Mohon tunggu...
Prakasita Nindyaswari
Prakasita Nindyaswari Mohon Tunggu... Administrasi - Gula Jawa

Love coffee and cheesy jokes. Passionate in arts and cultures. International Relations graduate, but currently into Law.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Aku Depresi, Apa yang Harus Kulakukan?

12 Februari 2018   15:21 Diperbarui: 12 Februari 2018   16:52 3118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dokumentasi pribadi

Halo Kompasianers! Sudah lama sekali rasanya saya enggak nulis disini. Hari ini, entah kenapa saya merasa perlu berbagi cerita karena saya yakin banyak di luar sana yang merasakan hal yang sama dengan saya. Saya ingin menyemangati siapapun yang pernah atau sedang menghadapi yang saya alami. Saya ingin berbagi soal depresi. Sebelum saya bercerita banyak, saya berharap teman-teman disini tidak menghakimi atau kata lainnya judgemental. He he. 

Apa itu depresi? Saya ambil pengertiannya dari World Health Organization aja ya, yakni:

Depression is a common mental disorder that presents with depressed mood, loss of interest or pleasure, decreased energy, feelings of guilt or low self-worth, disturbed sleep or appetite, and poor concentration.

Ya, saya pernah mengalami depresi dan saat ini dalam masa-masa pemulihan. Saya mengalami semua hal di atas yaitu hilangnya ketertarikan saya atas hal-hal yang biasanya saya suka, perasaan bersalah, nafsu makan yang jauh menurun, dan susah tidur yang teramat sangat. Saya sedikit cerita dulu ya, kenapa saya pada akhirnya bisa depresi. Bulan Juli 2017 lalu, Ayah saya meninggal karena penyakit jantung tepat dua hari setelah pengumuman saya diterima pendidikan S2 di sebuah perguruan tinggi negeri terkemuka di Indonesia. 

Ibu saya juga sudah meninggal lebih dulu pada Januari 2013 juga karena penyakit jantung tepat dua minggu sebelum saya sidang skripsi. Perasaan saya sungguh campur aduk ketika Ayah saya meninggal. Sedih iya, menyesal iya, marah sama rumah sakitnya iya, dan tentunya rasa kesepian dan sendiri karena merasa sekarang harus menanggung segalanya sendirian hingga hilang semangat untuk hidup. 

Saya yakin, orang-orang yang mengalami depresi adalah orang tipe pemikir. Mereka akan selalu berpikir kenapa sesuatu yang buruk terjadi kepada mereka, menggali-gali apa kesalahannya secara terus-menerus, dan selalu ada perasaan kesepian meski memiliki teman yang banyak. Banyak sekali yang mengaitkan depresi dengan ke-religius-an. Namun, menurut saya pribadi.. enggak juga sih. 

Saya sendiri, sungguh percaya dengan Tuhan dan saya tahu bahwa segala yang saya alami adalah sesuatu yang telah ditakdirkanNya. Orang bilang, kalau rindu berdoa saja semoga bisa dipertemukan di surga nanti. Namun, kerinduan yang teramat sangat atas keberadaan mereka menurut saya adalah hal lain. Ketika saya mendapat hasil baik di pekerjaan, tentunya saya ingin berbagi hal tersebut kepada orang tua saya. Ketika saya mendapatkan hasil baik di perkuliahan, tentunya saya juga ingin berbagi. Ketika saya sedang galau percintaan, tentunya saya ingin bercerita kepada mereka. 

Bagaimanapun juga buat saya, orang tua adalah sosok tempat saya berbagi banyak hal, selalu bisa diandalkan, dan yang selalu sayang dan cinta apapun kondisi saya. Ada urusan-urusan lain juga yang harus saya tangani sepeninggal orang tua saya yang membuat saya selalu banyak berpikir terutama saat malam hari sepulang kantor. 

Saya kemudian bercerita kepada teman-teman terdekat saya mengenai keadaan saya. Saya yakin tidak mudah bagi siapapun yang mengalami depresi untuk berani bercerita akan keadaannya. Tentunya yang diharapkan setelah bercerita adalah rasa tenang, merasa didukung dan tidak sendirian. Namun, yang saya dapatkan justru sebaliknya. Don't compare. Sebaiknya tidak mengatakan bahwa apa yang orang itu alami tidak sebanding dengan apa yang orang lain di luar sana alami. 

Bahwa ada orang lain yang lebih sengsara dan menderita. Lebih baik dengarkan apa yang menjadi masalah orang tersebut dan semangati tanpa membanding-bandingkan. Scars exist even if you can't see them. Yang lebih penting lagi, jika kami tau temanmu sedang depresi, sering-seringlah ajak dia keluar bersosialisasi atau paling tidak lebih sering menanyakan kabar. Banyak orang depresi yang pada akhirnya memilih mengakhiri hidupnya karena saya yakin mereka tidak mendapatkan rasa nyaman dengan sekelilingnya. Coba lebih sering mengatakan "you did well..","you've worked hard", "you're worth it"kepada orang-orang terdekatmu. 

Depresi atau mental ilness jelas bukan hal main-main.  Menurut WHO;

Almost 1 million lives are lost yearly due to suicide, which translates to 3000 suicide deaths every day. For every person who completes a suicide, 20 or more may attempt to end his or her life. Today, depression is estimated to affect 350 million people.

Lihat, betapa banyak orang yang mengalami depresi di dunia ini dan betapa banyak jumlah orang yang pada akhirnya memutuskan mengakhiri hidupnya.  Depresi bisa terjadi karena kehilangan orang terdekat, pekerjaan, bullying, masalah percintaan, dan kekurangan yang ada di diri orang tersebut. Selain bantuan orang-orang terdekat, tentunya diri sendiri pun harus berusaha semaksimal mungkin untuk keluar dari perasaan itu. 

Saya ada beberapa tips untuk menghilangkan atau mengurangi depresi yang menurut saya cukup efektif. 

1. Hindari menyendiri, keluarlah untuk bersosialisasi

Ciri khas orang depresi adalah senang menyendiri dalam kamar lalu kemudian mendengarkan lagu-lagu melankolis yang memancingnya untuk menangis sambil merenungi apa yang terjadi pada dirinya. Kamu harus memaksa diri kamu untuk keluar dan bertemu dengan teman-teman. Kamu bisa juga mengobrol dengan teman-temanmu via chat atau WhatsApp Call, Line Call, atau Skype. Ikutilah kegiatan-kegiatan yang positif dan cukup menyibukkan kamu sehingga mengurangi 'waktu selo-mu'. 

2. Traveling 

Coba deh jalan-jalan mau itu solo traveling, ikut open trip, atau sama teman-teman. Cari destinasi yang kira-kira membuatmu relaks dan menyenangkan dirimu. Tahun lalu saya jalan-jalan ke Korea, Singapura, dan Malaysia dan cukup ampuh untuk mengurangi depresi karena ada perasaaan relaks setelah melihat pemandangan yang bagus-bagus, makanan yang enak-enak, budaya yang baru, dan berinteraksi dengan teman-teman baru . Sepulang dari jalan-jalan betul-betul merasa pikiran lebih tenang dan fresh. 

3. Olahraga

Coba deh kamu olahraga, apapun yang kamu suka. Boleh lari, renang, badminton, golf, fitness, apapun itu. Kalau saya sih lari pagi di weekend. Mungkin mengeluarkan keringat juga bisa sekalian mengeluarkan penat. Haha. Katanya, olahraga mengeluarkan hormon opamine dan endorphin yang bagus untuk memperbaiki mood. Yang pasti badan terasa lebih segar dan pikiran pun lebih positif. Jangan biarkan diri kamu enggak banyak bergerak atau hanya di tempat tidur karena itu mendorong kamu untuk bergalau-galau ria. 

4. Kurangi kafein

Sebagai pecinta kopi, saya hampir mengkonsumsi kopi biasanya sehari dua-tiga kali, Setelah mengalami depresi, mengkonsumsi kafein jelas akan membuat otak saya terus bekerja dan bikin semakin sulit untuk tidur. Lebih baik minum secangkir coklat hangat sebelum tidur biar tidurnya nyenyak. Oh ya, awal-awal saya lumayan bergantung dengan obat apapun yang bisa menimbulkan rasa kantuk supaya bisa tidur. Tapi, akhirnya saya punya cara lain yakni memaksa saya untuk tidur yang terjadwal. Jam 11 malam saya sudah matikan lampu kamar dan berusaha untuk langsung tidur tanpa memikirkan apapun. Memang seringkali saya masih tetap sulit tidur, tapi akhir-akhir ini sudah cukup membaik. Paksa diri kamu untuk tidur dengan jadwal teratur. 

5. Lawan pikiran negatifmu

Orang depresi biasanya selalu memikirkan sisi negatif dirinya sendiri sampai di titik dimana dia merasa gak berguna. Ketika pikiran itu tiba-tiba hadir, cepat-cepat takis dengan melakukan hal lain seperti membaca buku, nonton film yang tidak melankolis, atau lebih banyak memikirkan apa yang menjadi kelebihan kamu dan asah itu. 

6. Dekatkan diri kamu dengan orang-orang yang humble, positif dan optimis

Kamu harus dorong diri kamu untuk mendekat kepada orang-orang yang inspiratif agar kamu terdorong untuk melakukan hal-hal yang positif. Berinterkasi dengan orang-orang yang positif akan membuat kamu ingin meningkatkan kualitas diri kamu dan mendorong kamu untuk juga melakukan sesuatu yang berguna dan menginspirasi. Dengan begitu, kamu akan merasa diri kamu berguna dan kembali timbul semangat untuk hidup. 

Pesan saya, jangan pernah takut untuk bercerita mengenai keadaanmu kepada orang-orang terdekat termasuk keluarga karena mereka adalah support system. Dan jika ada yang bercerita kepada kamu mengenai perasaan depresinya, jangan lekas menghakimi dan mengatakan sesuatu yang membuatnya tidak merasa dihargai dan diapresiasi. Jangan pula membanding-bandingkan. 

Untuk teman-teman yang mengalami hal yang sama dengan saya, semangat! You've worked hard and you did well. 

Salam hangat,

Sita

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun