Mohon tunggu...
SISKA ARTATI
SISKA ARTATI Mohon Tunggu... Guru - Ibu rumah tangga, guru privat, dan penyuka buku

Bergabung sejak Oktober 2020. Antologi tahun 2023: 💗Gerimis Cinta Merdeka 💗Perubahan Itu Pasti, Kebajikan Harga Mati - Versi Buku Cetak 💗 Yang Terpilih Antologi tahun 2022: 💗Kisah Inspiratif Melawan Keterbatasan Tanpa Batas. 💗 Buku Biru 💗Pandemi vs Everybody 💗 Perubahan Itu Pasti, Kebajikan Harga Mati - Ebook Karya Antologi 2020-2021: 💗Kutemukan CintaMU 💗 Aku Akademia, Aku Belajar, Aku Cerita 💗150 Kompasianer Menulis Tjiptadinata Effendi 💗 Ruang Bernama Kenangan 💗 Biduk Asa Kayuh Cita 💗 55 Cerita Islami Terbaik Untuk Anak. 💗Syair Syiar Akademia. Penulis bisa ditemui di akun IG: @siskaartati

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Begini Cara Saya Menyayangi Uang Recehan

11 Januari 2022   17:08 Diperbarui: 12 Januari 2022   11:11 2122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Koin Rp.100,- Tahun Emisi 2016  (sumber gambar: https://id.m.wikipedia.org)

Senin siang usai berkegiatan di luar rumah, tetiba saya berhasrat menghambur uang recehan yang tersimpan di celengan kaleng. 

Koin recehan yang sudah menggunung dan hampir meretakkan tutup plastiknya, tersimpan di kaleng bekas tempat bola tennis. Tingginya sekitar 27 centimeter dan berdiameter 7 centimeter. Saya tak ingat, kapan persisnya kami mulai menyimpan uang receh disitu.

Biasanya, setiap ada koin di dompet, kantong baju, atau selipan beretsleting di tas, kami kumpulkan jadi satu di celengan tersebut. Digunakan saat beli atau membayar sesuatu yang kurang nominalnya beberapa rupiah.

Iseng, saya tumpahkan seperempat bagian isinya di atas lantai. Saya pilah sesuai nominal yang tertera. Koin 100 rupiah, 200 rupiah dan 500 rupiah. Pas nemu yang 1000an, saya sisihkan untuk masuk ke celengan sedekah.

Pilah punya pilih, saya terkejut sendiri. Aih, betapa kurang ilmunya saya terhadap koin ini. Baru kali ini saya memperhatikan, ternyata cetakannya berbeda di tiap nominalnya. Saya tersenyum bahagia. Sambil menyelam minum air, sambil memilah koin, ilmu pun mengalir.

***

Koin Rp.100,- Tahun Emisi 2016  (sumber gambar: https://id.m.wikipedia.org)
Koin Rp.100,- Tahun Emisi 2016  (sumber gambar: https://id.m.wikipedia.org)

Saat memilah pecahan nominal masing-masing koin, saya tersenyum gembira, bahwa hari itu saya mendapatkan ilmu. Ilmu pengetahuan tentang uang recehan terbitan Bank Indonesia. 

Pada pecahan Rp.100, ada yang bergambar burung Kakaktua Raja pada bagian depan dan lambang Garuda Pancasila pada bagian belakang. Pecahan ini merupakan keluaran tahun emisi 1999. 

Menurut Wikipedia, Kakatua raja atau dalam nama ilmiahnya Probosciger aterrimus adalah sejenis burung Kakatua berwarna hitam dan berukuran besar, dengan panjang sekitar 60 cm. Burung ini memiliki kulit pipi berwarna merah dan paruh besar berwarna kehitaman. Di kepalanya terdapat jambul besar yang dapat ditegakkan. Burung betina serupa dengan burung jantan. Daerah sebarannya ada di wilayah Papua dan Australia bagian utara.

Sedangkan pada pecahan berikutnya, seperti nampak pada gambar, adalah Pahlawan Nasional bernama Prof.Dr.Ir. Herman Johannes dan Garuda Indonesia (di bagian muka); dan tulisan Bank Indonesia beserta cetakan nominal 100 rupiah (bagian belakang), tahun emisi 2016.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun