3. Menetapkan kebiasaan baru
Dalam masa pandemi, sebaiknya kita juga menetapkan pola pikir (mindset) tentang  Era Normal Baru (New Normal Era) dalam mejalankan ibadah di Bulan Ramadhan seperti tahun lalu. Kita harus ketat terdapat aturan dalam beraktifitas, terutama saat melakukan kegiatan berjamaah. Karena ketatnya aturan adalah bagian dari ikhtiar kita untuk kebaikan . Jadi, usahakan kita bisa setel kebiasaan lama dengan keadaan saat ini.
Pola pikir bahwa ibadah itu, selain bisa dilakukan berjamaah untuk menghadirkan pahala berlipat, tetap bisa kita lakukan dengan kebiasaan baru di masa pandemi. Tidak harus dalam jumlah besar, berbondong-bondong, namun bisa dilakukan dalam kelompok kecil dan terbatas.
Yang perlu kita siapkan agar ramadhan menjadi maksimal, tentu energi yang dipersiapkan juga harus maksimal. Sehingga ketika Ramadhan usai, semangatnya masih berkelanjutan di bulan-bulan berikutnya. Long lasting.
Kalau pada saat ramadhan kita baru mulai belajar, baru mulai mengerti tentang hukum-hukum puasa, misalnya, baru mengerti keutamaan tilawah di bulan berkah tersebut, kemudian pahamnya di saat Idul Fitri, kan sayang, ya. Nah, ada baiknya kita belajar untuk tahu dan paham sebelum ramadhan tiba.
Bagaimana agar selama puasa nanti, kita tetap produktif dan tidak loyo?
Pertama, dengarlah kisah-kisah perjuangan Nabi dan Para Sahabat yang tetap produktif di Bulan Ramadhan. Ada saat dalam periode kehidupan beliau, berperang di bulan tersebut. Atau membaca sejarah proklamasi kemerdekaan kita yang dilaksanakan di bulan Ramadhan. Bayangkan, bagaimana persiapan mereka semua tatkala menghadapi perang atau melahirkan negara merdeka. Pastinya luar biasa!
Padahal, saat ini, bisa jadi aktivitas ramadhan kita nanti hanya di rumah saja, mau ke kasur sebagai kaum rebahan hanya beberapa langkah saja.
Kedua, semangat menempel pada keutamaan Ramadhan di sepuluh hari terakhir, mengejar keberkahan dan kemuliaannya. Disanalah kita berusaha mendapatkan Lailatul Qadar.
Ketiga, menginventaris dosa dan hajat kita.Â
Coba deh ditulis dengan jujur, daftar dosa dan hajat kita. Kira-kira jika daftar tersebut disandingkan, apakah masuk akal untuk dikabulkan oleh Allah? Kita masih bergelimang dosa, namun mengajukan hajat yang maunya langsung diijabah, dikabulkan. Itulah manusia. Lupa mengoreksi dirinya sendiri.
Nah, manfaatkan momen Ramadhan ini untuk menghapus dosa, meminta pengampunan kepada Allah, dan disaat yang bersamaan, Allah kabulkan hajat kita, Allah naikkan derajat kita, memunculkan energi baru, yang tentu saja ada syarat dan ketentuan berlaku jika semua keinginan kita terpenuhi.