Mohon tunggu...
SISKA ARTATI
SISKA ARTATI Mohon Tunggu... Guru - Ibu rumah tangga, guru privat, dan penyuka buku

Bergabung sejak Oktober 2020. Antologi tahun 2023: 💗Gerimis Cinta Merdeka 💗Perubahan Itu Pasti, Kebajikan Harga Mati - Versi Buku Cetak 💗 Yang Terpilih Antologi tahun 2022: 💗Kisah Inspiratif Melawan Keterbatasan Tanpa Batas. 💗 Buku Biru 💗Pandemi vs Everybody 💗 Perubahan Itu Pasti, Kebajikan Harga Mati - Ebook Karya Antologi 2020-2021: 💗Kutemukan CintaMU 💗 Aku Akademia, Aku Belajar, Aku Cerita 💗150 Kompasianer Menulis Tjiptadinata Effendi 💗 Ruang Bernama Kenangan 💗 Biduk Asa Kayuh Cita 💗 55 Cerita Islami Terbaik Untuk Anak. 💗Syair Syiar Akademia. Penulis bisa ditemui di akun IG: @siskaartati

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Pentingnya Menjadi Orangtua Bahagia dan Menjadi Sahabat bagi Anak

4 Agustus 2021   14:04 Diperbarui: 19 Agustus 2021   21:07 699
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi menjadi orangtua yang bahagia sekaligus jadi sahabat bagi anak. Sumber: imtmphoto via Kompas.com

Untuk menjadi orangtua yang bahagia, sebaiknya menjadi pendengar yang baik dan melakukan komunikasi yang mudah dipahami oleh anak, agar mereka pun mendengar dan memahami orangtuanya. Istilah kekiniannya adalah menjadi orangtua yang demokratis. Bukan orangtua otoriter yang memaksakan kehendak.

Contoh, kita bilang ke anak, "Pokoknya kamu harus tidur siang! Gak boleh nge-games. Sudah, lepas hapenya!" Sedangkan anak masih saja asyik bermain usai belajar daring. Anak menyahut, "Bunda, aku gak tidur siang, tapi nanti malam akan tidur lebih cepat supaya besok gak bangun kesiangan."

Nah, Sebaiknya respon kita adalah, "Baik, Bunda pegang kata-katamu ya, Nak. Jangan sampai melanggar apa yang kamu janjikan sendiri." Lalu bunda dan anak saling tooos, deh. 

Hal ini lebih baik daripada kita sebagai orangtua malah sahut-sahutan memaksakan kehendak agar anak nurut untuk segera tidur siang, namun tidak membuat suasana bahagia pada diri anak yang ingin bermain sejenak. 

Namun, kita tetap mengawasi dan membatasi penggunaan gadegtnya, serta mengingatkan atas komitmen yang telah disepakati. Sehingga tercipta suasana persahabatan antara orangtua dan anak.

Sejak tahun 2017, Kak Seto beserta rekan-rekan di lembaga yang dipimpinnya, mencanangkan Gernas Sasana, Gerakan Nasional Saya Sahabat Anak. Siapapun kita, apapun profesinya, dimanapun berada, kita menempatkan diri menjadi sahabat anak yang ramah dan menyenangkan dunia mereka. Kita penuhi dan didik anak-anak dengan suasana keakraban dan kasih sayang.

Dengan menciptakan pendidikan yang penuh persahabatan seperti itu, diharapkan anak-anak tidak terluka jiwanya, mengurangi dan meminimalisir terjadinya perundungan sesama anak, memahamkan rasa kasih sayang dengan contoh yang kita berikan dalam berinteraksi bersama anak.

Orang tua bahagia dan menjadi sahabat anak. Ilustrasi gambar :www.klikdokter.com
Orang tua bahagia dan menjadi sahabat anak. Ilustrasi gambar :www.klikdokter.com

Konsep orangtua bahagia.


Menurut Kak Seto, orangtua yang bahagia adalah orangtua yang penuh rasa syukur, kegembiraan, persahabatan dan perdamaian. Tidak ada konflik yang menggangu produktivitas orangtua. 

Karena jika terjadi benturan dalam komunikasi antara anak dan orangtua dan mengantarkan adanya konflik diantara keduanya, maka hal tersebut mengganggu aktivitas dan produktivitas. Orangtua kepikiran karena ulah anak, pecah konsentrasi ketika melakukan tugas, dan lain sebagainya.

Dengan situasi yang kondusif, orangtua tetap bisa berkarya dengan nyaman dan tenang tanpa adanya beban dari kekurangharmonisan dengan anak. Tetap bisa melakukan kegiatan positif, bahagia menjalankan rutinitasnya. Tampil senyum dan menarik, berpelukan dan menyemaatkan ciuman hangat dengan anak sebelum beraktivitas. Kedamaian inilah yang menjadi gagasan orangtua bahagia.

Apa sih pentingnya menjadi orangtua bahagia?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun