Mohon tunggu...
Si Thesigner
Si Thesigner Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pintar dan Bijak Dalam Hal Bencana

18 Maret 2017   00:17 Diperbarui: 18 Maret 2017   00:24 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Indonesia yang memang secara geografis, merupakan wilayah yang strategis akan terjadinya bencana alam. Hal tersebut telah disebutkan dengan jelas dari sejarah kebencanaan di Indonesia. Untuk itu dalam berbicara mengenai bencana, alangkah baiknya, karena bencana merupakan sebuah proses alamiah yang mungkin bisa saja terjadi setiap saat, masyarakat paling tidak bisa belajar dari berbagai sumber, seperti informasi dan berita yang akurat lewat berita BMKG, mengenai kondisi cuaca, BNPB, dan sumber - sumber yang lainnya, apalagi di era IPTEK ini. Dari beberapa pengalaman pribadi Penulis dalam tanggap bencana, ada pengalaman pribadi yang menarik. Hal ini mengilhami penulis.  

Pertama ketika terjadi tsunami di Jogjakarta tahun 2006 silam, dimana ketika itu penulis masih teringat, pagi hari menjelang pukul 06.00, kebetulan waktu yang pastinya, penulis lupa, karena saat terjadi gempa, dimana penulis sedang berada di lokasi yang kebetulan juga tidak jauh dari pantai, sedang tertidur lelap disebuah kamar, tiba-tiba bangunan yang benar - benar dibangun dengan konstruksi kokoh tersebut bergetar kencang. Tempat tidur penulis pun seperti digoyang - goyang kekuatan yang amat besar, seolah - olah seperti dalam mimpi. 

Dan mana kala mata penulis terbangun, terlihat kuda - kuda atap rumah diatas tempat tidur bergoyang - goyang kencang. Tanpa pikir panjang, penulis langsung berteriak "gempa, gempa, cepat keluar..! semua keluaaar..! kepada seisi rumah, dan penulis sambil lari keluar rumah. Sempat penulis kaget mana kala, gapura halaman, tiang telepon dengan kabelnya, bergoyag seperti menari - nari. 

Nampak pula pohon kelapa ditepi jalan yang ada di depan rumah juga bergoyang, dengan kelapa yang sebagian berjatuhan.  Dan terlihat seisi rumah sudah keluar. Namun mereka berlari menuju dekat gapura yang terlihat bergoyang kencang. Dan penulis pun berteriak, jangan berkumpul dibawah sesuatu yang tinggi. Lari ke tempat lapang.." Teriak penulis. Alhamdulillaah, karena disamping rumah ada tempat lapang, akhirnya kami seisi rumah pun berkumpul bersama, serta bisa dengan jelas melihat kondisi sekitar saat terjadi gempa.

Kedua, ketika terjadi bencana banjir, yang sekitar tahun 1995, di Kota Demak. Saat kurang lebih tengah malam, penulis tidur di ruang tamu,  dalam posisi tidur terlungkup disofa, tiba - tiba tangan penulis terjulur kebawah dan merasa dingin. Lama - lama penulis merasakan cair, dan ketika membuka mata, terlihat air mulai masuk disela - sela bawah pintu, terdengar suara hujan deras diluar, sambil mengamati aliran air yang masuk, dan kian lama kian naik, penulis langsung membuka pintu depan rumah, dan berteriak membangunkan seisi rumah, banjir - bangun, bangun, banjiiiir...

Ketiga, ketika banjir melanda kawasan Kutoarjo, Kabupaten Purworejo, tahun 2014. Kembali lagi ketika itu penulis tidur di mobil, sekitar pukul 02 malam. Kala itu hujan masih rintik, blum lama tertidur, karena posisi tidur dikursi depan setir yang kurang sempurna, kaki penulis pun terjatuh dari kursi depan mobil, dan kaget, mana kala air sudah masuk kabin. 

Karena masih mengantuk, sontak penulis bangun dan pindah masuk ke dalam rumah, melalui jendela kamar yang kebetulan memang jarang dikunci oleh penulis. Sebab pintu depan dikunci dari dalam. Begitu loncat dari jendela, penulis pun kaget bukan kepalang, dalam posisi gelap mendarat dilantai dengan posisi air di kamar sudah semata kaki. Sontak penulis langsung membuka pintu rumah dalam posisi hujan lebat dan air terlihat mulai deras masuk kerumah, dengan ketinggan bnjir sepaha orang dewasa.

Dan masih banyak lagi beberapa bencana yang alami, yang alhamdulillaah dari semua pengalaman tersebut, hingga kini penulis berusaha belajar, dengan banyak mendengar informasi, terutama cuaca, bencana. Serta selalu membaca melalui media penyedia informasi. Baik dalam hal informasi kebencanaan, cuaca, serta kondisi geografis wilayah untuk hal - hal yang bersifat informis bagi pribadi penulis.

Seperti pengalaman penulis, ketika berada di wilayah Jawa Baratu semenjak tahun 2006 hingga tahun 2013 akhir, setelah menjelajahi beberapa wilayah khususnya di Wilayah Jawa Barat, Penulis dengan melihat banyak kerawanan - kerawanan. Sepertii pergerakan dan pergeseran struktur tanah dibeberapa wilayah di Jawa Barat. Agar berhati - hati untuk beberapa kawasan lereng dan perbukitan. 

Dan juga mengamati kondisi jalur utama Cirebon - Bandung, dimana di beberapa lokasi yang pada waktu itu sempat diamati penulis, di daerah Nyalindung, Kabupaten Sumedang. Dimana kontur jalan aspalnya bergelombang, sehingga secara langsung Penulis, langsung memberikan saran, agar dibeberapa titik jalan, segera dilakukan betonisasi ikat pada beberapa daerah rawan, sperti cadas pangeran, dll, untuk menghindari kerusakan jalan dan rawannya kecelakaan.

Tanah longsor, dari hasil pengamatan penulis untuk kawasan - kawasan yang pernah penulis lalui, dan selalu menjadi perhatian terutama penulis selalu utarakan pada warga yang tinggal, serta memberikan masukan pada yang bertanggung jawab di wilayah tersebut, agara penduduk yang membuat rumah dilereng - lereng dan perbukitan terjal, jika bisa diberi nasehat. Atau mengupayakan pemerintah agar bisa merelokasi.  Karena melihat struktur tanah pegunungan, dan kondisi hutan yang ada di beberapa wilayah yang sempat penulis amati selama penulis bekerja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun