Mohon tunggu...
Siti Khomsah
Siti Khomsah Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Tekad Menjadi Mabrur

6 Mei 2018   15:04 Diperbarui: 6 Mei 2018   15:17 341
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Setiap manusia di ciptakan untuk menjadi pemenang. Tidak ada manusia yang terlahir kalah. Perbedaan terbesar antara satu dan yang lainnya adalah keinginan dan kesungguhan. Keterbelakangan kehidupan bukan lah suatu alasan untuk tidak dapat menggapai apa yang di inginkan.

Dalam buku ini menceritakan tentang kesungguhan seorang sosok wanita dengan status janda beranak satu yang mempunyai penghasilan pas pasan. Karena mimpi dan rindunya terhadap Mekah, sehingga getirnya kehidupan tidak menyurutkan keinginannya.

Dalam buku ini pula menggambarkan sebuah potret kehidupan yang keras.(Halaman 12). Potret kerasnya kehidupan dapat di lihat juga dalam cerita tokoh Joya, lelaki berumur 27 tahun yang bekerja sebagai tukang servis. Hidup begitu keras, namun tak sanggup mengeraskan hati Joya yang lembut.(halaman 14).

 Tidak ada seorang pun hidup di dunia ini tanpa suatu persoalan. Persoalan pasti datang silih berganti baik ringan maupun berat. Aneka persoalan inilah yang menjadikan manusia tumbuh dinamis dan optimis. Walaupun berbagai kemalangan bertubi tubi menimpa keluarga Mak Siti, namun tak dapat menepis niat dan tekad Mak Siti untuk ke tanah suci. Berbekal tekad menabung selama 10 tahun Mak Siti mampu mengumpulkan dana untuk berhaji.

Semakin hari,kerikil kerikil tajam terus menapaki kehidupan Mak Siti. Berbagai cibiran dan fitnah dari orang yang dengki dan dari berbagai arah terus menderu. Mulai dari dugaan menjual rumah di kampung, uang dari berhutang, bahkan menduga dari hasil yang tidak baik. Namun, sebesar apapun cobaan yang melanda, Mak Siti tidak pernah gentar.

Ketika kerinduan terhadapNya membuncah dalam jiwa seorang hamba, maka tidak akan ada penghalang apapun untuk berusaha mencapai kepada yang di rindukan. Begitu pun ketika kasih sayang allah datang kepada seorang hamba, maka allah akan memampukan hambanya untuk beritikad baik meski pun dalam diam.(halaman 84)

Seorang pemuda yang kerjaannya hanya mabuk mabukan,  Rizal. cinta Rizal kepada Intan yang tak sampai, ternyata telah menyampaikan kepada cintaNya. Buruk adalah satu perkara yang berbeda dengan kebaikan karena kebaikan terkadang akan di nilai buruk oleh orang lain.(halaman115). 

Jika untuk melakukan suatu kebaikan harus selalu menimbang prasangka orang, maka menjadi serigala lebih baik dari pada menjadi manusia. Rizal  terlalu mencemaskan orang tersebab masa lalunya. Seakan akan manusia di dunia ini akan terus menggunjingnya.(halaman 128).

Lalu, mampukah Mak Siti sampai ke Mekkah menunaikan impiannya? Padahal setelah uang yang dikumpulkannya cukup, ternyata travel umrah yang dipilihnya melakukan penipuan. Bagaimana cara Mak Siti mengembalikan uang yang digelapkan trvel itu? Lewat novel ini kita diajarkan untuk ykin. Bahwa rezeki itu bisa datang dari berbagai sumber yang tidak di sangka sangka. Selamat Membaca.

Judul Novel                  : Titip Rindu Ke Tanah Suci

Penulis                          : Aguk Irawan MN

Penerbit                        : Republika Penerbit

Cetakan                       : I, Desember 2017

Tebal Halaman : 366 halaman

ISBN                           : 978-602-082-287-7

Harga                           : Rp. 73.000

Peresensi                      : Siti Khomsah

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun