mungilnya digerakkan untuk mengambil benda pipih itu. Menaruh di telinga kiri tanpa melihat nama siapa yang tertera.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun