Mohon tunggu...
SISKA ARTATI
SISKA ARTATI Mohon Tunggu... Guru - Ibu rumah tangga, guru privat, dan penyuka buku

Bergabung sejak Oktober 2020. Antologi tahun 2023: 💗Gerimis Cinta Merdeka 💗Perubahan Itu Pasti, Kebajikan Harga Mati - Versi Buku Cetak 💗 Yang Terpilih Antologi tahun 2022: 💗Kisah Inspiratif Melawan Keterbatasan Tanpa Batas. 💗 Buku Biru 💗Pandemi vs Everybody 💗 Perubahan Itu Pasti, Kebajikan Harga Mati - Ebook Karya Antologi 2020-2021: 💗Kutemukan CintaMU 💗 Aku Akademia, Aku Belajar, Aku Cerita 💗150 Kompasianer Menulis Tjiptadinata Effendi 💗 Ruang Bernama Kenangan 💗 Biduk Asa Kayuh Cita 💗 55 Cerita Islami Terbaik Untuk Anak. 💗Syair Syiar Akademia. Penulis bisa ditemui di akun IG: @siskaartati

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Wajah Berseri Ibu Terpancar dari Hati Bahagia

22 Desember 2022   05:53 Diperbarui: 22 Desember 2022   05:53 452
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi gambar: https://www.jakartanotebook.com

Takkan habis mengulas kisah kenangan bersama Ibu. Tentu juga dengan pembaca sekalian, baik beliau masih hidup maupun yang telah tiada. 

Begitu juga dengan saya. Pagi ini sengaja menulis tentang Ibu bukan karena memperingati Hari Ibu di Bulan Desember. Bukan pula karena Ibu saya milad di bulan ini. Namun karena saya selalu rindu Ibu yang lama telah tiada.  

Semangat dan tekad kuat beliau dalam membesarkan dan mendidik kami, senantiasa terpatri hingga kini. Bahkan dirasakan pula oleh para cucunya. Apalagi memandang foto-foto yang masih tersimpan, sungguh saya kangen nasehat dan senyum Ibu, termasuk bila beliau sedang marah pun, tetap kangen omelannya. Sebab apa yang dilakukannya toh juga bentuk kasih sayang agar saya disiplin, tegas dalam bersikap dan kuat mental.

***

Ilustrasi gambar: https://amp.kompas.com/lifestyle/read/2020/04/20/200653620
Ilustrasi gambar: https://amp.kompas.com/lifestyle/read/2020/04/20/200653620

Saya perhatikan, Ibu memiliki kebiasaan yang menjadi rutinitas sejak saya kanak hingga dewasa. Beberapa kebiasaan itu ada yang seterusnya beliau lakukan hingga menjadi hal wajib baginya, ada yang kemudian tidak dilakukannya lagi karena usia yang semakin sepuh.

Kegiatan tersebut antara lain puasa sunnah, sholat Dhuha, mengaji dan mendirikan sholat malam. Sejak kanak, saya terbiasa mendengar Ibu mengaji di ruang keluarga. Lama sekali menurut ukuran saya pada waktu itu. Setelah saya tahu dan belajar tentang Al-Qur'an, saya perkirakan beliau tilawah setengah juz per hari atau satu juz dengan pembagian pagi dan setelah magrib.

Begitu pula dengan sholat Dhuha. Saat saya belum mengerti tentang sholat sunnah di pagi hari pada rentang waktu tergelincirnya matahari hingga jelang siang, Ibu telah melakukannya dengan rutin hingga akhir usianya.

Untuk sholat malam atau tahajud, terkadang saya memergoki Ibu saat setengah sadar terbangun dari tidur. Terkadang bisikan doa yang Ibu panjatkan terdengar ke telinga saya. Itu pula kesaksian keponakan saya yang sejak kecil bersama Mbah Putrinya. 

"Tante, kalau inget Mbah itu, aku salut sama Mbah, sholat tahajudnya gak pernah putis. Itu sudah yang selalu teringat tentang Mbah. Ngajinya suara dan nada tilawahnya khas banget. Jadi kangen lho sama Mbah. Mungkin aku bisa begini juga dari doa-doa Mbah, ya." Demikian obrolan saya dan keponakan saat kangen dengan beliau.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun