Mohon tunggu...
Siska Fajarrany
Siska Fajarrany Mohon Tunggu... Penulis - Lecturer, Writer

Suka menulis.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Cara Cerdas Hadapi Orang yang Hobi Pamer Kekayaan

12 Maret 2023   15:25 Diperbarui: 12 Maret 2023   15:32 590
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Diantara kita pasti pernah bertemu dengan orang yang punya hobi pamer kekayaan. Baik itu secara langsung, atau mungkin lewat media sosialnya. Sebenarnya sah-sah saja seseorang memamerkan kekayaannya, toh memang milik pribadinya sendiri. Tapi kalau keseringan, apa kita gak gerah melihatnya?

Fenomena pamer kekayaan atau yang lebih dikenal dengan istilah Flexing menjadi sebuah trend yang mudah dijumpai di mana saja. Dari mulai kalangan Anak Baru Gede (ABG) sampai orang dewasa turut memiliki hobi pamer kekayaan.  Fenomena ini dapat dilihat dari dua sudut pandang. Pertama, seseorang ingin membagikan kesenangannya dengan menampakkan kekayaannya berlandaskan atas apresiasi pada dirinya sendiri. Misalnya seseorang sangat senang berhasil membeli tas branded dengan cara menabung yang memakan waktu cukup lama. Untuk mengekspresikan upayanya itu, ia penuh percaya diri mempertontonkan apa yang berhasil dia beli dengan keringat sendiri. Pandangan yang kedua, seseorang pamer kekayaan karena memang ingin dianggap ada.

Secara psikologis, seseorang yang pamer kekayaan berusaha ingin memperlihatkan eksistensinya kepada orang lain. Orang yang memiliki karakter seperti ini cenderung belum puas jika tidak mendapatkan pengakuan dari orang lain. So, dia menunjukkan kekayaannya agar dianggap kaya oleh orang lain. Kalimat sederhananya seperti itu.

Sebagai orang yang bertemu dengan karakter yang hobi pamer kekayaan, mungkin awalnya kita tidak merasa risih. Kita masih berprasangka baik kepada orang tersebut. Namun, lama kelamaan seiring semakin getolnya seseorang memamerkan kekayaannya kepada kita, tentunya kita akan merasa risih. Rasanya percuma jika kita turut menasehati agar stop memamerkan kekayaan. Sudah mudah ditebak bahwa yang kita dapatkan adalah jawaban, "Iri? Bilang Boss!"

Menanggapi fenomena tersebut, ada dua cara cerdas dalam menanggapi seseorang yang suka pamer kekayaan. Cara yang pertama adalah dengan mengabaikannya. Cukup hanya membalas dengan senyuman saja lalu berupaya mengalihkan perhatian.  Biasanya respons dari si tukang pamer akan semakin menjadi-jadi jika diabaikan. Maka yang terjadi akan ada pamer lanjutan dengan tingkat kekayaan yang next level. Kita hanya perlu menanggapinya dengan sikap yang sama, yaitu cuek dan tersenyum saja. Lambat laun si tukang pamer kekayaan akan bosan dan jenuh sendiri mencari perhatian kita. Dengan begitu, ia akan mencari target lain untuk mendapatkan pengakuan dari orang lain.

Cara yang kedua sangat berbeda dibandingkan cara yang pertama. Cara ini cukup menguras tenaga pada tahal awal. Namun berikutnya kita bisa saja terhindar dari orang yang sedang sibuk dan asyik pamer kekayaan. Kita bisa memberikan pujian dan apresiasi secukupnya dan sewajarnya. Dengan membuat hatinya merasa senang atas pujian yang kita berikan, tentu dia merasa misinya sudah berhasil, yakni mendapatkan pengakuan dari kita bahwa memang dirinya tergolong orang berada. 

Selain menyenangkan hatinya, ia juga perlahan akan langsung mencari target lain untuk mendapatkan pengakuan akan keberadaannya. Dengan begitu, kita hanya satu kali saja menyaksikannya pamer kekayaan. Tanpa perlu mengendapkan emosi jengkel dalam hati, kita bisa melanjutkan aktivitas sebagaimana mestinya. Cara kedua ini ternilai lebih cerdas untuk diimplementasikan, karena sikap negatif dibalas dengan sikap positif, cukup itu saja. Tanpa harus ngoceh di dalam hati yang ending-nya malah jadi iri hati.

Terakhir sebagai penutup, semoga kita tidak ikut-ikutan tren pamer kekayaan. Karena seseorang yang ingin dianggap keberadaannya tidak akan pernah mencapai titik kepuasan. Mereka cenderung mendefinisikan kepuasan secara umum dan terlalu melebar, tidak secara khusus. Tetaplah jadi orang yang penuh rasa syukur dan merasa cukup. (Siska Fajarrany)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun