Mohon tunggu...
SISKA ARTATI
SISKA ARTATI Mohon Tunggu... Guru - Ibu rumah tangga, guru privat, dan penyuka buku

Bergabung sejak Oktober 2020. Antologi tahun 2023: 💗Gerimis Cinta Merdeka 💗Perubahan Itu Pasti, Kebajikan Harga Mati - Versi Buku Cetak 💗 Yang Terpilih Antologi tahun 2022: 💗Kisah Inspiratif Melawan Keterbatasan Tanpa Batas. 💗 Buku Biru 💗Pandemi vs Everybody 💗 Perubahan Itu Pasti, Kebajikan Harga Mati - Ebook Karya Antologi 2020-2021: 💗Kutemukan CintaMU 💗 Aku Akademia, Aku Belajar, Aku Cerita 💗150 Kompasianer Menulis Tjiptadinata Effendi 💗 Ruang Bernama Kenangan 💗 Biduk Asa Kayuh Cita 💗 55 Cerita Islami Terbaik Untuk Anak. 💗Syair Syiar Akademia. Penulis bisa ditemui di akun IG: @siskaartati

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Jaras Dikata Raga Jarang

22 Januari 2021   10:54 Diperbarui: 22 Januari 2021   12:14 350
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi gambar (olah pribadi aplikasi inCollage)

 Dan....byuuuur! Raka terjerembab, basah kuyuplah dia. "Huuuu...huuuuuu!" tangisnya pecah diiringi sorak sorai teman-teman yang menonton. Ia beringsut mengambil sepatu boot biru, berdiri dan berjalan pelan-pelan menuju tepi kolam sambil terus menangis.

"Ayo, anak-anak. Sudah! Yang lain segera masuk kelas!" seru Bu Ningsih membubarkan anak-anak dari tepi kolam. Sebagian beranjak menuju kelas, sebagian menunggu Raka yang baru keluar dan duduk di sisi kolam.

"Makanya, Raka jangan begitu lagi, ya!" kata Bu Atik sambil memeluknya itu handuk yang sudah disiapkan. "Raka boleh marah, tapi jangan merugikan orang lain." sambungnya sambil mengelap muka, tangan dan kakinya.

"Kenapa Raka marah, Bu Atik? Sampai melempar sepatu Gani." Daniar bertanya polos. "Nanti Bu Guru ceritakan dan menjadi bahan pelajaran agar tidak terulang lagi." sahut beliau kepada Daniar, Resti, Anin dan Wahyu. Mereka sahabat baik Raka. "Raka ikut Bu Guru, kita ganti dulu baju seragammu."

Berlima mereka mengikuti Bu Atik ke ruang guru. Teman-teman yang bubar sudah masuk ke kelas. "Eh, kalian kenapa jadi ngikut Bu Atik. Ayo, sana! Masuk kelas, Nak!" Kami tertegun sejenak, cekikian. Bukannya masuk kelas, malah ikutan masuk ke ruang guru.

Dhika dari kelompok Gajah memimpin doa bersama dipandu oleh Bu Zahra. Semua anak duduk dalam posisi rapi, siap mengikuti kegiatan hari ini.

"Selamat pagi, anak-anak!" sapa Bu Guru. "Se-la-mat pa-gi, Bu Zah-raaa! Se-la-mat pa-gi, te-man-te-maaan!" balas anak-anak serempak dengan suara riang.

"Baru saja kita melihat Raka berada di tengah kolam dan tercebur karena terpeleset, sehingga baju seragamnya basah kuyup. Tahukah kalian, apa yang menyebabkan Raka demikian?" tanya Bu Zahra sembari mengarahkan pandangan sekeliling kepada kami.

"Ituu, hmm..anu, ee.. Raka marah sama Gani, sampai melemparkan sepatu boot-nya ke kolam." sahut Anin sembari mengacungkan tangan kanannya. Bu Zahra tersenyum.

"Ya, Bu Guru. Raka marah karena Gani mengoloknya 'kamu kayak gajah, mirip banget. Badanmu gendut. Pantes saja kamu masuk kelompok gajah.' Begitu Bu," tiba-tiba Wawan menyahut dari seberang meja, kelompok Singa.

"Eeeeh, aku ngomong begitu karena dia duluan yang mengolokku! Raka ngata-ngata-in aku! Masa aku dibilang mirip singa, karena gigiku taring semua!" terdengar suara protes dari mja kelompok singa. Ya, itu suara Gani.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun