Mohon tunggu...
Siswoko .
Siswoko . Mohon Tunggu... -

Seorang pendatang baru yang ingin belajar menulis.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Upaya Menekan Epidemi HIV/AIDS di Kaltim

28 Desember 2010   00:56 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:19 443
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1293497634939182151

[caption id="attachment_82095" align="alignleft" width="70" caption="Sumber : Google.com"][/caption] Kalimantan Timur (Kaltim) merupakan sebuah provinsi terkaya di Indonesia dan sering disebut sebagai 'petro dolar' karena beberapa industri strategis berkembang pesat seperti perusahaan; gas alam, minyak bumi, batubara, perkayuan, kelapa sawit dan sebagainya. Kemungkinan, sebutan ini berkenaan dengan harga-harga kebutuhan pokok yang sangat tinggi di Kaltim jika dibandingkan dengan daerah lain di Indonesia. Kekayaan alam yang luar biasa ini membuat Kaltim menjadi harapan para pendatang dari seluruh Indonesia untuk mengadu peruntungan merubah nasibnya. Tak terkecuali, para Pekerja Seks Komersial (PSK) dari beberapa wilayah Indonesia dan bahkan tak jarang PSK dari negara lain juga mencoba peraduan nasib disini. Perinsip dagang 'dimana ada permintaan, disitu ada barang' sepertinya terjadi dimana-mana sehingga usaha-usaha prostitusipun tumbuh dengan subur seiring dengan kemajuan perusahaan yang ada di Kaltim dewasa ini. Permintaan akan jasa PSK menjadi lebih tinggi seiring dengan pesatnya pembangunan tempat-tempat prostitusi di Kaltim. Parahnya, usaha ini kebanyakan ilegal dan liar sehingga sulit dikontrol perkembangannya. Konsekuensinya adalah laju epidemi HIV/AIDS di Kaltim sudah sejajar dengan kota besar lainnya di Indonesia seperti DKI Jakarta, Papua dan Surabaya yang semakin lama semakin meningkat. Perusahaan kami adalah sebuah perusahaan yang bermarkas di Balikpapan dan memiliki beberapa lapangan yang berlokasi di sekitar Kaltim. Sebagai perusahan swasta, manajemen perusahaan kami termasuk peduli dengan karyawan dan lingkungannya, khususnya dalam pola penyebaran HIV/AIDS di Kaltim. Kepedulian perusahaan  dalam mencoba menekan laju epidemi HIV/AIDS di Kaltim dapat menjadikan semangat perusahaan lain, karena menekan laju perkembangan epidemi HIV/AIDS ini bukanlah menjadi tanggung jawab pemerintah RI semata, tetapi telah menjadi tanggung jawab pelaku bisnis sektor apa saja di Indonesia, khususnya di Kaltim. Tulisan ini mencoba mengulas beberapa upaya menekan laju epidemi HIV/AIDS di Kaltim dan beberapa kegiatan yang perlu sebagai masukan bagi kegiatan bersama untuk penanggulangannya. Penyebaran HIV/AIDS di Kaltim Menurut sebah sumber Tribun Kaltim tanggal 2 November 2010, saat ini Kaltim memiliki lebih kurang 11.200 orang pekerja seks komersial (PSK). Dari jumlah tersebut menurut Dinas Kesehatan di Kaltim,  ada sekitar 32 lokalisasi yang tersebar di semua kabupaten/kota  se Kaltim dengan jumlah wanita pekerja seks lebih dari 11.200 orang. Para pengguna jasa seks merupakan mata rantai yang sangat cepat dan efisien dalam menyebarkan virus epidemi ini ke mana-mana. Bayangkan kembali jika orang-orang yang tertular itu kemudian berhubungan dengan orang-orang terdekatnya baik di Kaltim maupun ditempat asalnya. Maka hal ini akan membuat 'mata rantai' baru penyebaran HIV/AIDS semakin panjang. Penyebaran epidemi ini akan terus dan terus merebak dan meningkat, sehingga akhirnya akan menjadi suatu ancaman yang mengerikan terhadap kehiduan manusia, khususnya di daerah Kaltim. Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kaltim mengungkapkan, jumlah pengidap HIV/AIDS di Kabupaten Kutai Kartangera sudah mencapai 1.725 orang. Dari jumlah tersebut, 411 orang menderita AIDS dan 107 di antaranya telah meninggal dunia (Media Indonesia.com, 4 November 2010). "Angka laju perkembang penyakit ini terus mengalami kenaikan dan dapat dipastikan semua kabupaten di Kaltim telah terinfeksi HIV/AIDS" kata Wakil Ketua KPA Provinsi Kaltim dr HM Syafak Hanung. Dari data yang ada, daerah tertinggi kasus HIV AIDS adalah Samarinda 728 kasus, 178 mengidap AIDS dan 36 orang meninggal. Menyusul Balikpapan dengan 408 kasus, 186 penderita AIDS dan 44 meninggal dan kota Tarakan penderita HIV sebanyak 289 orang, 20 penderita AIDS dan 13 di antaranya meninggal dunia. Dia mengatakan salah-satu penyebab meningkatnya kasus HIV AIDS di Kaltim karena banyaknya perusahaan pertambangan dan perkayuan dan perusahaan lain sehingga menimbulkan lokalisasi tidak resmi atau liar. Upaya Menekan Laju Epidemi HIV/AIDS. Sebagai perusahaan yang merasa bertanggung jawab dan ikut mendukung menekan laju perkembangan HIV/AIDS di Kaltim dan sekitarnya. Perusahaan kami melakukan Training HIV/AIDS bagi karyawan di jajarannya. Melalui kelompok kerja secara sukarela, perusahaan melakukan recruitment untuk mencari penyuluh HIV/AIDS dari karyawan permanen tiap lokasi lapangan kerja persusahaan di jajaran Kaltim. Para karyawan sukarela ini kemudian diikutkan dalam suatu pelatihan khusus HIV/AIDS yang dipandu oleh Komisi Penanggulangan Aids (KPA) Kaltim maupun Departemen Kesehatan RI, sehingga pada akhirnya mampu menjadi penyuluh yang handal di lokasi kerja masing-masing. Di pundak mereka inilah perusahaan mengadakan sosialisasi dan pemahaman-pemahaman terhadap bahaya HIV/AIDS di antara karyawan dan masyarakat sekitar perusahaan. Kemampuan dan pengetahuan tentang HIV/AIDS ini disegarkan kembali pada Training of Trainer (ToT) untuk memantapkan pengetahuan dan kinerja para penyuluh diperusahaan dengan metode baru secara berkala dan berkesinambungan. Bentuk penyegaran dalam diskusi kelas dibuat menarik dengan metoda pemahaman yang komunikatif. Bahkan tak jarang ditengah-tengah materi pelajaran ini didatangkan beberapa orang dengan HIV/AIDS (ODHA). Sehingga pengalaman yang bersangkutan dapat dijadikan inspirasi kepada karyawan dan masyarakat disekitarnya sehingga lebih memahami HIV/AIDS dalam perkembangannya dan pencegahannya sekaligus. Sosialisasi dan penyuluhan HIV/AIDS di perusahaan kerap dilakukan saat acara mingguan "Health Safety and Environment, No Comment Presention" setiap hari Minggu. Program ini adalah suatu program wajib bagi karyawan untuk mengevaluasi kinerja dari tiga aspek; kesehatan, keselamatan kerja dan keselamatan lingkungan kerja di wilayah kerja. Program ini dilakukan secara terus menerus dan wajib diikuti oleh karyawaan kontraktor maupun permanen, baik karyawan baru maupun karyawan lama. Adanya sistem 'reward and punishment' yang dilakukan oleh HSE Medical terhadap individu-individu yang paling banyak melakukan sosialisasi ini dengan memberikan trophy dan suvenir membuat para penyuluh HIV/AIDS dilapangan bersaing untuk melaksanakan sebanyak-banyaknya sosialisasi di wilayah kerjanya. Manajemen juga memberikan suntikan dana sebesar 25.000 US$ tahun 2010 untuk melaksanakan program HIV/AIDS ini agar tetap berjalan dalam mendukung program pemerintah di lingkungan kerjanya. Meskipun tidak mendapat dana khusus dari pemerintah pusat, kabupaten atau kota, manajemen kami menyadari bahwa pekerja merupakan aset penting yang harus dijaga kesehatannya. Perusahaan akan memperoleh manfaat positif bila melaksanakan penanggulangan HIV/AIDS di tempat kerja. Karena, para pekerja adalah orang-orang yang berusia produktif sehingga masih memiliki waktu yang panjang untuk bisa bekerja di perusahaan. Selain itu, jika pengalaman para penyuluh dapat membantu masyarakat di lingkungan kerjanya untuk memahami dan menekan laju perkembangan HIV/AIDS Kaltim, tentu saja akan membawa dampak positif bagi karyawan dan lingkungannya. Memasukkan pasal HIV/AIDS dalam Perjanjian Kerja Bersama (PKB) antara manajemen dengan para karyawannya merupakan wujud kepedulian lain secara internal yang dilakukan oleh perusahaan. Perusahaan memiliki komitmen penuh terhadap upaya penekanan laju epidemi HIV/AIDS di Kaltim yang dapat menjadikan contoh bagi perusahaan lain. Hal ini tercantum dalam petunjuk pelaksanaan bantuan fasilitas kesehatan untuk pekerja nasional dan keluarga pekerja, sehingga menambah perasaan aman dan tenang karyawan  dalam bekerja. Selain itu, informasi tentang pencegahan dan menghilangkan diskriminasi terhadap pekerja yang terinfeksi HIV juga disosialisasikan. Kriteria penghargaan seperti; penyuluhan, pelatihan, penyebaran informasi HIV/AIDS di tempat kerja dan dimasyarakat sering juga dilakukan. Upaya itu didukung oleh kebijakan perusahaan yang nondiskriminasi. Perusahaan mengalokasi waktu, dana, dan memberi kesempatan kepada karyawan untuk mengikuti pelatihan. Tidak hanya penyuluhan oleh para penyuluh saja,  upaya lain melalui 'community development' juga kerap dilakukan untuk menjangkau masyarakat sekitar lingkungan kerja khususnya pemahaman tentang HIV/AIDS di Kaltim. Selain itu, perusahaan juga ikut melengkapi Klinik kesehatannya di Balikpapan dengan fasilitas 'Voluntary Consulting and Testing' (VCT) termasuk tenaga medisnya. Meskipun sudah ada beberapa VCT dibangun oleh Pemerintah Kota seperti di RST Dr Harjanto Balikpapan, Puskesmas Prapatan, dan RSU Kanujoso Djatiwibowo. Namun kontribusi perusahaan untuk ikut menekan laju perkembangan HIV/AIDS mendapat apresiasi yang cukup tinggi oleh Pemerintah RI. Hal ini terbukti dengan beberapa penghargaan yang telah diberikan Pemerintah RI dan KPA pusat terhadap upaya perusahaan dalam menjalankan program ini. Bahkan ditahun 2010 ini, perusahaan kami mendapat penghargaan Medali Emas dari Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI, Muhaimin Iskandar atas upaya maksimalnya menjalankan program HIV/AIDS di Indonesia. Ledakan laju pertumbuhan HIV/AIDS di Kaltim semakin tinggi intensitasnya, namun perusahaan memiliki kepedulian yang cukup tinggi agar bersama-sama Pemerintah RI ikut menekan laju pertumbuhannya di Kaltim. Manajemen menyadari bahwa beberapa upaya yang telah dilakukan ini bukanlah merupakan tugas dari KPA dan pemerintah Indonesia semata, namun sudah menjadi tugas bersama untuk menekan laju pertumbuhannya. Beberapa upaya telah dilakukan, namun semuanya dirasakan belum cukup dan masih perlu kerjasama yang intens dengan pemerintah kota/kabupaten dan instansi terkait untuk secara bersama-sama memerangi laju pertumbuhan HIV/AIDS ini, khususnya di Kaltim. Upaya menekan laju epidemi HIV/AIDS memang tidaklah semudah membalik telapak tangan, namun apabila upaya-upaya ini  dibantu oleh instansi/perusahaan lain, niscaya angka pertumbuhan laju epidemi HIV/AIDS di Kaltim dapat ditekan perkembangannya. Semoga... * Penulis adalah security dan sekaligus penyuluh HIV/AIDS diperusahaan

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun