Mohon tunggu...
Siti Adidah
Siti Adidah Mohon Tunggu... Editor - content Writer

Bekerja di lembaga sosial LAZ Al Azhar

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Petani Milenial Asal Tanjungpura yang Sukses Budidaya Selada Bokor

6 Oktober 2022   10:28 Diperbarui: 6 Oktober 2022   10:32 707
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Regi Zamzam Zaohari (23), merupakan seorang petani milenial yang sukses dari hasil bertani selada bokor dengan media tanam hidroponik.Egi sapaan akrabnya, mulanya mengetahui terkait teknik penanaman hidroponik dari daerah Lembang, Bandung. Kemudian Egi tergerak untuk mulai menanam dengan metode hidroponik untuk kemajuan desanya.

Keinginan tersebut sejalan dengan dukungan dari pihak pemerintah desa dan pendampingan program pemberdayaan Desa Berdikari yang dilakukan LAZ Al Azhar dan Bank Indonesia. Pemuda asal Kampung Cihonje, Desa Tanjungpura, Kecamatan Rajapolah, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat ini, berhasil menjual 400 kilogram selada bokor setiap kali masa panen.

Media tanam hidroponik ini telah menarik minat para pemuda untuk bertani, karena dinilai lebih efisien dan mudah untuk dipraktekkan. Akhirnya pada tahun 2021, dibangun fasilitas hidroponik yang menjadi demplot serta gagasan baru akan teknologi menanam sayuran.

Miftah Farid, Dasamas LAZ Al Azhar yang bertugas di Tanjungpura mengatakan pemberdayaan di sektor pertanian ini menjadi bentuk kepedulian terhadap ketahanan pangan desa, maka dimulai dengan menyukseskan program dapur hidup keluarga (Dapaga) melalui media tanam hidroponik.

Egi kemudian menjadi sosok inspiratif generasi milenial yang bergerak di bidang pertanian khususnya selada bokor. Berkat kerja kerasnya, para pemuda sekitar mulai tertarik untuk ikut terjun menanam selada bokor. Pada bulan Juni 2022, akhirnya dibentuk Rumah Hidroponik Tanjungpura Berdikari (RHTB) dengan 19 anggota kelompok yang tergabung.

Baca juga:Dukung Ketahanan Pangan Nasional, Warga Kepulauan Meranti Dapat Ratusan Bibit Cabai

"Waktu itu saya tergerak agar pemuda di sini tidak perlu lagi pergi ke kota untuk mencari pekerjaan. Karena hasil dari bertani secara hidroponik ini sendiri sangat menjanjikan, terlebih kita bisa lebih menghemat waktu dan lebih simpel untuk mengurusnya," ungkap Egi.

Menurutnya, selain dapat menjalankan usaha hidroponik tersebut, petani juga dapat melakukan pekerjaan lain. Pasalnya petani tidak perlu berada terus di lokasi hidroponik setiap hari.

"Penanaman menggunakan media hidroponik mudah sekali pastinya. Kita tidak perlu membajak tanah ataupun mencangkul. Para petani cukup membersihkan media hidroponik secara berkala karena hanya menggunakan media busa," ujarnya.

Adapun proses penanaman selada bokor ini, dimulai dengan penyemaian yang memerlukan waktu 10 hari dengan media busa. Kemudian setelah itu, tanaman dipindah ke media hidroponik pembesaran dan menambahkan nutrisi AB mix. Biasanya dalam seribu lubang media semai, cukup menggunakan nutrisi sebanyak 15 liter.

Omzet yang didapatkan tidak main-main, Egi sendiri menjual hasil panennya seharga Rp. 12.000/ kilogram. Jadi untuk satu kali panen dalam masa 20 hari Egi mendapat hasil Rp. 4.800.000. Hasil panennya telah dipasarkan ke Pasar Induk Cikurubuk, Pasar Rajapolah, Pasar Ciawi, bahkan luar kota yaitu ke Purwakarta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun