Mohon tunggu...
Siti Khoirnafiya
Siti Khoirnafiya Mohon Tunggu... Pamong budaya

Antropolog, menyukai kajian tentang bidang kebudayaan

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Cinta Ibuku: Pelita yang Tak Pernah Padam

10 Maret 2025   09:44 Diperbarui: 10 Maret 2025   16:12 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi pribadi


Cinta seorang ibu adalah kekuatan yang tak tertandingi, sebuah pelukan hangat yang selalu ada, dan cahaya penuntun yang tak pernah padam. Bagi saya, cinta ibuku adalah segalanya, fondasi yang membentuk saya menjadi diri saya yang sekarang.


Arti Cinta: Kasih Sayang Tanpa Syarat

Ibuku adalah sosok yang selalu hadir dalam setiap langkah hidupku. Sejak kecil, aku merasakan kasih sayangnya yang tak pernah pudar. Ia selalu ada untukku, baik dalam suka maupun duka. Setiap sentuhan lembutnya, setiap senyum hangatnya, adalah bukti nyata betapa besar cintanya kepadaku.


Aku masih ingat, ketika aku sakit, ibuku selalu setia merawatku. Ia begadang semalaman, memastikan aku mendapatkan obat dan istirahat yang cukup. Ia rela mengorbankan waktu dan tenaganya demi kesembuhanku. Saat itu, aku menyadari betapa besar pengorbanan seorang ibu.


Bahkan, ketika aku masih kecil dan ia bekerja sebagai penjual sayur, ia tak pernah meninggalkanku sendirian. Ia menggendongku bersama dengan sayuran yang akan dijualnya. Bayangkan, betapa berat beban yang ia tanggung, baik beban sayuran maupun beban tubuhku yang sudah menginjak usia sekolah dasar. Namun, ia tetap melakukannya, demi aku, demi masa depanku.

Masa Kecil: Bimbingan dan Perlindungan
Ibuku adalah guru pertamaku. Ia mengajariku tentang nilai-nilai kehidupan, tentang kebaikan, kejujuran, dan kasih sayang. Ia membimbingku dengan sabar, menuntunku untuk menjadi pribadi yang berakhlak mulia.


Ia juga menjadi pelindungku. Ketika aku merasa takut atau sedih, ibuku selalu ada untuk menghiburku. Ia melindungiku dari segala bahaya, baik fisik maupun emosional. Aku merasa aman dan nyaman dalam dekapannya.


Masa Remaja: Sahabat dan Penasihat
Ketika aku beranjak remaja, ibuku tidak hanya menjadi ibu, tetapi juga sahabat. Ia selalu mendengarkan keluh kesahku, memberikan nasihat bijak, dan mendukung setiap keputusanku.


Ia memahamiku lebih dari siapa pun. Ia tahu apa yang aku rasakan, bahkan ketika aku tidak mengungkapkannya dengan kata-kata. Ia selalu ada untukku, memberikan dukungan tanpa syarat, dan membantuku melewati masa-masa sulit.


Terlebih lagi, saat aku diterima di SMA favorit yang berada di kota, ibukulah yang berjuang keras untuk mewujudkan impianku. Ia mondar-mandir dari desa ke kota, mengurus segala keperluan sekolahku. Jarak yang jauh dan biaya yang tidak sedikit tidak membuatnya menyerah. Ia ingin aku mendapatkan pendidikan yang terbaik, agar aku bisa meraih masa depan yang cerah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun