Mohon tunggu...
Siti Hartinah
Siti Hartinah Mohon Tunggu... Lainnya - Human

Seorang pemimpi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Jingga di Langit Selatan

16 Januari 2021   08:41 Diperbarui: 16 Januari 2021   08:51 652
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

            Burger ada di tangan kanannya. Roti isi itu sisa setengah. Minuman cola diseruputnya untuk melegakan sesak di tenggorokan. Sepatu heels tujuh centi berbunyi mengetuk lantai. Langkahnya cepat dengan orang di sampingnya yang sedang membacakan roundown. Ya... Dia makan sambil berjalan.

            "Mbak, take pertama bacakan berita mengenai ijin KPU yang memperbolehkan kampanye pilkada mengadakan konser. Ini naskahnya." kata seorang Program Director berkacamata.

            Dia sudah bersiap di balik meja menyampaikan berita dari depan kamera. Suaranya yang tegas, tapi mampu memainkan irama. Wajahnya yang manis dengan dimples di sudut bibir kanan dan kirinya ketika tersenyum. Dialah Senja. Public figure yang mempunyai jam terbang tinggi. Karirnya sedang naik daun.

            "Senja nanti jam 7, dubbing di kantor sebelah buat acara lusa." ucap Manager-nya.

            Dia mengangguk.

            Beginilah jika kerja di dunia intertaiment. Tidak mengenal waktu. Hidupnya digunakan untuk berada di jalan. Berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya. Bersyukurnya tidak kepanasan, karena menyiarkannya di ruangan.

            "Tolong belikan saya kopi di cafe bawah," perintahnya pada assistant-nya

             Badannya sedikit tidak enak. Rasanya lemas. Mungkin karena kurang tidur. Tadi malam sibuk  lembur membuat naskah dan menghafalkan. Biasanya jika seperti itu, ia membutuhkan cafein agar tetap terjaga dan kembali segar.

             Senja meraba lehernya. Menggerakkannya ke kanan dan ke kiri. Benjolan di lehernya sedikit nyeri. Memang udara di luar sedang tidak menentu. Panasnya begitu menyengat, mendung juga kadang datang tapi tidak hujan. Membuat anginnya begitu dingin menembus kulit.

             Assistant-nya kembali dengan membawa satu cup cappuccino, "Ini mbak."

            "Kamu punya jaket, Di?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun