Mohon tunggu...
Siti Khoirnafiya
Siti Khoirnafiya Mohon Tunggu... Pamong budaya

Antropolog, menyukai kajian tentang bidang kebudayaan

Selanjutnya

Tutup

Diary

Tantangan Program Cek Kesehatan Gratis Bagi Lansia: Mengatasi Ketakutan dan Kekhawatiran?

16 Februari 2025   17:50 Diperbarui: 16 Februari 2025   18:59 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Program Cek Kesehatan Gratis (CGK) yang dicanangkan pemerintah merupakan langkah maju dalam meningkatkan kesehatan masyarakat Indonesia. CGK memberikan kesempatan bagi seluruh lapisan masyarakat untuk mendapatkan pemeriksaan kesehatan secara cuma-cuma, termasuk di beberapa bank yang bekerja sama. Namun, tak jarang ada rasa khawatir, terutama di kalangan orang tua. Hal ini diceritakan oleh seorang ibu bernama Ibu Siti (75 tahun) yang mengurungkan rencana ikut CGK saat ia ambil uang pensiun di bank terdekat rumah di daerah Jatijajar Depok, meski ia melihat beberapa orang menerima kotak hadiah setelah pemeriksaannya. 

Ia bercerita ia mengurungkan keikutsertaannya karena takut hasilnya tidak sesuai harapan. "Saya takut kalau ketahuan ada penyakit, malah jadi kepikiran," ujarnya. 

Faktanya program cek kesehatan gratis bagi lansia merupakan inisiatif pemerintah yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup lansia melalui deteksi dini penyakit. Namun, program ini tidak selalu berjalan mulus. Salah satu tantangan utama yang dihadapi adalah ketakutan dan kekhawatiran lansia terhadap proses pemeriksaan.

Ketakutan dan Kekhawatiran Lansia: Penghalang Utama?

Program cek kesehatan gratis bagi lansia adalah inisiatif pemerintah yang mulia, bertujuan meningkatkan kualitas hidup lansia melalui deteksi dini penyakit. Sayangnya, program ini tidak selalu berjalan mulus. Salah satu tantangan terbesarnya adalah ketakutan dan kekhawatiran lansia terhadap proses pemeriksaan itu sendiri. Berbagai faktor menjadi pemicu ketakutan ini. 

Pengalaman medis yang buruk di masa lalu, seperti diagnosis yang menakutkan atau perawatan yang menyakitkan, dapat membuat lansia trauma dan enggan menjalani pemeriksaan kesehatan. Contohnya, Ibu X, seorang lansia berusia 70 tahun, memiliki pengalaman buruk saat menjalani operasi beberapa tahun lalu. Prosedur yang menyakitkan dan diagnosis yang menakutkan membuatnya trauma dan enggan untuk melakukan pemeriksaan kesehatan lainnya.

Ketidaktahuan dan kurangnya informasi juga berperan besar. Lansia yang tidak tahu prosedur cek kesehatan, manfaatnya, atau risiko yang mungkin timbul, akan merasa takut dan khawatir. Contohnya, seorang lansia yang tinggal di daerah terpencil mungkin tidak pernah mendengar tentang program cek kesehatan gratis. Ia juga tidak tahu apa saja jenis pemeriksaan yang akan dilakukan dan apa manfaatnya bagi kesehatan lansia. Kekhawatiran akan hasil pemeriksaan juga menjadi penghalang. Lansia sering takut jika hasil pemeriksaan menunjukkan penyakit serius. Ketakutan ini membuat mereka menunda atau menghindari pemeriksaan kesehatan. Contohnya, seorang lansia yang memiliki riwayat keluarga dengan penyakit jantung, sangat takut jika hasil pemeriksaan kesehatannya menunjukkan ia juga memiliki penyakit tersebut. Demikian juga jika ada riwayat keluarganya yang berpenyakit diabetes yang berakhir dengan kematian. Ketakutan ini membuatnya enggan untuk melakukan cek kesehatan.

Belum lagi keterbatasan fisik dan mobilitas. Lansia yang sulit bergerak mungkin kesulitan mencapai fasilitas kesehatan atau menjalani prosedur pemeriksaan yang rumit. Contohnya, seorang lansia yang menggunakan kursi roda, merasa kesulitan untuk pergi ke puskesmas atau tempat pengecekan kesehatan karena tidak ada transportasi yang ramah kursi roda. Ia juga khawatir jika fasilitas kesehatan tidak memiliki fasilitas yang memadai untuk lansia dengan keterbatasan fisik. 

Faktor psikologis seperti depresi atau kecemasan juga dapat memperburuk ketakutan mereka. Contohnya, Ibu Siti, seorang lansia yang tinggal sendiri setelah suaminya meninggal, mengalami depresi dan kecemasan. Ia merasa tidak bersemangat untuk melakukan apapun, termasuk pergi ke dokter untuk cek kesehatan.

Mengatasi Ketakutan dan Kekhawatiran Lansia

Untuk mengatasi tantangan ini, diperlukan pendekatan yang komprehensif dan melibatkan berbagai pihak. Berikut adalah beberapa upaya yang dapat dilakukan:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun