Mohon tunggu...
SISKA ARTATI
SISKA ARTATI Mohon Tunggu... Guru - Ibu rumah tangga, guru privat, dan penyuka buku

Bergabung sejak Oktober 2020. Antologi tahun 2023: 💗Gerimis Cinta Merdeka 💗Perubahan Itu Pasti, Kebajikan Harga Mati - Versi Buku Cetak 💗 Yang Terpilih Antologi tahun 2022: 💗Kisah Inspiratif Melawan Keterbatasan Tanpa Batas. 💗 Buku Biru 💗Pandemi vs Everybody 💗 Perubahan Itu Pasti, Kebajikan Harga Mati - Ebook Karya Antologi 2020-2021: 💗Kutemukan CintaMU 💗 Aku Akademia, Aku Belajar, Aku Cerita 💗150 Kompasianer Menulis Tjiptadinata Effendi 💗 Ruang Bernama Kenangan 💗 Biduk Asa Kayuh Cita 💗 55 Cerita Islami Terbaik Untuk Anak. 💗Syair Syiar Akademia. Penulis bisa ditemui di akun IG: @siskaartati

Selanjutnya

Tutup

Diary

Obrolan di Suatu Senja

19 Januari 2021   18:40 Diperbarui: 19 Januari 2021   20:40 497
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi gambar https://www.piqsels.com

Assalamualaikum, Diary.

Apakabarmu sore ini?

Kuharap kaubaik-baik saja, meski dingin menyergap suasana. Ya, hujan deras mengguyur kota saat ini.

Diary, ada cerita yang ingin kusampaikan padamu. Obrolan suatu senja beberapa hari yang lalu, saat kami baru saja usai makan bersama. Aku dan anak gadisku.


Tayangan televisi masih terus mengabarkan berita terkini mengenai evakuasi jatuhnya pesawat Sriwijaya. Pada sela pariwara, anak remajaku bercerita, "Bunda, tadi Aqila lihat di status WhatsApp teman, tulisannya begini, 'Bisa-bisanya malam ini kita rebahan sambil scroll tik-tok, sedangkan mereka berteriak minta tolong di sana.' Miris, kan?"

Aku tersenyum haru, mengelus rambutnya, "Lalu, apa yang Qila rasakan?"
"Ya, sedih juga, sih. Gimana, rasanya. Kalau kita yang ngalamin kayak gitu, terus gak ada yang nolongin. Takut, eh."
Anakku menunduk, membereskan pecah belah alat makan, tapi raut wajahnya menyiratkan ia sedang memikirkan sesuatu.

**
Diary, teringat pula cerita sahabatku, anak gadisnya yang menjalin persahabatan dengan seorang kawan sebaya yang berpulang beberapa pekan lalu, meninggalkan duka mendalam dihatinya. Ia melontarkan tanya, "Apakah dia sudah siap menjawab pertanyaan para malaikat disana ya, Ma?"
Ibunya menenangkan hati sang Anak. "Doakan untuk kebaikannya, dia anak yang sholehah, in syaa Allah sudah tenang di alam sana, Nak."

Anak gadisku pun tercenung, memelukku erat saat kami tidur bersama malam itu. Sebentar sore sebelumnya, kami takziyah di rumah kawannya yang telah berpulang kehadirat-Nya. Memang tidak mudah membicarakan kematian kepada anak, namun hal itu sangatlah dekat. Pelukannya seakan pertanda takingin kehilangan dalam waktu dekat.

Kucium keningnya, Diary. Kudoakan dia agar tenang dan takperlu cemas.

**

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun