***
Ada juga pertengkaran antara Mbak Ida dengan Mbak Asti (kakak di atas persis Mbak Ida). Selisih usia hanya dua tahun saja.Â
Saat bandel masa kanak-kanak, suatu hari mereka berdua bersiap mengambil buah kersen. Deretan pohon ini berjajar di sepanjang jalan perumahan dinas tempat tinggal kami zaman itu.Â
Mbak Asti yang memang tomboy, lihai naik ke pohon, cekatam mengambil buah berbentuk bulat kecil tersebut dan meminta Mbak Ida yang menunggu di bawah untuk menampung hasil petikannya.
Tiba-tiba saja, Mbak Asti kebelet pipis. Saking gak tahan, terkencinglah ia dari atas, air seninya tempias ke tubuh Mbak Ida. Si Kakak terkekeh dengan ulahnya sendiri, si Adik misuh-misuh kena cipratan bau pesing!Â
Terjadilah pertengkaran kecil sepanjang perjalanan pulang ke rumah. Namun, kembali akur ketika Mbak Asti menyuapi Mbak Ida dengan penuh kasih sayang saat mereka berdua makan siang.
***
Saya pun pernah ribut besar dengan keponakan era perkuliahan. Saat liburan semester, saya pulang kampung. Dua keponakan yang tinggal bersama neneknya (ibu saya) sedang masa aktif pembelajaran.Â
Bukannya mencicil belajar untuk persiapan ujian kenaikan kelas, mereka malah asyik baca bertumpuk-tumpuk komik Kung Fu Boy. Saya mengomel habis, sok menasehati tentang masa depan dan bla bla bla idealnya mendapat nilai terbaik.Â
Komik saya sita, mereka menolak keras bacaannya diamankan. Saya gak mau tahu dan sok kuasa pula. Mereka ngomel, ngambek dan belajar dengan bersungut. Saya berjanji mengembalikan kelak jika ujian sudah selesai.
Sembari mereka belajar di sekolah, diam-diam saya baca komik tersebut, dan malah keasyikan. Akhirnya saya luluh, isinya selain menghibur, juga ada nilai-nilai kebaikan diantara kisah-kisah konyolnya. Saya izinkan mereka membacanya sebagai hiburan usai belajar. Mereka ceria, kami pun akur lagi.
***