Mohon tunggu...
SISKA ARTATI
SISKA ARTATI Mohon Tunggu... Guru - Ibu rumah tangga, guru privat, dan penyuka buku

Bergabung sejak Oktober 2020. Antologi tahun 2023: 💗Gerimis Cinta Merdeka 💗Perubahan Itu Pasti, Kebajikan Harga Mati - Versi Buku Cetak 💗 Yang Terpilih Antologi tahun 2022: 💗Kisah Inspiratif Melawan Keterbatasan Tanpa Batas. 💗 Buku Biru 💗Pandemi vs Everybody 💗 Perubahan Itu Pasti, Kebajikan Harga Mati - Ebook Karya Antologi 2020-2021: 💗Kutemukan CintaMU 💗 Aku Akademia, Aku Belajar, Aku Cerita 💗150 Kompasianer Menulis Tjiptadinata Effendi 💗 Ruang Bernama Kenangan 💗 Biduk Asa Kayuh Cita 💗 55 Cerita Islami Terbaik Untuk Anak. 💗Syair Syiar Akademia. Penulis bisa ditemui di akun IG: @siskaartati

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

"Hawa Aneh" Merasuk Kepala, Begini Cara Saya Mengusirnya!

29 Oktober 2021   10:10 Diperbarui: 29 Oktober 2021   10:28 514
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Pohon Tua (https://pixabay.com)

Setelah hampir semua pulang ke rumah masing-masing, suami meminta saya menunggu sejenak untuk lembur menyelesaikan beberapa ketikan surat pemberkasan. Anak saya minta izin bermain bersama teman yang baru dikenalnya menuju rumah dinas persis di sebelah halaman kantor.

Saya berpesan kepadanya, jika nanti dipanggil, segera keluar dan kita akan pulang. Ia mengganguk paham dan masuk ke rumah kawannya.

***

Sembari menunggu suami lembur bersama tiga rekan lainnya di ruangan kerja, saya pun mengaji di mushola, bersebelahan dengan ruangan beliau, hanya terpisah selasar atau lorong yang menuju pintu keluar samping.

Pintu tersebut sengaja terbuka untuk keperluan satpam dan office boy keluar masuk mengurus perlengkapan acara buka puasa. Saya sengaja bertilawah dekat pintu mushola, supaya bisa menjulur kepala sejenak melihat pintu keluar tersbeut yang mengarah persis ke rumah dinas - tempat anak saya bermain - memastikan bahwa mereka tidak bermain di luar rumah.

***

Setengah jam berlalu, tak terasa saya sudah membaca hampir setengah juz dalam sekali duduk. Meski sesekali saya menjulur kepala melihat situasi di luar musholla. Ternyata suasana kantor mulai sepi tanoa saya sadari. Hanya bunyi ketukan tuts keyboard, suara dengung kipas angin, dan sayup deru motor di jalanan.

Jam menunjukkan pukul 21.15an malam, mulailah saya merasakan 'hawa aneh'. Tiba-tiba ruangan musholla dingin tidak biasa. Kipas angin memang masih beputar, tapi berasa udara tidak berkibar.

Saya beranjak menuju ruangan suami, mendekati beliau dan meminta untuk segera pulang. Suami meminta saya menunggu beberapa menit lagi. "Setengah jam lagi ya, dikit lagi, kok." Ujar beliau sembari meminta saya memanggail anak untuk pulang ke kantor.

Karena suasana gelap di luar kantor, hanya ada pemerangan lampu sudut seadanya, saya memanggil-manggil anak. Karena tak segera keluar, saya mencoba mendekati rumah tersebut, bermaksud mengetuk pintu. Namun ternyata, pintu telah terbuka, dan anak saya pun pamit pada si empunya rumah.

Segera saya memintanya masuk ke ruangan ayahnya. Dan saya pun menunggu di situ, meski bolak balik harus mengelus tengkuk dan mengusap lengan, karena 'hawa aneh' tersebut mengganggu kenyamanan saya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun