Mohon tunggu...
SISKA ARTATI
SISKA ARTATI Mohon Tunggu... Guru - Ibu rumah tangga, guru privat, dan penyuka buku

Bergabung sejak Oktober 2020. Antologi tahun 2023: 💗Gerimis Cinta Merdeka 💗Perubahan Itu Pasti, Kebajikan Harga Mati - Versi Buku Cetak 💗 Yang Terpilih Antologi tahun 2022: 💗Kisah Inspiratif Melawan Keterbatasan Tanpa Batas. 💗 Buku Biru 💗Pandemi vs Everybody 💗 Perubahan Itu Pasti, Kebajikan Harga Mati - Ebook Karya Antologi 2020-2021: 💗Kutemukan CintaMU 💗 Aku Akademia, Aku Belajar, Aku Cerita 💗150 Kompasianer Menulis Tjiptadinata Effendi 💗 Ruang Bernama Kenangan 💗 Biduk Asa Kayuh Cita 💗 55 Cerita Islami Terbaik Untuk Anak. 💗Syair Syiar Akademia. Penulis bisa ditemui di akun IG: @siskaartati

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Cawan Kakek Tua, Segelas Teh, dan Gelang Baheula

24 Desember 2020   10:20 Diperbarui: 24 Desember 2020   10:26 314
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi gambar: www.infobaru.id


"Apa yang dirasa?"


"Nyeri aja kalau dipakai berjalan, tapi gak sakit jika disentuh atau ditekan. Dari warnanya sih aneh, apalagi sudah hampir seminggu."


"Ya, memang aneh. Karena memar itu biasanya biru kehitaman. Ini warnanya bisa oranye begini." Zahra mengusap-usap betis saya. Ia menghela nafas.


"Mbak Siska, boleh percaya atau tidak. Demikianlah kejadian di tempat baru, ada hal-hal yang mungkin di luar nalar. Kejadiannya dimana?"


"Di Jalan Sutomo, dekat lampu merah."


Zahra memejamkan mata. "Depannya rumah kosong sebelah toko kelontong?" Ia bertanya, masih merem.


"Iya, ada rumah yang terbengkalai dekat toko, di pinggir jalan."


Zahra membuka mata. "Mbak, lebam ini asalnya dari tumpahan air cawan  yang dibawa kakek tua. Dia sedang melintas, menyeberang menuju rumah itu. Tak disangka tertabrak oleh motor, airnya terciprat ke betis mbak, cawan pun pecah. Nah, sebagian dari cawan itu menancap di tumit Mbak. Dia tidak berniat jahat, hanya kena tumpah saja."


Saya melongo, membelalakkan mata sejenak. Tak percaya.


"Abah juga merasa aneh saja, Ra. Cuma kan Abah kada' bisa jelasin, karena hanya bisa merasa hawa yang tak bagus, gitu nah. Makanya Abah ajak kesini." Abah memandang kami berdua.


"Ya, jika Mbak Siska ikhlas mau dibersihkan air yang menggumpal di betis dan dibantu dicabut pecahan cawannya, in syaa Allah, Zahra bantu sekarang."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun