Mohon tunggu...
Siska Febriyani
Siska Febriyani Mohon Tunggu... Guru - Seorang Ibu dan Guru yang rindu mengasuh, mendidik, merawat dan menginspirasi setiap orang yang dijumpai.

* Tokoh Favorit : St. Theresia, Malala Youzafzai, dan Andar Ismail * Menghidupi hidup dengan kebaikan dan keramah tamahan. * Isteri, Ibu, Guru, Mahasiswi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mengembangkan Intercultural Competence guna Membangun Indonesia Melalui Pengiriman Siswa Belajar ke Luar Negeri

14 Januari 2021   23:30 Diperbarui: 20 Januari 2021   17:09 944
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pemerintah dengan menggandeng lembaga yang mumpuni dalam Psikologi Antar Budaya perlu menyediakan pelatihan komunikasi antar budaya yang dibutuhkan. Penggaungan ini juga dapat diteruskan pada guru-guru dan orang tua siswa. Artinya, kompetensi guru-guru harus diperlengkapi dengan kesadaran antar budaya dan perkembangan zaman yang terus berubah. Begitu pun orang tua siswa diberi keyakinan bahwa anak-anak mereka adalah penerus bangsa yang dapat terampil memimpin bangsa ini di kancah global.

Selain itu, Pemerintah atau perusahaan Swasta dapat membiayai lembaga tertentu guna memfasilitasi program pengembangan kecakapan antar budaya. Keterampilan komunikasi antar budaya memberi pengaruh besar dalam mensukseskan proses belajar di luar negeri. Sayangnya, di Indonesia, pelatihan dan pendampingan semacam ini masih sulit dijumpai dan berbiaya tinggi. Menyikapi hal tersebut, dengan adanya program LPDP yang disediakan pemerintah, alangkah lebih baik program tersebut bukan hanya pemberian beasiswa namun juga diperkaya dengan   penguraian informasi, cross cultural fellowship hingga pendampingan berlanjut. 

Penguraian informasi sejauh ini telah banyak dikembangkan, yaitu melalui pameran pendidikan. Saat pameran, banyak lembaga konsultasi pendidikan serta perwakilan kampus menyediakan layanan seputar informasi terkait kuliah di luar negeri. Tidak hanya berupa uraian lisan, para peserta pameran pendidikan juga menyediakan beragam pamphlet, brosur, serta presentasi guna meyakinkan para pelajar untuk melanjutkan pendidikan ke luar negeri.

Di pameran ini, maka para pelajar sebaiknya membuka diri untuk menggali dan bertanya sebanyak-banyaknya terkait keunggulan universitas, biaya pendidikan, program beasiswa, penyediaan unit penelitian, biaya hidup selama belajar di luar negeri, hingga seberapa banyak hasil riset universitas yang dibuat dan telah menyumbang banyak pada pembangunan kehidupan.

Kedua, guna menolong agar pelajar Indonesia tidak gagap dan mengalami culture shock yang besar di awal adaptasi, saya mengusulkan cross cultural fellowship. Program ini berisikan sejumlah pelajar yang hendak belajar ke luar negeri dan narasumber yang dapat memberikan pelatihan komunikasi antar budaya. Pelatihan seperti ini masih jarang diberikan di Indonesia, padahal tujuan dan manfaatnya sangatlah penting. 

Melalui program ini, pelajar yang akan ke luar negeri terlebih dulu akan dibangun kesadarannya terhadap perbedaan budaya yang akan dijumpai. Itu sebabnya di dalam komunitas ini, pelatih yang mumpuni dan sudah lebih dulu punya pengalaman dan relasi dengan orang di luar negeri memfasilitasi pelajar Indonesia. 

Fasilitas tersebut meliputi pemaparan antar budaya, filosofi dan nilai yang dihayati, sejarah negara tersebut, hal-hal yang dihargai dan dianggap tidak semestinya, budaya standar negara yang akan dikunjungi, iklim cuaca, kelaziman dari warga negara yang akan dikunjungi, serta beragam cara efektif yang dapat dilakukan ketika berhadapan langsung dengan perbedaan budaya tersebut. Proses ini dapat menolong perspektif kognitif pada calon mahasiswa.

Selanjutnya, untuk menumbuhkan kesadaran antar budaya, dapat menggunakan case study learning. Jadi di dalam pelatihan ini, pelatih memberikan berbagai kasus pertemuan budaya, lalu pelajar secara berkelompok membuat solusi kreatif atas kasus yang dihadapi. Secara tidak langsung, melalui case study ini, pelajar yang akan ke luar negeri dibangun kesadarannya tentang antar budaya. Setelah itu, pelatih dapat mengonfirmasi, mengoreksi juga mengusulkan berbagai upaya yang relevan terkait kasus yang dijumpai. Program pembelajaran ini tentu akan membangun kesadaran antar budaya.

Program berikutnya adalah pendampingan berlanjut. Keberhasilan pelajar Indonesia yang keluar negeri tidak serta merta dipengaruhi oleh kemampuan bahasa dan akademis mereka, tetapi juga pendampingan yang mendukung dan menguatkan pelajar. Pendampingan ini adalah upaya berlanjut dari pelatihan antar budaya.

 Di dalamnya, pelatih menyediakan layanan sharing experience dari pelajar yang sedang belajar di luar negeri. Metodenya meliputi penulisan jurnal pribadi (berisi catatan setiap pertemuan budaya yang mengakibatkan culture shock yang besar, kesulitan adaptasi yang masih dihadapi, hingga kecemasan yang dirasakan), grup diskusi, serta layanan konseling untuk mengatasi kecemasan yang dirasakan. Tentu ini adalah upaya yang baik untuk menolong dan membangun kepercayaan diri serta kesejahteraan psikologis pelajar Indonesia yang jauh dari keluarga mau pun orang terdekat mereka.

Simpulan  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun