Mohon tunggu...
Siska Etikasari
Siska Etikasari Mohon Tunggu... Lainnya - raccoonline

my words, my world

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Katak dalam Tempurung yang Lebih Mengenal Birunya Langit

14 April 2021   21:10 Diperbarui: 14 April 2021   21:25 1703
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ramadan tahun ini tak jauh berbeda dengan Ramadan tahun lalu. Pandemi belum juga berakhir. Kita masih menjalankan ibadah puasa dengan suasana yang tak beda jauh dari tahun sebelumnya. 

Semua serba terbatas. Mungkin lebih tepatnya dibatasi. Ya, karena ini untuk kepentingan bersama, untuk kebaikan kita semua. Kita tidak mengalami kesulitan ini sendirian. Di luar sana banyak yang mungkin keadaan tidak lebih baik dari kita. Setidaknya kita harus tetap bersyukur ada pelajaran berharga yang didapatkan selama pandemi.

Selama ini kita hidup dengan berbagai peraturan. Tetapi, kenapa masih saja suka mengabaikan? Kita masih sering berbuat semaunya. Tanpa pikir panjang apa akibatnya. Dari hal yang paling sepele, misalnya pola hidup. 

Pola hidup yang berantakan membuat kita terbiasa hidup dalam ketidakdisiplinan. Itu terbukti setelah pandemi muncul pertama kali. Dan, berbagai larangan ditetapkan. Sayangnya, masing-masing individu tidak siap menerimanya. Sehingga melanggar ini, melanggar itu. Tidak peduli sekitarnya. 

Yang pertama ini adalah pelajaran mendasar untuk kita semua, yakni menahan diri. Betapa pentingnya menahan diri, untuk tidak berada di kerumunan, untuk tidak melepas masker saat bepergian. Sebelum-sebelumnya selalu semaunya sendiri, seenaknya sendiri. Ketika peraturan diberlakukan, kita kesulitan menahan diri. Ramadan kali ini harusnya sudah lebih terlatih.

Kemudian, pelajaran yang kedua tidak kalah penting. Masih ingat dengan peribahasa 'seperti katak dalam tempurung'? Selama pandemi, pasti kita semua merasa terkurung, atau dikurung. Tidak bisa ke mana-mana, belanja, jalan-jalan, ke mall, dan lainnya. Bahkan bekerja pun dari rumah. Seperti katak dalam tempurung

Ini juga berlaku bagi mereka yang dirumahkan, dan tidak tahu lagi harus melakukan apa. Jadi, hanya berada di rumah saja. Peribahasa ini memiliki makna 'seseorang yang wawasannya kurang luas'. Jika diumpamakan dengan hal lain mungkin maksudnya, 'seseorang yang berada di zonanya tanpa pergi ke luar untuk  memperluas langkahnya'.

Sekilas peribahasa ini bermakna negatif. Adakah yang berpikir peribahasa tersebut bermakna positif? Saya pernah melihat anime berjudul 空の青さを知る人よ (Sora no Aosa wo Shiru Hito yo/ Her Blue Sky). Dalam anime itu menceritakan seorang perempuan yang terpaksa mengubur mimpinya untuk melanjutkan pendidikan di kota besar karena kedua orang tuanya sudah meninggal akibat kecelakaan, dan dia memiliki adik perempuan yang masih kecil. 

Perempuan ini seperti katak dalam tempurung. Tapi, dia memiliki keyakinan yang berbeda. Menurutnya, katak dalam tempurung bisa jadi lebih mengenal birunya langit. Memang katak tidak tahu dan tidak bisa melihat dunia luar, selain yang ada di dalam tempurung. Tapi, dari dalam tempurung katak bisa melihat birunya langit.

Itulah arti dari 空の青さを知る人 (Sora no Aosa wo Shiru Hito), orang yang mengenal birunya langit. Bukan sekadar bisa melihat dan tahu saja, melainkan juga benar-benar mengenal warna birunya langit itu yang seperti apa. Jadi, sekalipun di dalam tempurung, kita masih bisa berkarya dan berkreasi. 

Tempurung tidak bisa membatasi kemampuan kita, karena yang membatasi itu adalah diri kita sendiri.

Selalu semangat! Tetap bersabar! Semangat berkarya dan berkreasi!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun