Mohon tunggu...
SISKA ARTATI
SISKA ARTATI Mohon Tunggu... Guru - Ibu rumah tangga, guru privat, dan penyuka buku

Bergabung sejak Oktober 2020. Antologi tahun 2023: 💗Gerimis Cinta Merdeka 💗Perubahan Itu Pasti, Kebajikan Harga Mati - Versi Buku Cetak 💗 Yang Terpilih Antologi tahun 2022: 💗Kisah Inspiratif Melawan Keterbatasan Tanpa Batas. 💗 Buku Biru 💗Pandemi vs Everybody 💗 Perubahan Itu Pasti, Kebajikan Harga Mati - Ebook Karya Antologi 2020-2021: 💗Kutemukan CintaMU 💗 Aku Akademia, Aku Belajar, Aku Cerita 💗150 Kompasianer Menulis Tjiptadinata Effendi 💗 Ruang Bernama Kenangan 💗 Biduk Asa Kayuh Cita 💗 55 Cerita Islami Terbaik Untuk Anak. 💗Syair Syiar Akademia. Penulis bisa ditemui di akun IG: @siskaartati

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Cawan Kakek Tua, Segelas Teh, dan Gelang Baheula

24 Desember 2020   10:20 Diperbarui: 24 Desember 2020   10:26 314
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi gambar: www.infobaru.id


Olala, ternyata tak cuma selesai sampai di situ. Abah bilang, "Selesaikan saja sekalian, Ra. Yang di kaki Siska kalau bisa dihancurkan gelang pengikatnya."


Aduhai, ada apa lagi gerangan?


"Ternyata Abah melihat jua lah!" Zahra berseru tertawa kecil.


"Apa lagi, Bah?" Pandanganku tak mengerti.
"Sepertinya ada yang gak pengen kamu pergi jauh-jauh, makanya dipasang cincin besar ada tiga biji, di kakimu jua. Tampilan cincin kuno" Abah terkekeh. Zahra menggangguk mengiyakan orang tua yang dihormatinya itu. Saya tak percaya. 

Zahra berusaha meyakinkan. 

"Dunia kita adalah dunia kasat mata, Mbak. Memang ada saja hal yang tak masuk akal. Tapi sebaiknya kita berpasrah kepada Allah dengan berusaha membuang upaya buruk seseorang kepada kita. Jangan didiemin saja. Bisa-bisa nanti berpengaruh jelek ke tubuh."


Saya tak membantah, daripada melawan dengan omongan. Lagi-lagi Zahra beraksi dengan gerakan-gerakan tenaga dalam mengudar belenggu di kaki saya.

***


Bertepatan waktu sholat zuhur, kami pun melaksanakannya berjamaah. Saya mengucapkan terima kasih. Ada perasaan lega, tenang, dan ringan sepulang dari sana. Saya periksa, warna memar memudar, menjadi biru sedikit merah.

 

Nasehat Abah selama di perjalanan, "Beginilah pulau yang kita tinggali, Sis. Jangan dilawan lah, jika ada kejadian seperti ini. Cukup berlindung kepada Allah dan mengupayakan agar orang-orang yang berniat tidak baik kepada kita, bisa diminimalisir sebaik-baiknya. Tidak semua orang suka kepada kita, namun teruslah berprsangka baik dan menjaga silaturahim dengan siapapun. Curiga jangan, waspada boleh. Bergaul harus pilih teman, jangan sembarang menerima persahabatan."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun