[caption id="attachment_227696" align="aligncenter" width="604" caption="Foto: Mas Hazmi"][/caption]
Kemarin siang, buka Facebook, ada notifikasi dari Mas Hazmi Srondol, ngasih tau kalau ada pertunjukan Wayang Orang di Taman Ismail Marzuki (TIM) malam itu juga, tepatnya jam 7 malam. Waduh, mendadak banget ya. Rupanya Mas Hazmi dikasih tiket gratisan sama Mbak Ratna Listy, dan baru diberitahu pagi-paginya. Alhasil, Mas Hazmi juga enggak ada persiapan apa-apa buat nonton, seenggaknya kamera deh buat narsis-narsis. Akhirnya ya kami hanya memanfaatkan kamera-kamera handphone yang ujung-ujungnya lowbatt juga. Nasib, nasib. Tau aja ya kalau mau dipake buat narsis-narsis. Hehe. Saya janjian ketemuan sama Mas Hazmi di tempat per-soto-an di TIM, buat isi perut dulu sebelum nonton.
Jam 18:45, saya dan Mas Hazmi sudah stay di depan pintu masuk Teater Besar TIM. Waduh, dari luar aja kesan eksklusifnya sudah berasa. Terlihat bahwa pertunjukan ini bukan pertunjukan abal-abal atau murahan, tapi berkelas, dan memang seharusnya pertunjukan seni budaya itu memang harus dibungkus secara eksklusif seperti itu. Hanya saja, ketika mau masuk ke dalam gedung, kami dihadang Pak satpam karena gak ada tiketnya, soalnya tiketnya ada di Mbak Ratna, Huaa. Piye iki. Akhirnya, beberapa saat kemudian, bertemu lah kami dengan suami Mbak Ratna, setelah grasak-grusuk nanyain tiket gimana ngambilnya. Perjuangan belum berhenti sampai disitu, pas mau masuk, tas digeledah semacam ada teroris aja. Hehe. Ditanya-tanya isinya apa, bawa kamera atau enggak (karena kamera/digicam/dan sejenisnya sama sekali enggak boleh masuk), minuman aja enggak boleh masuk. Ketat juga nih pengamanannya. Tapi bagus juga, pertanda ini pertunjukan serius, berkelas, lebih dari sekadar nonton di bioskop atau nonton di GBK. Good job! :D
[caption id="attachment_227693" align="aligncenter" width="768" caption="Tasku digeledah om satpam, minumku juga disita. (dok:mas hazmi)"]
135470002855024148
[/caption] Masuk-masuk ke gedung Teater Besar, disambut dengan hidangan-hidangan yang lumayan ngisi perut sebelum pertunjukan dimulai. Ada ubi, jagung, dan umbi-umbi lainnya, ada kue pastry dan jajanan pasar, ada wedang ronde, ada kopi sama teh juga. Wah, oke punya deh. Jadi, sebelum pintu teaternya dibuka pengunjung dipersilahkan ngopi-ngopi sambil menikmati foto-foto yang apik banget yang dipajang dengan rapi mengenai pertunjukan Wayang Orang. Yang begini ini nih, pertunjukan seni budaya yang apik. Banyak bule-bule yang hadir, dan bertanya-tanya mengenai foto-foto yang dipajang di dinding. Salah satu media diplomasi budaya nih :D. [caption id="attachment_227694" align="aligncenter" width="504" caption="lagi ngambil wedang ronde (dok: mas Hazmi)"]
13547002491210751093
[/caption] [caption id="attachment_227697" align="aligncenter" width="768" caption="Bule-bule lagi tanya-tanya tentang perwayangan (foto: Mas Hazmi)"]
1354700434122972081
[/caption] [caption id="attachment_227698" align="aligncenter" width="768" caption="foto-foto yang dipajak apik-apik tenan (foto: Mas Hazmi)"]
13547005491994611683
[/caption] Jam pertunjukan memang ngaret sampai setengah jam. Memang Indonesia, teteuuup ya, ngaret. Jokowi yang diagendakan hadir, ternyata tidak hadir dan akhirnya diwakili oleh Deputi Direktur bagian Pariwisata Pemerintah DKI Jakarta. Mungkin Pak Jokowi udah bosen kali ya liat Wayang Orang di Solo, atau Jokowi lagi mumet mikirin MRT. He he. Akhirnya sekitar jam 19:45, pertunjukan pun dimulai. Merinding banget. Apik tenaan. Walaupun sebenernya enggak paham-paham banget sama dialognya, secara bahasanya bahasa Jawa yang halus banget, tapi saya tetap menikmati pertunjukannya karena tata lampunya, tata tariannya, gamelannya, semuanya mantap. Rapih dan apik. Salut dengan Wo Bharata yang juga telah setia mengawal seni Wayang Orang selama 40 tahun di Jakarta. Wayang Orang Salya Wiratama ini berhasil menyuguhkan karya seni tradisional yang dibalut dengan sentuhan modern/kontemporer, dan hal ini sangat-sangat patut untuk diacungi jempol dan diapresiasi secara penuh. Memang jika tidak mengerti dialognya, maka lama-lama bisa jadi timbul rasa kantuk, karena memang suara gamelan jawa alunannya begitu lembut. Tapi cerdasnya, Wo Bharata menyuguhkan lakon Petruk, Gareng, dan Bagong yang kocak banget, plus bahasa Jawanya yang dimengerti oleh orang-orang non-Jawa, membuat penonton memahami komedi yang dibawakannya. Benar-benar menghibur. Klimaksnya terletak pada perang Bharatayuda, yang akhirnya cukup nggerus hati. Sedih. Apalagi lagu yang dinyanyikan oleh Mbak Ratna Listy saat peperangan berakhir, dengan korban yang berjatuhan, membuat penonton terbawa dengan suasana kesedihan. Tapi yang paling menonjol dalam pertunjukan ini adalah koreografi nya yang mantap banget. Pertunjukan Wayang Orang tersebut didukung penuh oleh pemerintah provinsi DKI Jakarta, dan saya sih berharap semoga pemerintah pusat dan pemerintah daerah lainnya lebih gencar dalam memfasilitasi para pelaku seni budaya ruang yang layak untuk berekspresi. Konsep seperti pertunjukan Wayang Orang yang begini ini yang mesti diikuti oleh seni budaya lainnya. :D. [caption id="attachment_227699" align="aligncenter" width="768" caption="foto bareng om Jaya Suprana (foto: om Dian Kelana)"]
13547006461140974034
[/caption] [caption id="attachment_227700" align="aligncenter" width="768" caption="Foto sama Bagong (foto: Om Dian Kelana)"]
1354700747499951379
[/caption] [caption id="attachment_227701" align="aligncenter" width="768" caption="Mas Hazmi sama seli-selirnya (foto: om Dian Kelana)"]
13547008331840472301
[/caption] Nb: bagi yang belum pernah nonton Wayang Orang, waduh malu dong. Masa orang Indonesianya sendiri belum nonton salah satu budaya yang sudah diakui UNESCO sebagai salah satu warisan dunia tak-benda (intangible heritage). Yuk apresiasi budaya kita!