Mohon tunggu...
SISKA ARTATI
SISKA ARTATI Mohon Tunggu... Guru - Ibu rumah tangga, guru privat, dan penyuka buku

Bergabung sejak Oktober 2020. Antologi tahun 2023: 💗Gerimis Cinta Merdeka 💗Perubahan Itu Pasti, Kebajikan Harga Mati - Versi Buku Cetak 💗 Yang Terpilih Antologi tahun 2022: 💗Kisah Inspiratif Melawan Keterbatasan Tanpa Batas. 💗 Buku Biru 💗Pandemi vs Everybody 💗 Perubahan Itu Pasti, Kebajikan Harga Mati - Ebook Karya Antologi 2020-2021: 💗Kutemukan CintaMU 💗 Aku Akademia, Aku Belajar, Aku Cerita 💗150 Kompasianer Menulis Tjiptadinata Effendi 💗 Ruang Bernama Kenangan 💗 Biduk Asa Kayuh Cita 💗 55 Cerita Islami Terbaik Untuk Anak. 💗Syair Syiar Akademia. Penulis bisa ditemui di akun IG: @siskaartati

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Bisa Jadi, Saya (Mungkin) Bisa Melihat Hantu

4 Desember 2020   10:12 Diperbarui: 4 Desember 2020   10:33 362
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi gambar: hwww.mongabay.co.id

Terinspirasi dari tulisan Mba Hennie beberapa waktu lalu tentang hantu, akhirnya saya menulis kisah ini. Bisa jadi, sewaktu kecil, saya bisa melihat hantu.

Hal tersebut saya alami ketika masih balita dan tinggal di perumahan dinas pabrik gula di Kota Kudus, Jawa Tengah. Cerita masa kanak-kanak yang disampaikan kakak saya dan semampu saya mengingat memori tentangnya.

Sudah menjadi kebiasaan di lingkungan perumahan, jika sore tba, kakak-kakak perempuan saya keluar rumah untuk bermain dengan teman sebaya sesama penghuni di lingkungan pabrik gula tersebut. 

Ada sebuah taman bermain kecil di tengah komplek sebagai area berkumpul santai. Disanalah biasanya kakak menggendong saya sembari menyuapi makan sore.

Pernah kakak saya panik, gara-gara jelang senja, saat saya sedang disuapin, saya menunjuk-nunjuk ke pohon yang agak jauh dari tempat arena tersebut. Kakak saya bingung dengan arah telunjuk saya. "Kenapa, Nduk?" Saya tidak menjawab, hanya terus mengunyah sambil menunjuk ke pohon dan pandangan bertanya ke kakak saya.

Kakak berusaha mengarahkan pandangan sesuai arah jari telunjuk saya. "Opo sih?" (Apa sih?) Wajahnya masih bingung, memang ada apa disana.

"Adik" jawabku singkat. "Loro" (dua) kataku lagi.
"Apaan? Adik?" Kakak tidak mengerti.

Aku menggangguk. "Ono adik, loro. Iku," (ada adik, dua. Itu) tanganku mengarah menunju ke sebuah pohon - yang kata kakak - lumayan jauh posisinya, berada d belakang sebuah rumah dinas yang ada di depan area bermain.

"Endi adike?" (Mana adiknya?) tanya kakakku bingung. Ia merasa tak ada anak kecil selain aku dan kawan-kawannya yang sedang bermain di taman.

"Iku, loro" (Itu, dua) jawabku dengan masih menunjuk di pohon.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun