Mohon tunggu...
Siska Febriyani
Siska Febriyani Mohon Tunggu... Guru - Seorang Ibu dan Guru yang rindu mengasuh, mendidik, merawat dan menginspirasi setiap orang yang dijumpai.

* Tokoh Favorit : St. Theresia, Malala Youzafzai, dan Andar Ismail * Menghidupi hidup dengan kebaikan dan keramah tamahan. * Isteri, Ibu, Guru, Mahasiswi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mengembangkan Intercultural Competence guna Membangun Indonesia Melalui Pengiriman Siswa Belajar ke Luar Negeri

14 Januari 2021   23:30 Diperbarui: 20 Januari 2021   17:09 944
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Indonesia adalah negara yang dikaruniai kekayaan sumber daya alam (SDA). Untuk mengelola SDA tersebut, maka diperlukan sumber daya manusia (SDM) yang unggul, berwawasan luas, mampu memimpin secara global serta cakap dalam berkomunikasi antar budaya. Jika negara-negara maju seperti AS, Eropa, dan Jepang berhasil memajukan bangsanya dengan cara mengirimkan pelajar ke pusat peradaban dunia, maka Indonesia pun tidak perlu ragu melakukan hal tersebut.

Mengirimkan pelajar Indonesia ke luar negeri tidak berarti akan memudarkan nasionalisme seseorang. Kita berkaca pada Habibie misalkan, beliau mempelajari kemajuan peradaban dan teknologi di Jerman. Secara apik dan kreatif, beliau mengombinasikan kemajuan bangsa modern tersebut dengan nilai luhur Indonesia. Itu sebabnya, ia mengabdikan dirinya bagi pembangunan bangsa ini.

Justru belajar ke luar negeri akan memberikan pengalaman yang tidak dapat diperoleh melalui literatur cetak mau pun digital. Pengalaman itu adalah perjumpaan dengan budaya berbeda,  mengalami culture shock dan berusaha berdaptasi, jatuh bangun bertahan di tengah perbedaan budaya dan iklim, dan sebagainya, sehingga keterampilan komunikasi antar budaya pun terbentuk. Di mana keterampilan ini menjadi salah satu hal penting mewujudkan efektivitas komunikasi serta mampu menciptakan kerja sama pada ranah global.

Berdasarkan penelitian dari McKinsey, menunjukkan bahwa perusahaan yang memiliki karyawan dari berbagai budaya dan memiliki keterampilan komunikasi antar budaya lebih unggul menghasilkan profit (Collier). Itu sebabnya perusahaan-perusahaan memperlengkapi karyawan mereka dengan pelatihan kompetensi antar budaya, monitoring hingga mengirimkan karyawan ke negara lain.

Oleh sebab itu, untuk mendukung kemajuan bangsa Indonesia, Pemerintah sudah saatnya menggaungkan program belajar ke luar negeri menjadi salah satu alternatif. Begitu pun dengan sekolah dan orang tua siswa baiklah menyambut program ini dengan meyakinkan putera-puteri mereka untuk melanjutkan pendidikan setelah lulus SMA ke universitas-universitas terbaik dan berkualitas di luar negeri. Program itu meliputi pemberian beasiswa, pelatihan antar budaya, hingga pendampingan berlanjut bagi pelajar di Indonesia yang nantinya belajar di luar negeri.

Dengan berbagai upaya program yang dilalui oleh pelajar Indonesia, saya yakin pelajar Indonesia akan siap dan mantap untuk menempuh pendidikan di luar negeri serta kelak mampu berintegrasi dengan pemimpin dari berbagai belahan dunia di ranah global. Eits, tapi ingat tanah air Indonesia menunggu ide kreatif dan keterampilan kalian, jadi setelah berhasil, pulanglah dan bangunlah negeri ini!

Daftar Pustaka

Deardoff. (2009). The SAGE Handbook of Intercultural Competence. SAGE Publications.

Fritz&Graf. (2005). An Examination of Chen and Starosta 's Model of Intercultural Sensitivity in Germany and United States. Intercultural Communications Studies, XIV (1), 53-54.

Harususilo, Y,E. (2019, April 8). Indonesia Urutan Ke-22 Dunia Terbanyak Mengirim Siswa ke Luar Negeri. h

Hofstede, Hofstede & Minkov. (2010). Cultures and Organizations (Software of The Mind) : Intercultural Cooperation and Its Importance for Survival. McGraw-Hills Companies.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun